Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti Halilintar. Kata tersebut
dipakai karena seolah- olah gejala- gejala eklampsia timbul dengan tiba tiba tanpa
didahului oleh tanda tanda lain. Sekarang kita ketahui bahwa eklampsia pada
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda tanda pre
eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang
diikuti oleh koma. Tergantumg dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia
gravidarum, eklampsia parturientum dan eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan
bahwa pada eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak lama kemudian.
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia didahului oleh pre
eklampsia,tampak pentingnya pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu Negara dan yang lain. Frekuensi
rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan antenatal
yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup, dan penanganan pre
eklampsia yang sempurna. Di negara negara sedang berkembang frekuensi di
laporkan berkisar antara 0.3% - 0.7%, sedang di negara- negara maju angka tersebut
lebih kecil, yaitu 0.05% - 0.1%.
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang
meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,diketahui
kematian ibu berkisar antara 9,8 % - 25.5% sedangkan kematian lebih tinggi
lagi,yakni 42,2 % - 48.9 %.Sebaliknya,kematian ibu dan bayi di negara maju lebih
kecil.Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara yang kurang maju
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal,penderitapenderita eklampsia sering terlambat mendapat pengobatan yang tepat.Kematian ibu
biasanya disebabkan oleh perdarahan otak,dekompensasio kordis dengan edema
paru-paru,payah-ginjal,dan masuknya isi lambung ke dalam jalan pernafasan waktu
kejangan.Sebab kematian bayi terutama hipoksia intrauterin dan prematuritas.
Berlawanan dengan yang sering diduga, preeklampsia dan eklampsia tidak
menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis tersebut ditemukan bahwa
pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi

hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih tidak lebih tinggidari pada mereka yang
hamil tanpa eklampsia.
Gagal nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory distress)
merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana sistem pernafasan tidak
mampu untuk melakukan pertukaran gas secara normal tanpa bantuan. Terminologi
respiratory distress digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat
menggunakan mekanisme kompensasi untuk mengembalikan pertukaran gas yang
adekuat, sedangkan respiratory failure merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat
kegagalan mekanisme kompensasi dalam mempertahankan pertukaran gas atau
tercukupinya aliran oksigen.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan
karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen
kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih
besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
Gagal nafas sendiri juga masih merupakan masalah yang besar di Indonesia
dimana data terakhir yang didapatkan pada tahun 2010, angka kejadian penderita
gagal nafas adalah sebesar 1,67 juta orang yang terdiri dari : 63,2% pria, 36,8%
wanita, dan angka kematian 13,7 %. (IDAI, 2011)
Pada wanita yang meninggal akibat eklampsia dikarenakan adanya komplikasi
pada hati, otak, retina, paru-paru dan jantung. Pada keadaan umum dapat ditemukan
necrose, haemoragia, aedema Hypernaema atau ishcaemia dan trombhosis.
Perawatan pada pasien Eklampsia disertai Gagal Nafas di ICU RSUD Ulin
Banjarmasin sendiri penanganan sangat secara cepat, tepat dan komprehensif dengan
prioroitas ABC sebagai pedoman penanganan. Dalam perawatan pasien dengan
diagnosa medis eklampsia dengan gagal nafas para perawat sendiri paham betul
bagaimana merawat pasien, selain didukung dengan alat yang mencukupi dan
didukung dengan SDM yang berkualitas.
B. Tujuan
1) Umum
Menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien
eklampsia dengan gagal nafas di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin
2) Khusus
a. Mengumpulkan data klien dengan gagal nafas secara biopsikososial dan
spiritual.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien eklampsia dengan gagal nafas

c. Menentukan intervensi keperawatan pada klien eklampsia dengan gagal


nafas
d. Memberikan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun pada klien eklampsia dengan gagal nafas
e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada klien
f.

eklampsia dengan gagal nafas.


Melakukan pendokumentasian hasil asuhan keperawatan yang sudah
dilakukan.

C. Manfaat
Penulisan laporan asuahan keperawatan eklampsia dengan gagal nafas di
harapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Secara Teoritis
Hasil laporan ini dapat menambah gambaran asuhan keperawatan secara
komprehensif pada klien eklampsia dengan gagal nafas dan agar pelaksanaan
tersebut dicapai melalui dengan melakukan pendekatan proses keperawatan.
2) Secara Praktis
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada klien eklampsia dengan gagal
nafas diharapkan dapat berguna bagi semua pihak terutama perawat selaku
pelaksana asuhan keperawatan dan klien sebagai penerima asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai