Anda di halaman 1dari 13

TANYA JAWAB PNBP

T :
J :

Apakah yang disebut Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) itu?


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah Berdasarkan Pasal 1
angka 1 Undang-undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak, bahwa yang dimaksud dengan Penerimaan
Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang
tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

T :

Bagaimana pengelompokkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


sesuai UU No. 20 Tahun 1997 ?
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan Pasal 2 UU No.
20 Tahun 1997 dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a) penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;


b) penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
c) penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang
dipisahkan;
d) penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
e) penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari
pengenaan denda administrasi;
f) penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; dan
g) penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.
T :
J

T :
J

Apakah semua Kementerian dan Lembaga Pemerintah memiliki


Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 Kementerian dan
Lembaga Pemerintah yang memiliki Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) antara lain : xxxxxxxxxxxx bahan masih di kantor
Apakah semua Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dapat dibagi
hasilkan ke Pemerintah Daerah?
Tidak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dapat dibagi
hasilkan ke Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 2 UU No. 20 Tahun
1997 adalah PNBP yang terkait dengan penerimaan dari pemanfaatan
sumber daya alam sesuai Pasal 11 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, meliputi penerimaan dari pemanfaatan sumber
daya alam yang berasal dari :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

kehutanan;
pertambangan umum (logam mineral dan batubara);
perikanan;
pertambangan minyak bumi;
pertambangan gas bumi; dan
pertambangan panas bumi.

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005

tentang Dana Perimbangan, pengaturan Dana Bagi Hasil yang berasal


dari pemanfaatan sumber daya alam pertambangan umum sebagai
berikut:

T :
J

T :

Apakah pemegang Kuasa Pertambangan wajib membayar Penjualan


Hasil Tambang dan apakah Penjualan Hasil Tambang juga dapat
dibagihasilkan ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2003 tentang Tarif dan
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Dep Energi dan
Sumber Daya Mineral, kewajiban pemegang Kuasa Pertambangan
hanya membayar Iuran Tetap setiap tahun sesuai masa berlakunya izin
KP yang bersangkutan dan Iuran Eksplorasi/Iuran Eksploitasi (royalti)
setiap akhir pengapalan pada periode tertentu. Jangka waktu
pembayaran paling lambat 1 (satu) bulan setelah pengapalan. Untuk
Penjualan Hasil Tambang merupakan kewajiban pemegang PKP2B yang
diatur dalam kontrak tersendiri. Penjualan Hasil Tambang berdasarkan
Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1996 tentang PKP2B merupakan
penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak dibagihasilkan.
Kami selaku pemegang Kuasa Pertambangan selain membayar Iuran
Tetap dan Royalti juga diwajibkan membayar Sumbangan Pihak Ketiga
oleh Pemerintah Daerah secara sepihak yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Daerah, apakah pembayaran Sumbangan Pihak Ketiga ke
Kas Daerah dapat dibenarkan ?
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah, melarang Pemerintah Daerah menetapkan
peraturan daerah tentang pendapatan daerah yang menyebabkan
ekonomi biaya tinggi. Walaupun landasan pungutan daerah itu berupa
Peraturan Daerah, Peraturan dan/atau Keputusan Kepala Daerah serta

Kesepakatan bersama antara Pemerintah Daerah dengan perusahaan


Pemegang KP.
Berdasarkan temuan BPK-RI atas pengelolaan batubara nasional pada
Pemegang Kuasa Pertambangan dan PKP2B TA 2006-2007 di Provinsi
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Provinsi
Sumatera Selatan ditemukan Enam Pemerintah Kabupaten dan satu
Pemerintah Provinsi dalam hal ini Provinsi Sumatera Selatan, melakukan
pungutan kepada para Pemegang KP berupa dana percepatan
pembangunan, sumbangan pihak ketiga dan/atau dana pembangunan
daerah. BPK-RI merekomendasikan agar pemerintah daerah tersebut di
atas untuk menghentikan pungutan sumbangan pihak ketiga
T :

