ABSTRACT
Background : Red ginger (Zingiber officinale Rosc) is a traditional plant of
Indonesia. Red ginger content of flavonoid that have function as a inhibitor
the enzyme of xanthine oxidase and lower levels of uric acid . The
experiment with red gingger to lower serum uric acid levels are still limited
to empirical experience, the effectiveness is not known with red ginger
juice method . This present study aims to determine the effect of red
ginger juice to the serum uric acid levels.
Design and Method : Experimental research study using post -test only
control groups design performed on 30 white male wistar rats were
randomly divided into 5 groups . Group 1 was given the standard feed and
goat brains 1.43 g/200 gmice (p.o). Group 2 given standard feed, goat
brains and allopurinol 1.8 mg/200 gmice (p.o).Group 3 given standard
feed,goat brain and red ginger juice 0.75 g/kg. Group 4 was given the
standard feed,goat brain and red ginger juice 1.5 g/kg. Group 5 was given
standard feed,goat brain and red ginger juice 3 g/kg, day 1 to day 14 the
treatment weregiven (p.o), and blood sampling performed on day 15. The
average value of serum uric acid levels were analyzed with the Oneway
Anova test followed by Post Hoc Lsd.
Result : The means number of serum uric acid levels (mg/dL) for the five
groups were 3,31; 2,44; 2,69;2,35; and 3,13. Oneway ANOVA test showed
significant differences among the study groups (p= 0.023). Post Hoc Lsd
showed no significant difference between K1 to K2, K1 to K4, K2 to K5
and K4 to K5.
Conclusion : Red ginger juice has been shown to have effect to the
serum uric acid levels of white male wistar rats induced goats brain.
Keywords : Red ginger juice, allopurinol , uric acid
PENDAHULUAN
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia
sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan tradisional (Koswara, 2009).
Secara invitro, jahe merah manunjukan aktivitas yang lebih unggul
dibandingkan jahe emprit dan jahe gajah terutama kandungan zat
kimianya yaitu flavonoid (Sukandar, 2009). Flavonoid telah diketahui
berperan sebagai antioksidan dan mampu menghambat enzim xantin
oksidase sehingga menurunkan kadar asam urat (Hayati, 2004). Seperti
pada penelitian Mudrikah (2006) yang meneliti tentang ekstrak jahe merah
dan campurannya dengan herba suruhan dapat berperan sebagai
antihiperurisemia. Penggunaan metode lain seperti metode air perasan
maupun rebusan tanaman secara alami di masyarakat sering digunakan
dalam mengobati penyakit (Mahendra, 2006). Namun penggunaan air
perasan jahe merah untuk menurunkan kadar asam urat serum masih
terbatas pada pengalaman empiris, sehingga perlu penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui keefektifan jahe merah terhadap kadar asam urat
serum dengan metode air perasan.
Dalam keadaan normal, asam urat dapat dikeluarkan melalui ginjal.
Tetapi apabila sintesis asam urat terlalu banyak atau ekskresinya melalui
ginjal terlalu sedikit, maka kadarnya dalam darah akan meningkat yang
disebut dengan hiperurisemia (Hidayat, 2009). Kadar asam urat yang
tinggi seperti pada penderita hiperurisemia dapat menyebabkan
kerusakan pada membran sel seperti hepar dan ginjal akibat reaksi
berantai peroksidase lipid. (Fajar dan Dwi, 2010). Komplikasi akibat
tingginya kadar asam urat (hiperurisemia) adalah kencing batu, kerusakan
ginjal, penyakit jantung, stroke, kerusakan saraf, peradangan tulang.
(Vitahealth,2005). Di Indonesia, epidemiologi hiperurisemia masih belum
diketahui dengan pasti, tetapi beberapa data hasil penelitian seperti di
Sinjai (Sulawesi Selatan) didapatkan angka kejadian hiperurisemia 10%
pada pria dan 4% pada wanita dan satu survei epidemiologik yang di
lakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama WHO-COPCORD di
dapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki
dan 11,7% pada wanita (Purwaningsih, 2009).
