I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan bahan bakar untuk kehidupan sehari-hari bergantung pada
minyak bumi. Menurut Direktur Pengendalian Produksi, Badan Pelaksanan
Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) Rubiandini, konsumsi bahan bakar
minyak masyarakat Indonesia tahun 2012 mencapai 1.300.000 barel per hari.
Kemampuan memproduksi minyak bumi dan kondensatnya sebesar 860.000870.000 barel per hari pada tahun 2012. Pemerintah harus mengimpor 500.000
barel per hari untuk menutupi kebutuhan tersebut (detikfinance, 2012).
Data Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
menunjukkan cadangan minyak Indonesia terus menurun. Pada awal 2012,
cadangan minyak Indonesia berada di level 3,74 miliar barel, namun di awal tahun
2013 turun 150,39 juta barel menjadi 3,59 miliar barel (Liputan6.com, 2013).
Cadangan minyak yang semakin menurun menyebabkan harga minyak dunia
semakin tahun semakin meningkat. Pada Januari 2013 harga Indonesia Crude
Price (ICP) mencapai US$ 111,07 per barel, naik 3,9% dari harga akhir tahun
2012 sebesar US$ 106,90 per barel (Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral, 2013).
Bahan bakar minyak bumi selama ini telah menyebabkan dampak
lingkungan yaitu peningkatan temperatur global permukaan bumi yang akhirnya
berpengaruh terhadap keseimbangan iklim. Selain itu, sisa pembakaran minyak
bumi menghasilkan zat yang menyebabkan pencemaran udara dan dapat
membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan sumber energi alternatif
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi yang dapat
diperbarui dan lebih ramah lingkungan.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2006 Tentang Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan untuk
mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri. Terwujudnya energi yang
optimal pada tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap
konsumsi energi nasional. Konsumsi Bahan Bakar Nabati (BBN) diharapkan
menjadi lebih dari 5% (lima persen). Agar kebutuhan BBN dalam negeri
terpenuhi, perlu dilakukan pengembangan produksi BBN.
Bioetanol merupakan salah satu jenis BBN yang dapat digunakan sebagai
alternatif bahan bakar. Etanol mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya sifat
etanol
yang
dapat
diperbarui
dan
ramah
lingkungan
karena
emisi
Sorgum manis merupakan salah satu tanaman non pangan. Tanaman ini
menghasilkan biomassa yang tinggi, membutuhkan sedikit air irigasi ( 1/3 dari
tebu dan dari jagung) dan pupuk, mempunyai periode pertumbuhan yang
pendek (3-5 bulan), tumbuh pada bermacam-macam iklim dan kondisi tanah.
Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) mengandung gula pada sari
batangnya (nira), pati pada biji, dan lignoselulosa pada batang yang telah
diekstrasi niranya (Kresovich dan Henderlong, 1984; Prasad et al., 2007;
Ronghou et al., 2008; She et al., 2010 dalam Massoud dan El-Razek, 2011).
Sorgum manis merupakan salah satu tanaman yang berpotensi dikembangkan
menjadi bioetanol. Rata-rata nilai brix dari sorgum manis berbeda untuk tiap
varietas yaitu berkisar 14,32 - 22,85% (Almodares dan Sepahi, 1996 dalam
Almodares dan Hadi, 2009).
Sorgum manis belum dikembangkan secara optimal di Indonesia. Padahal,
tanaman ini memiliki dua sampai tiga musim tanam jika dibudidayakan di daerah
tropis (Almodares et al., 2009) termasuk Indonesia. Tanaman ini dapat dipanen
setelah berumur 4 bulan. Syarat tumbuhnya di daerah kering. Potensi hasil panen
mencapai 54-69 ton/ha dengan hasil gula 6-8 ton/ha. Sorgum manis membutuhkan
sedikit pupuk, sedikit pestisida karena tahan terhadap penyakit serta memerlukan
perawatan yang mudah. Biji sorgum dapat dimanfaatkan sebagai pangan. Batang
sorgum dimanfaatkan niranya menjadi bioetanol. Limbah batang sorgum setelah
diambil niranya dapat digunakan sebagai pakan ternak ataupun industri kertas.
Jika memiliki nilai lebih, petani akan tertarik untuk membudidayakannya.
Penelitian bioetanol dari nira batang sorgum manis pernah dilakukan oleh
Sarungallo (2011) secara batch menggunakan Saccharomyces cerevisiae. Nira
II.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
R1 : 10 g/l
R2 : 40 g/l
R3 : 70 g/l
b. Waktu fermentasi
T1 : 24 jam
T2 : 48 jam
T3 : 72 jam
Kombinasi perlakuannya sebagai berikut:
R1T1 R1T2 R1T3
R2T1 R2T2 R2T3
R3T1 R3T2 R3T3
Fermentasi dilakukan pada suhu kamar (300C).