Kami selaku pemegang Kuasa Pertambangan telah membayar Iuran


Tetap dan Royalti ke Kas Negara sesuai peraturan perundanganundangan yang berlaku, Bagaimana caranya mengetahui kalau setoran
dimaksud telah diterima di Kas Negara ?
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan
Panas Bumi No. 32.E/35/DJB/2009 tanggal 13 Oktober 2009, kepada
pemegang Kuasa Pertambangan/IUP, Kontrak Karya maupun PKP2B
wajib menyampaikan bukti setor pembayaran iuran tetap maupun royalti
dengan bukti-bukti pendukung lainnya kepada Dirjen Mineral, Batubara
dan Panas Bumi dengan tembusan masing-masing disampaikan kepada
Direktur Pembinaan Program Mineral, Batubara dan Panas Bumi dan
kepada:
a)
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara
b)
Kepala Biro Keuangan DESDM
c)
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi terkait
d)
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kab/Kota terkait
e)
Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi terkait
f)
Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kab/Kota terkait
Untuk memverifikasi dan menglarifikasi atas setoran dimaksud diterima
di Kas Negara, Saudara dapat berkonsultasi dengan Direktorat
Pembinaan Program Mineral, Batubara dan Panas Bumi cq. Sub
Direktorat Penerimaan Negara Minerbapabum

T :

Pak, bagaimana penerapan pemungutan royalti batubara setelah


terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas
Bumi No. 32.E/35/DJP/2009 tanggal 13 Oktober 2009 yang mencabut
Surat Edaran Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral No.
08/84/DJG/2004 tanggal 8 April 2004, apakah masih dimungkinkan
adanya faktor pengurang royalti tersebut?
Pengenaan royalti terhadap komoditi batubara maupun mineral logam
didasarkan kepada Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2003 tentang
Tarif dan Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Dep
Energi dan Sumber Daya Mineral, di dalam PP tersebut tidak ada salah
satu pasalpun yang mengatur pengurangan royalti.

Surat Edaran Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral No.
08/84/DJG/2004 bertentangan dengan PP No. 45 Tahun 2003, sehingga
perlu dicabut karena mengurangi pendapatan Pemerintah yang berakibat
berkurangnya Dana Bagi Hasil untuk Pemerintah Daerah.
Pengurangan royalti hanya untuk pemegang PKP2B yang memberikan
13,5% Batubara Bagian Pemerintah. Selain itu pengurangan royalti bagi
pemegang PKP2B sudah diatur dalam kontrak perjanjian PKP2B dan
Kontrak Penjualan Batubara.
T :

T :

Pak, kami selaku kontraktor pemegang KP untuk bahan galian mineral,


apakah diwajibkan untuk membayar royalti ditanggung renteng dengan
pemilik KP, karena selain membayar fee atas bahan galian yang kami
produksi juga pendapatan kami berkurang akibat membayar royalti
tersebut.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak, pembayaran royalti merupakan kewajiban pemegang KP yang
menerima manfaat langsung atas penjualan mineral tersebut. Kontraktor
pun akan menanggung pembayaran royalti karena juga menerima
manfaat dari penjualan mineralnya. Guna menghindari masalah
dikemudian hari, terhadap kewajiban pembayaran royalti antara
pemegang KP dan kontraktor hendaknya perjanjian pengelolaan KP
tersebut dilaporkan ke bupati/walikota selaku penerbit izin, sehingga
menjadi jelas hak dan kewajiban kontraktor maupun pengelola
Pak, di di daerah kami yang jauh dari kantor bank pemerintah maupun
bank swasta, kami menemui kesulitan dalam melakukan pembayaran
iuran tetap maupun royalti, bagaimana solusinya untuk mengatasi
masalah pembayaran iuran tetap maupun royalti?
Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
No. 99/PMK.06/2006
tanggal 1 Januari 2007 tentang Modul Penerimaan Negara, dinyatakan
bahwa :
a) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dalam
pelaksanaan operasional penerimaan, membuka Rckening
Penerimaan pada bank umum/kantor pos. Rekening Penerimaan
digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap hari pada
Bank Persepsi/Devisa Persepsi/ Pos Persepsi.
b) Bank Persepsi/Devisa Persepsi/Pos Persepsi selama jam buka kas
wajib menerima setiap setoran penerimaan negara dari Wajib
Pajak/Wajib Setor tanpa melihat jumlah pembayaran.
c) Dalam hal Wajib Pajak/Wajib Setor membavar melalui teller, Bank
Persepsi/DevisaPersepsi/Pos
Persepsi
tidak
dibenarkan
mengenakan biaya atas transaksi pembayaran.
Berdasarkan uraian di atas, pembayaran iuran tetap maupun royalti
dapat dilakukan di Kantor Pos Persepsi terdekat dan tidak dikenakan
pembayaran (ongkos kirim)

T :

Bagaimana cara menghitung rencana APBN dari sektor pertambangan


umum, tunggu bahannya ada di Kantor

T :

Pak Admin Saya mau setor Royalti dan Penjualan Hasil Tambang tapi
di Bank persepsi tidak menyediakan form SSBP. Dimana saya bisa
mendapatkan form SSBP tersebut..
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997 dan Peraturan Menteri Keuangan
No. 99/PMK.06/2006 tanggal 1 Januari 2007 tentang Modul Penerimaan
Negara pada dasarnya semua wajib bayar PNBP diberi kemudahan
untuk melaksanakan kewajibannya secara self assessment, Formulir
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dapat dibeli di toko-toko buku
terkemuka atau dicetak sendiri oleh wajib bayar sesuai format yang
baku atau dapat mendownload formulir tersebut melalui situs
www.depkeu.perbendaharaan.go.id atau www.djmbp.esdm.go.id

T :
J

Ass Wr Wb.. Apakah daerah Kami (Kabupaten Pesisir Selatan) masuk


dalam wilayah daerah penghasil.. ? Atas Infonya saya Ucapkan terima
kasih. Waalaikum salam.
Penetapan Daerah Penghasil Sumber Daya Alam Pertambangan
didasarkan kepada Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan yang menetapkan antara lain :
(1)

(2)

(3)
(4)
(5)

Menteri teknis menetapkan daerah penghasil dan dasar


penghitungan DBH Sumber Daya Alam paling lambat 60 (enam
puluh) hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan
setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam Negeri.
Dalam hal sumber daya alam berada pada wilayah yang
berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah, Menteri Dalam
Negeri menetapkan daerah penghasil sumber daya alam
berdasarkan pertimbangan menteri teknis terkait paling lambat 60
(enam puluh) hari setelah diterimanya usulan pertimbangan dari
menteri teknis.
Ketetapan Menteri Dalam Negeri di atas menjadi dasar
penghitungan DBH sumber daya alam oleh menteri teknis.
Ketetapan menteri teknis selanjutnya disampaikan kepada Menteri
Keuangan.
Menteri Keuangan menetapkan perkiraan alokasi DBH Sumber
Daya Alam untuk masing-masing daerah paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah diterimanya ketetapan dari menteri teknis.

Selanjutnya dalam penetapan daerah penghasil untuk Iuran Tetap


adalah Provinsi/Kabupaten/Kota dimana pada wilayah tersebut terdapat
usaha pertambangan yang menghasilkan penerimaan negara,
sedangkan Daerah Penghasil Royalti adalah dimana di wilayah tersebut
terdapat lokasi pertambanganyang telah berproduksi dan menghasilkan
penerimaan negara.
Berdasarkan database kami di wilayah Saudara terdapat pertambangan
batubara yang telah memiliki izin eksploitasi, tetapi belum berproduksi.
Untuk itu Kabupaten Saudara dimasukkan sebagai Daerah Penghasil
Iuran Tetap.

T :
J

T :
J

T :
J

Kapan Iuran Tetap KP harus di bayar, SK perusahaan kami terbit tanggal


25 Mei 2009 dan dibayar sekaligus atau per semester
Kewajiban pembayaran Iuran Tetap untuk pemegang Kuasa
Pertambangan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45
Tahun 2003 tentang Tarif dan Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku di Dep Energi dan Sumber Daya Mineral dibayar satu
tahun sekali paling lambat satu bulan periode masa berlaku Kuasa
Pertambangan tersebut.
Untuk izin KP Saudara yang terbit tanggal 25 Mei 2009 dan masa
berlakunya sama dengan tanggal diterbitkan (tidak berlaku surut), maka
kewajiban Saudara dibayarkan paling lambat tanggal 24 Juni 2009.
Apabila Saudara membayar melampaui masa jatuh tempo, maka
Saudara dikenakan denda administrasi sesuai UU No. 20 Tahun 1997
dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Terutang
Dengan keluarnya PP 29/2009.. apakah perhitungan denda majemuk
tersebut berlaku juga untuk PKP2B ?
Pemegang PKP2B yang tidak dikenakan denda majemuk sesuai PP No.
29 Tahun 2009 adalah pemegang PKP2B Generasi I. Sedangkan untuk
Pemegang PKP2B Generasi II dan Generasi III tetap dikenakan denda
atas Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang.

Perusahaan Kami akan menyetorkan DHPB hasil audit periode 2008,


apakah penyetorannya jg harus dipisahkan antara Royalti dan Penjualan
Hasil Tambang, atau tetap utuh tidak di pisah..
Menindaklanjut Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah jo . Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar dan surat Dirjen
Perbendaharaan-Departemen Keuangan No. S-4967/PB/2008 tanggal
18 Juli 2008 perihal pelaksanaan pemisahan setoran PNBP terpusat dari
PKP2B di lingkungan DESDM, pengaturan pembayaran DHPB terhitung
mulai tanggal 1 April 2009 penyetoran Dana Hasil Produksi Batubara
(DHPB) netto dipisahkan terdiri dari :
a) Pendapatan Royalti dengan Nomor Akun 421312
- Royalti
dihitung
berdasarkan
tonase
batubara
yang
diproduksi/dijual dikalikan dengan harga dikalikan tarif royalti
sesuai Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2003.
b) Pendapatan Penjualan Hasil Tambang dengan Nomor Akun 423113
- Penjualan Hasil Tambang dihitung berdasarkan setoran DHPB
dikurangi dengan royalti

T :
J

Apakah pembayaran DHPB, Iuran Tetap maupun dendanya dapat


diangsur..
Berdasarkan Pasal 12 UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak dan Pasal 9 PP No. 29 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Terutang, bhwa pembayaran PNBP baik
DHPB, Royalti maupun Iuran Tetap dapat diangsur oleh wajib bayar,
tetapi dengan pengaturan sebagai berikut:
(1) Wajib Bayar dapat mengajukan permohonan kepada
Pimpinan Instansi Pemerintah untuk mengangsur dan/atau
menunda pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Terutang.
(2) Permohonan sebagaimana di atas diajukan secara tertulis
kepada Pimpinan Instansi Pemerintah (MESDM) paling
lambat 20 (dua puluh) hari sebelum tanggal jatuh tempo
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang
disertai alasan, data pendukung, dan dokumen lainnya
secara lengkap.
Yang dimaksud dengan data pendukung antara lain adalah
laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca, laporan
laba-rugi, dan laporan arus kas (cash flow) yang telah
diaudit sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun buku berturutturut serta data penunjang keuangan lainnya.
Yang dimaksud dengan dokumen lainnya antara lain
adalah surat keterangan dari instansi yang berwenang
(3) MESDM
menyampaikan
permohonan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilampiri rekomendasi tertulis
kepada Menteri Keuangan mbat 30 (tiga puluh) hari sejak
permohonan Wajib Bayar diterima secara lengkap.
(4) Menteri
Keuangan berdasarkan pertimbangan tertentu
dapat menyetujui atau menolak permohonan mengangsur
dan/atau menunda pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Terutang yang disampaikan oleh MESDM atau
menentukan lain pembayaran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Terutang. Yang dimaksud dengan pertimbangan
tertentu pada ketentuan ini antara lain adalah kondisi
keuangan perusahaan atau bencana alam (force majeur)
(5) Menteri Keuangan menerbitkan surat persetujuan atau
penolakan
atas
permohonan
mengangsur
dan/atau
menunda pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Terutang dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi
Pemerintah paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak surat

(6)

(7)

(8)

(9)

T :
J :

permohonan Pimpinan Instansi Pemerintah diterima secara


lengkap.
MESDM memberikan persetujuan atau penolakan atas
permohonan Wajib Bayar paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
mendapat persetujuan atau penolakan Menteri Keuangan..
Dalam hal permohonan angsuran dan/atau penundaan
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang
disetujui, jumlah dan jangka waktu angsuran atau
penundaan pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Terutang ditetapkan dalam surat persetujuan Menteri
Keuangan.
Pengangsuran dan/atau penundaan pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Terutang di atas dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari bagian yang terutang
dan bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
Dalam hal permohonan angsuran dan/atau penundaan
pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang
ditolak, MESDM wajib menagih seluruh Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Terutang kepada Wajib Bayar paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak Surat Penolakan diterima oleh
Wajib Bayar.

Kapan Dana Bagi Hasil dapat diterima di daerah penghasil..


Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan dinyatakan Penghitungan realisasi DBH
sumber daya alam dilakukan secara triwulanan melalui mekanisme
rekonsiliasi data antara pemerintah pusat dan daerah penghasil kecuali
untuk DBH sumber daya alam Perikanan. Sedangkan Berdasarkan
Pasal 29 dari PP No. 55 Tahun 2005 dinyatakan sebagai berikut :
(1) Penyaluran DBH dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan

sumber daya alam tahun anggaran berjalan.


(2) Penyaluran DBH SDA Pertambangan Umum dilaksanakan secara

triwulanan
(3) Penyaluran DBH Sumber Daya Alam dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas
Umum Daerah.
Sejak Tahun 2008, Penyaluran Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan
Umum diterima di Kas Daerah diatur berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan xxxxxxxxx data ada di kantor

T :
J

Apa yang dapat dilakukan oleh pihak daerah agar dana bagi hasil dapat
cepat diterima di daerah
Pelaksanaan penyaluran Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum
berpedoman kepada Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan yang pelaksanaannya diatur sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)

Penyaluran DBH dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan


sumber daya alam tahun anggaran berjalan.
Penyaluran DBH SDA Pertambangan Umum dilaksanakan secara
triwulanan
Penyaluran DBH Sumber Daya Alam dilaksanakan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening
Kas Umum Daerah.

Yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar Dana Bagi Hasil dari SDA
Pertambangan Umum dapat cepat diterima di Kas Daerah lebih cepat
dan lebih tertib sesuai Surat Sekjen KESDM kepada Ditjen
Minerbapabum No. 2082/84/SJN.K/2009 tanggal 27 April 2009 tentang
Kelengkapan dokumen PNBP, bahwa Sekjen KESDM hanya akan
melakukan pencatatan dan menyampaikan usulan penyaluran PNBP
SDA Pertambangan Umum kepada Departemen Keuangan yang
dilengkapi dokumen pendukung berupa bukti setor perusahaan (bukti
transfer atau SSBP) atau dokumen lain yang dipersamakan dan rincian
daerah penghasil, serta mentaati batas akhir waktu usulan penyaluran
DBH SDA PU yang telah ditetapkan. Jadi Pemerintah Daerah diminta
menyampaikan seluruh bukti setor PNBP Iuran Tetap dan Royalti kepada
Dirjen Minerbapabum secara tepat waktu.
Selain itu untuk mempercepat pengusulan DBH SDA Pertambangan
Umum berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Mineral, Batubara
dan Panas Bumi No. 31.E/35/DJB/2009 tanggal 12 Oktober 2009 yang
ditujukan kepada para Gubernur/Bupati/Walikota Penghasil SDA
Pertambangan Umum diminta untuk :
1. Melaporkan informasi hasil produksi/penjualan dalam negeri dan
ekspor untuk batubara dan mineral logam dari pemegang Izin Usaha
Pertambangan setiap bulan kepada Direktur Jenderal Mineral,
Batubara dan Panas Bumi.
2. Melaporkan data setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
berupa bukti setor Iuran Tetap dan Iuran Produksi batubara dan
mineral logam dari pemegang Izin Usaha Pertambangan setiap
bulan, kepada Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi.
3. Mengoptimalkan pembinaan dan pengawasan terhadap kewajiban
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berupa Iuran Tetap dan
Iuran Produksi kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan
Batubara dan Mineral Logam sesuai dengan kewenangannya.
4. Mengadakan rekonsiliasi penerimaan Iuran Tetap dan Iuran Produksi
dari pemegang Izin Usaha Pertambangan Batubara dan Mineral

Logam secara triwulan yang hasilnya untuk disampaikan kepada


Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi.
T :
J

T :
J

T :
J :

Bagaimana daerah dapat mengetahui bahwa Dana Bagi Hasil tersebut


telah disalurkan ?
Proses penyaluran Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum
berdasarkan PP No. 55 Tahun 2005 terdapat 2 instansi terkait yang
mengelola dana perimbangan SDA Pertambangan Umum masingmasing Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan. Proses
verifikasi atas data teknis PNBP yang diusulkan penyalurannya
dilaksanakan oleh Ditjen Minerbapabum dan Biro Keuangan KESDM,
sedangkan proses penyalurannya ke Kas Daerah merupakan
kewenangan Ditjen Perimbangan Keuangan (dalam hal ini Direktorat
Dana Perimbangan cq. Subdit Dana Bagi Hasil). Untuk mengetahui
apakah Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum sudah disalurkan,
kami minta Saudara dapat berkonsultasi dengan Ditjen Minerbapabum
dan Biro Keuangan KESDM serta Ditjen Perimbangan Keuangan
(Direktorat Dana Perimbangan cq. Subdit Dana Bagi Hasil), tetapi
sebelumnya Saudara dapat berkonsultasi dulu para pemegang Kas
Daerah yang mengelola dana perimbangan (pendapatan lain-lain)
setempat.
Ass.wr. wb Apabila Kami dari Pemda ingin mengetahui nilai bagi hasil
untuk daerah kami dimana dan bagaimana caranya..
Proses penyaluran Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum
berdasarkan PP No. 55 Tahun 2005 terdapat 2 instansi terkait yang
mengelola dana perimbangan SDA Pertambangan Umum masingmasing Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan. Proses
verifikasi atas data teknis PNBP yang diusulkan penyalurannya
dilaksanakan oleh Ditjen Minerbapabum dan Biro Keuangan KESDM,
sedangkan proses penyalurannya ke Kas Daerah merupakan
kewenangan Ditjen Perimbangan Keuangan (dalam hal ini Direktorat
Dana Perimbangan cq. Subdit Dana Bagi Hasil). Untuk mengetahui nilai
Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan Umum tersebut Saudara dapat
dapat berkonsultasi dengan Ditjen Minerbapabum dan Biro Keuangan
KESDM
Data apa yang harus Kami Siapkan (Pemda) untuk rekonsiliasi
Yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar Dana Bagi Hasil dari SDA
Pertambangan Umum dapat cepat diterima di Kas Daerah lebih cepat
dan lebih tertib sesuai Surat Sekjen KESDM kepada Ditjen
Minerbapabum No. 2082/84/SJN.K/2009 tanggal 27 April 2009 tentang
Kelengkapan dokumen PNBP, bahwa Sekjen KESDM hanya akan
melakukan pencatatan dan menyampaikan usulan penyaluran PNBP
SDA Pertambangan Umum kepada Departemen Keuangan yang
dilengkapi dokumen pendukung berupa bukti setor perusahaan (bukti
transfer atau SSBP) atau dokumen lain yang dipersamakan dan rincian
daerah penghasil, serta mentaati batas akhir waktu usulan penyaluran
DBH SDA PU yang telah ditetapkan. Jadi Pemerintah Daerah diminta

menyampaikan seluruh bukti setor PNBP Iuran Tetap dan Royalti kepada
Dirjen Minerbapabum secara tepat waktu.
Selain itu untuk mempercepat pengusulan DBH SDA Pertambangan
Umum berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Mineral, Batubara
dan Panas Bumi No. 31.E/35/DJB/2009 tanggal 12 Oktober 2009 yang
ditujukan kepada para Gubernur/Bupati/Walikota Penghasil SDA
Pertambangan Umum diminta untuk :
1) Melaporkan informasi hasil produksi/penjualan dalam negeri dan
ekspor untuk batubara dan mineral logam dari pemegang Izin Usaha
Pertambangan setiap bulan kepada Direktur Jenderal Mineral,
Batubara dan Panas Bumi.
2) Melaporkan data setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
berupa bukti setor Iuran Tetap dan Iuran Produksi batubara dan
mineral logam dari pemegang Izin Usaha Pertambangan setiap
bulan, kepada Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi.
3) Mengoptimalkan pembinaan dan pengawasan terhadap kewajiban
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berupa Iuran Tetap dan
Iuran Produksi kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan
Batubara dan Mineral Logam sesuai dengan kewenangannya.
4) Mengadakan rekonsiliasi penerimaan Iuran Tetap dan Iuran Produksi
dari pemegang Izin Usaha Pertambangan Batubara dan Mineral
Logam secara triwulan yang hasilnya untuk disampaikan kepada
Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi.
T :
J

Kami memiliki sejumlah data berupa copy bukti setor dari perusahaan,
apakah kami bisa melakukan rekonsiliasi dengan pihak bapak
Rekonsiliasi penerimaan Dana Bagi Hasil SDA Pertambangan
merupakan salah satu upaya untuk percepatan penyaluran DBH SDA
Pertambangan Umum seperti yang diatur dalam Pasal 28 PP No. 55
Tahun 2005 bahwa penghitungan realisasi DBH sumber daya alam
dilakukan secara triwulanan melalui mekanisme rekonsiliasi data antara
pemerintah pusat dan daerah penghasil kecuali untuk DBH sumber daya
alam Perikanan. Selain itu dengan rekonsiliasi data DBH SDA
Pertambangan, dapat diketahui kurang bayar atau lebih bayar atas
setoran PNBP dari para wajib bayar.

Yang harus di ketahui


1. Seluk beluk mineral.. dari bahan galian, tarif royalty, cara pembyrannya
Peraturannya terkait
2. Seluk beluk batubara dst.
3. Kronologis peraturan tarif royalty, dhpb dan deadrent.
4. Rencana dan realisasi DHPB pertriwulan coba dibuat ????
5. .
Koreksi Data base PNBP
1. Tampilan home/beranda perlu di update lg supaya lebih menarik
2. SOP dibagi sesuai konsumsi Eksekutif, Pelaksana (Verifikator, User, Entri data ),
Perusahaan
3.

Anda mungkin juga menyukai