Kandungan zat aktif pada jahe merah (Zingiber officinale Rosc)
adalah di antaranya minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa
zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral,
zingiberal, felandren, terdapat juga sagaol,gingerol, pati, damar, asamasam organik seperti asam oksalat, Vitamin A, B, dan C serta flavonoid
(Septiana, dkk, 2006). Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak jahe
merah, herba suruhan dan campurannya memiliki efek antihiperurisemia
yaitu dengan menurunkan konsentrasi asam urat tikus putih jantan
hiperurisemia yang diinduksi jus hati ayam selama 14 hari hingga 45,51%,
39,44%, dan 42,02%. Tetapi campuran ekstrak jahe merah dan herba
suruhan menunjukan efek antihiperurisemia yang tidak sinergis bila
dibandingkan dengan pemberian ekstrak secara tunggal pada tikus
dengan induksi jus hati ayam (Mudrikah, 2006). Kadar purin yang ada
pada hati ayam hanya 243mg/100g, sedangakan kadar purin pada otak
kambing lebih banyak yaitu 854 mg/100g (Cahanar dan Suhanda,2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air perasan
rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc) terhadap kadar asam urat
serum, mengetahui pengaruh pemberian air perasan jahe merah dengan
dosis 0.75 g/kgbb,1.5 g/kgbb, dan 3 g/kgbb terhadap kadar asam urat
serum, mengetahui perbedaan pengaruh ketiga dosis air perasan jahe
merah dengan allopurinol terhadap kadar asam urat serum dengan pada
tikus putih jantan galur wistar dengan pembebanan otak kambing.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
untuk kajian ilmu pengetahuan khususnya efek farmakologi air perasan
jahe merah (zingiber officinale rosc) terhadap kadar asam urat serum dan
sebagai bahan informasi kepada masyarakat tentang pengaruh air
perasan jahe merah terhadap kadar asam urat serum.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental
dengan metode Post test only randomized control group design. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah air perasan rimpang jahe merah.
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar asam urat serum. Air
perasan rimpang jahe merah diperoleh dari 15 gram rimpang jahe merah
segar yang diperas sehingga mendapatkan air perasan sebanyak 5 ml. Air
perasan akan diberikan dalam 3 peringkat dosis yang dikonversi ke dosis
tikus menggunakan sonde per oral. Kadar asam urat serum didapatkan
melalui pemeriksaan dengan metode spektofotometri.
Populasi penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar yang
diperoleh dari Laboratorium Biologi FMIPA Unnes pada bulan Oktober
2013 yang berjumlah 30 ekor. Sampel yang digunakan adalah 30 ekor
tikus putih jantan galur wistar, berumur 2,5 3 bulan dengan berat badan
150 200 gram yang dibagi dalam 5 kelompok uji secara acak sehingga
masing kelompok terdapat 6 ekor yang dibagi menjadi kelompok kontrol
negatif (K1) dan kelompok kontrol positif (K2), kelompok perlakuan yang
terdiri dari kelompok 3 (K3), kelompok 4 (K4), dan kelompok 5 (K5). Pada
hari ke-1 sampai hari ke-8 semua kelompok diberikan induksi otak
kambing 1.43 g/ekor/hari. Pada hari ke-9 sampai hari ke-14 K1 hanya
mendapatkan induksi otkuak kambing, K2 ditambahkan dengan
pemberian allopurinol 1.8 mg/ekor/hari, dan K3, K4, serta K5 ditambahkan
dengan pemberian air perasan jahe merah masing masing dengan dosis
0.75 g/kgbb, 1.5 g/kgbb, dan 3 g/kgbb.
Tempat perlakuan hewan coba dilaksanakan di laboratorium Biologi
Universitas Negeri Semarang. Pengukuran kadar asam urat serum
dilakukan di laboratorium Patologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian dilaksanakan pada bulan
oktober 2013.
uji beda, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok III
dengan kelompok I dan kelompok III dengan kelompok II. Kelompok III
dengan kelompok IV dan kelompok III dengan kelompok V. Kadar rata
rata asam urat tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar rata
rata asam urat pada kelompok II (kontrol positif) dan kelompok IV (air
perasan jahe merah 1.5 g/kgbb) tetapi kadar rata rata asam urat pada
kelompok III ini lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar rata- rata
asam urat pada kelompok V (air perasan jahe merah 3 g/kgbb).
Kelompok IV, yaitu kelompok yang diberi air perasan jahe merah
1.5 g/kgbb mempunyai kadar asam urat rata rata yang paling rendah
2.35 mg/dl. Dari hasil uji beda, terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok IV dengan kelompok I. Tetapi tidak ada perbedaan bermakna
antara kelompok IV dengan II. Dan kelompok IV dengan kelompok III. Hal
tersebut dikarenakan tidak diketahuinya kadar asam urat serum sebelum
perlakuan, karena kadar asam urat serum sebelum perlakuan juga
berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan setelah perlakuan. Terdapat
perbedaan bermakna juga antara kelompok IV dengan kelompok V. Kadar
rata rata asam urat serum kelompok IV tersebut juga lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar rata rata asam urat pada kelompok
allopurinol.
Kelompok V, yaitu kelompok yang diberi air perasan jahe merah 3
g/kgbb mempunyai kadar asam urat rata rata 3.13 mg/dl. Dari hasil uji
beda, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok V
dengan kelompok I. Tetapi terdapat perbedaan bermakna kelompok V
dengan kelompok II dan kelompok V dengan kelompok IV. Tetapi tidak
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok V dengan kelompok III.
Kadar rata rata asam urat kelompok V tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kadar rata rata asam urat pada kelompok
allopurinol, air perasan jahe merah 0.75 g/kgbb dan air perasan jahe
merah 1.5 g/kgbb. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan dosis air
perasan jahe merah dua kali dari dosis yang biasa digunakan di
masyarakat akan menurunkan efek air perasan jehe merah tersebut
sehingga kadar asam uratnya lebih tinggi daripada dosis satu kali. Hal
tersebut dikarenakan pada dosis yang dilebihkan, ada kemungkinan
terjadi penurunan efek bahkan keracunan karena sudah melewati dosis
maksimum, yaitu batas dosis yang relatif aman diberikan kepada
penderita (Zaman, 2001). Selain itu tidak dilakukannya perhitungan kadar
asam urat sebelum perlakuan juga dimungkinkan berpengaruh terhadap
kadar asam urat setelah perlakuan.
Uji Post Hoc LSD menunjukan p>0.05, artinya tidak adanya
perbedaan yang bermakna antara beberapa kelompok, yaitu kelompok I
dengan kelompok III, kelompok I dengan kelompok V, kelompok II dengan
kelompok III, kelompok II dengan IV, kelompok III dengan IV dan
kelompok III dengan kelompok V, walaupun secara uji statistik tidak
memiliki perbedaan yang bermakna, akan tetapi terdapat perbedaan
secara deskriptif dari rata rata kadar asam urat antara kelompok
SARAN
Perlu dilakukan penelitian jahe merah dengan sediaan dan dosis
yang berbeda dan dengan metode pre post control group design.
DAFTAR PUSTAKA
Cahanar, P., Suhanda, I., 2006, Makan Sehat Hidup Sehat, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, hal 31.
Carter, M. A., 2006, Gout, dalam Sylvia, A. P. And Lorraine, M. W. (Eds),
Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi VI, Buku
II, 1242-1246, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Chairul, 2001, Tempuyang Untuk menghadang Asam Urat, intisari online
http://www.denutrion.com/intisari, dikutip tanggal 17 Juli 2013.
Cos P et al. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of
Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and superoxide
Scavengers. J Nat Prod 61:71-76.
Dahlan, S, 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Deskriptif,
Bivariat, dan multivariate, dilengkapi dengan Menggunakan SPSS,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Dalimartha, 2003 Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III, Penerbit Puspa
Swara, Jakarta, hal 162.
Edwards, N.L, 2009, Causes, Co-morbidities, and Compications of LongStanding Hyperuricemia: Management of Gout In The Elderly: New
Solutions
to
an
Age-OldDisease,
http://www.clinicalgeriatrics.com/files/gout6LT.pdf, dikutip tanggal
20 April 2013
Fajar, dan Dwi, 2010, Mandala of Health: Efek Catechin Terhadap Kadar
Asam Urat, CReactive Protein(Crp) Dan Malondialdehid Darah
Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Hiperurisemia, Purwokerto.
Fauzia, G, 2010, Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Asam
Urat pada Wanita Anggota Majelis Taklim Al amin Kecamatan
Cilandak. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Jakarta.
Ferry, 2006, Asam Urat, intisari online http://www.info@persadaindo.com ,
dikutip tanggal 17 Juli 2013.
Fitriana, 2005, Pengaruh Infusa Herba Meniran terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Serum Darah Tikus Hiperurisemia, intisari online
http://www.litbang.com, dikutip tanggal 30 April 2013.
Gamse, T, 2002, Liquid-Liquid Extraction and Solid-Liquid Extraction. Graz
University of Technology.
Girindra, A, 1988, Biokimia Patologi Hewan, PAU ITB, Bogor.
Gunawan, D, dan Mulyani, S, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Guyton, A.C, Hall, J.E., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11,
EGC, Jakarta, hal 308-323.
Hapsoh, Y, 2008, Budidaya Jahe, Prospek dan Permasalahannya,
Universitas Sumatera Utara Pers, Medan.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Penuntun cara Modern
menganalisis Tumbuhan, edisi 2, ITB. Bandung, hal 354.
Harmono, 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe, Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Hasanah, 2004, Teknologi produksi benih jahe, Perkembangan Teknologi
TRO XVI (1), hal 9-16.
Hayati RT, 2004, Isolasi dan Identifikasi senyawa bioaktif seledri dalam
menghambat aktivitas enzim xantin oksidase, skripsi sarjana
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on
red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc.
International, Seminar on natural products chemistry and utilization
of natural resources. UI-Unesco, Jakarta : 501-505
Heryanto, 2003. Biofarmaka: Definisi dan Fungsinya dalam Pengobatan
Gout, Pusat Studi Biofarmaka, Bogor
Hidayat, R., 2009, Gout dan Hiperurisemia, Medicinus, Vol. 22, No.1.
Indriasari, D., 2009. A-Z Deteksi, Obati, dan Cegah Penyakit, Pustaka
Grahatama, Yogyakarta, hal 24- 25.
Iryaningrum, M, 2005, Artritis Gout, Diagnosis dan Pengelolaan. Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta.
Jen KL, Ping CC, Shoe YLS. 2000. Inhibition of xanthine oxidase and
supression of intracelluler reaktive oxigen species in HL-60 cells by
theaflavin-3-3-digallat, (-)-epigallocathecin-3-gallate, propyl gallate.
J Agric Food Chem 48:2736-2743.
Jioa RH, Ge HM, Shi DA, Tan RX. 2006. An Apigenin-Derived Xanthine
Oksidase Inhibitor from Palhinhae cernua. J Nat Prod 69:1089-1091
Juniadi, I., 2006. Rematik dan Asam Urat,Bhuana Ilmu Komputer. Jakarta
Katzung, B.G., 2010, Farmakologi dasar dan klinik, edisi 8, penerbit
salemba Medika farmakologi, hal 577-579
Koeman JH. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Penerbit Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Koswara S, 2009, Jahe dan Hasil Olahannya, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Kusumawati, D, 2004, Bersahabat Dengan Hewan Coba, Gajah Mada
University press, Yogyakarta, 8-10, 66-74, 87-94.
Luk, A, J, Simkin P.A., 2005, Epidemiology of Hyperuricemia and Gout,
The American Journal of Managed Care, hal 11.
Lelyana, R, 2008, Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat, Sripsi
Program Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik, Universitas
Diponegoro, Semarang.
10
11