D. Variabel dan Pengukuran
Variabel yang akan diamati pada penelitian ini adalah rendemen dan kadar
etanol. Perlakuan terbaik didasarkan pada kadar etanol teringgi. Pada bahan baku
nira sorgum manis diukur nilai total padatan (brix) dan kadar gula total.
1. Total padatan
Sebelum proses fermentasi, nira sorgum manis diukur total padatannya. Total
padatan diukur menggunakan hand held refraktometer.
2. Kadar Gula Total (metode Nelson-Somogyi; Sudarmadji et al.,1997)
a) Persiapan kurva standar
Pembuatan larutan glukosa standar (10 mg glukosa anhidrat/100 ml).
Larutan glukosa dilakukan pengenceran, sehingga diperoleh larutan
glukosa dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 mg/ml. Disiapkan 7 tabung
reaksi yang bersih masing-masing diisi dengan 1 ml larutan glukosa
tersebut di atas. Satu tabung reaksi diisi dengan aquades sebagai blanko.
Ditambahkan ke dalam masing-masing tabung di atas 1 ml pereaksi
Nelson dipanaskan pada penangas air selama 20 menit. Semua tabung
diambil dan segera didinginkan bersama-sama dalam gelas pial yang
berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 25 0C. Setelah dingin
ditambahkan 1 ml pereaksi Arsenomolibdat, dikocok sampai semua
endapan yang ada larut kembali. Setelah ditambahkan 7 ml aquades,
dikocok sampai homogen, kemudian ditera Optical Density (DO)
masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540 nm. Dibuat
kurva standar yang menunjukkan hubungan glukosa dan OD.
b) Persiapan contoh
Lima g contoh ditambah 50 ml aquades, dikocok selama 1 jam,
disentrifuse dan diambil filtratnya. Filtrat diambil sebanyak 5 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambhakan 5 ml aquades
dan 5 ml HCl. Setelah dipanaskan di atas penangas air pada suhu 67700C. Larutan tersebut dinetralkan dengan NaOH 20% apabila larutan
asam dan HCl 25% apabila larutan basa. Kemudian diencerkan sampai
dengan volume 50 ml. Dari pengenceran tersebut diambil 1 mml
kemudian diuji dengan uji Nelson yaitu diukur OD larutan contoh
tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
3. Rendemen Bioetanol
Rendemen bioetanol dihitung dari hasil pengukuran volume bioetanol
yang diperoleh dari destilasi hasil fermentasi nira batang sorgum manis dibagi
dengan volume bahan dasar/produk awal.
Rendemen
Rencana Kegiatan
1.
2.
3.
4.
Persiapan
Pelaksanaan penelitian
Pengolahan dan analisis data
Penyusunan laporan
10
Bulan ke2
DAFTAR PUSTAKA
Almodares, A. dan M. R. Hadi. 2009. Production of bioethanol from sweet
sorghum: a review. African Journal of Agricultural Research. 4(9) : 772780.
(On-line).
http://www.academicjournals.org/ajar/pdf/pdf
%202009/Sep/Almodares%20and%20Hadi.pdf diakses 14 Januari 2013.
Detikfinance. 2012. Tiap Hari Indonesia Impor BBM 500.000 Barel.
http://finance.detik.com/read/2012/04/11/203221/1890362/1034/tiap-hariindonesia-impor-bbm-500000-barel diakses 28 Februari 2013.
Hambali, E., S. Mujdalipah, A. H. Tambunan, A. W. Pattiwiri, dan R. Hendroko.
2007. Teknologi Bioenergi. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Kartika, B., A.D. Guritno, D. Purwadi, dan D. Ismoyowati. 1992. Petunjuk
Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM.
Yogyakarta.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2013. Harga Minyak Mentah
Indonesia.
http://www.esdm.go.id/publikasi/harga-energi/harga-minyakmentah-indonesia-icp.html diakses 28 Februari 2013.
Liputan6.com. 2013. Cadangan Minyak RI Habis 11 Tahun Lagi.
http://bisnis.liputan6.com/read/516114/cadangan-minyak-ri-habis-11-tahunlagi diakses 28 Februari 2013.
Massoud, M. I. dan A. M. A. El-Razek. 2011. Suitability of sorghum bicolor L.
Stalks and grains for bioproduction of ethanol. Annals of Agriculture
Science
56
(2)
:
83-87.
(On-line).
http://www.freewebs.com/sorghum_ref_1/Sweet%20Sorghum%202011.pdf
diakses 14 Januari 2011.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006. 2006. Presiden
Republik Indonesia, Jakarta.
Sarungallo, R. S. 2011. Pembuatan etanol dari nira batang sorgum manis secara
batch dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae. ADIWIDIA 1 : 5055.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/edmar1075055_0216-0846.pdf
diakses 21 Januari 2013.
11
12
Selesai
13