Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Menjelaskan Keramik didasarkan pada Alumina (Al2O3)
2. Menjelaskan Keramik didasarkan pada Zirkonia (ZrO2)
3. Menjelaskan Keramik Oksida
4. Menjelaskan Keramik Hydroxyapatite
5. Menjelaskan Keramik Calcium Salt
B. Pendahuluan/ Pengantar
Material teknik mengalami perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan
tersebut meliputi di dalam struktur, komposisi, sifat-sifat fisik dan mekanik. Sifat-sifat
fisik yaitu berkaitan dengan berat jenis material tersebut, manakala sifat mekanik
berkaitan dengan kemampuannya untuk digunakan di dalam produk teknik. Para engineer
material sedang giat-giatnya mengadakan penelitian terhadap bahan-bahan yang terbuat
daripada non metal. Salah satunya adalah keramik.
Keramik tidak lagi hanya terbatas penggunaanya untuk keperluan tradisional
seperti tersebut di atas, malah sekarang keramik telah mengalami kemajuan dan di kenal
dengan bahan keramik termaju. Bahan keramik sudah di gunakan dalam bidang Teknik
Elektro, Sipil, Mekanik, Nuklir bahkan bahan keramik ini di gunakan juga dalam bidang
Kedokteran.
Perkembangan teknologi material keramik pada saat ini telah diarahkan kepada
spesifikasi kegunaannya dalam berbagai kebutuhan utamanya pada bidang kedokteran.
Biokeramik adalah salah satu penggolongan jenis bahan keramik modern yang
didefinisikan sebagai produk keramik atau komponen yang digunakan dalam medikal dan
dental industri, terutama sebagai implan ataupun organ pengganti. Sedangkan klasifikasi
bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua kelas, yaitu kristalin dan amorf (non
kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh,
sedang dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya ada, namun pada
jarak jauh keteraturannya tidak ada.
Biokeramik dapat digunakan didalam tubuh manusia tanpa merusak tubuh, karena
adanya sifat biokompatibilitas, stabilitas kimia, kepadatan rendah, ketahanan aus yang
tinggi, dan memiliki komposisi yang sama dengan mineral dari jaringan keras dalam
tubuh manusia yaitu tulang dan gigi. Selain itu biokeramik memiliki sifat tidak beracun,
tidak mengandung zat karsinogik, tidak menyebabkan alergi, tidak menyebabkan radang,
serta memiliki biokompatibel yang baik, dan tahan lama.
C. Uraian Materi/Pembahasan
Meskipun studi tersebut terbukti cukup berhasil dan membantu untuk membangun
pemahaman dasar tentang utilitas keramik dalam biomedis dan peran porositas dalam
fungsinya, keramik alumina sederhana umumnya lebih baik dilakukan dalam
pembelajaran implantasi (Hulbert et al. 1982-83). Pada akhir tahun 1970-an, alumina
telah menjadi biokeramik berdasarkan kombinasi biokompatibilitas dan kekuatan.
Kemudian, relatif pengembangan frakturberdasarkan ketangguhan keramik zirkonia
menjadikan pertimbangan merekasebagai alternatifalumina. Alumina dan zirkonia
dibahas secara rinci dalam dua bagian sebelumnya dari bab ini.
5.4 HYDROXYAPATTTE
Ironis bahwa hidroksiapatit tidak terklasifikasi sebagai biomaterial selama bertahuntahun. Seperti yang tercatat dalam bab 3, hidroksiapatit denhan rumus kimia Ca10(PO4)6
(OH)2, merupakan mineral utama dari komponen tulang yang mengandung 43% berat. Ini
memiliki keuntungan physiochemical berbeda dari stabilitas, inertness, dan
biokompatibilitas. Kekuatan dan ketangguhan dari hidroksiapatit yang relatif rendah,
menyebabkan sedikitnya minat kalangan peneliti ketika perhatian terfokus pada sampel
struktural. Sekarang penerapan hidroksiapatit telah meluas dan sebagian besar
berhasilkonfigurasi film tipis. Film tipis, lapisan permukaan yang reakti telah diterapkan
untuk berbagai macam implan, terutama untuk penggantian pinggul (de Lange dan
Donath 1989). Lapisan ini telah disemprotkan ke plasma Co-Cr dan paduan Ti-6Al-4V.
Tampilan yang optimal terlihat dari ketebalan lapisan mikrometer 25-30. Kekuatan antar
implan dan tulang sebanyak 5 sampai 7 kali sama besar dengan spesimen tak berlapis
Pengembangannya ditingkatkan sesuai dengan mineralisasi tulang langsung ke
permukaan hidroksiapatit lapisan tengah, fibrosa jaringan. Keberhasilan besar sistem
coating ini menyebabkan sistem ini digunakan secara luas di prostesis penggantian
pinggul. Contoh prostesis pinggul HA ditunjukkan dalam gambar 5.1.
Aplikasi lain yang sukses dari biomaterial yang mengandung hidroksiapatit
merupakan sistem komposit yang terdiri dari sebuah keramikbiphasic (hidroksiapatit
ditambah trikalsium fosfat) dan kolagen, bentuk Polimerik protein yang terdiri dari
Gambar 5.1
sekitar 36% berat alami tulang (Mclntyre et al. 1991). Komposit yang mirip tulang ini
telah menjadi fokus penelitian substansi dan pengembangan oleh Profesor Michael
Chapman dan rekannya di Universitas California Davis. Bentuk tulang seperti yang
dihasilkan oleh penambahan sumsum tulang yang diambil dari hewan uji. Perlu diketahui
bahwa biokomposit ini bukanlah komposit keramik-matriks. Kolagen adalah fasa matriks
yang mengandung partikel dalamskalamm keramik biphasic. Keramik biphasic
diproduksi oleh Zimmer Corporation dari kemurnian tinggi, bubuk tribasik kalsium
fosfat. Bahan disintering selama 4 jam pada suhu 1050 C dan hancur pada ukuran
butiran sekitar 1 mm yang terdiri dari sekitar 40% beta-TCP dan 60% HA dengan besar
microporosity (kurang dari satu micrometer) tetapi sedikit macroporosity (lebih dari 100
mikrometer). Implan spesimen yang disiapkan oleh pencampuran keramik butiran kasar
ke dalam matriks fibrilar yang Rapat kolagennya tipe I diproduksi oleh kolagen
Corporation. (Jenis kolagen secara luas digunakan dalam aplikasi bedah plastik dan
dermatologi.) Fasa keramik adalah 36% berat dan sekitar 20% dengan volume (HA/TCP)
/ kolagen komposit.Di beberapa spesimen, sumsum tulang autogenous Diperoleh dari
hewan uji
GAMBAR 5.3 Suatu hasil mikrografi dari tulang baru yang telah diletakkan secara
langsung pada atas gabungan biokeramik.(Mclntyre, Et Al. 1991)
5.5 KERAMIK CALSIUM-SALT
Di chapter 2, diketahui bahwa penggunaan trikalsium fosfat (TCP) dengan
rumusan kimia Ca3(Po4)2sejak 1920 sebagai bioceramic sukses ( Albee dan Morrison
1920). Dan tercatat banyak penelitian tentang kalsium hidroksida, keramik garam ini
cenderung merangsang pembentukan tulang dan merupakan suatu contoh dari kegagalan
biokeramik (Hulbert et Al. 198283)
TCP merupakan biokeramik yang selalu digunakan dan suatu kategori
biokeramik yang resorbable. Penggunaan TCP bersama dengan hydroxyapatite (HA)
telah diuraikan dibagian sebelumnya dan di Bagian 6.1.3.
5.6
Silikat dikategorikan sebagai kaca dan keramik tradisional (Shackelford 1996). Material
ini lebih hemat dan banyak terdapat di muka bumi, dengan sifat mekanis, termal, dan
optik untuk aplikasi material modern. Kebutuhan aplikasi biomedik yang khusus,
membuat silikat sedikit lebih penting sebagai biokeramik. Perlu diingat bahwa keramik
dan glass dibedakan oleh struktur kristal atau non-kristalinnya pada skala atomik. Untuk
keramik silikat berbentuk kristal relatif diabaikan pada aplikasi biomedis. Sedangkan
glas silikat berbentuk non-kristalin, lebih penting dalam aplikasi biomedis karena
perkembangan bioglass, contoh klasik kategori biokeramik "permukaan reaktif" seperti
yang ditunjukkan pada chapter 2.
Bioglass dapat disebut material "bioaktif". Telah ditunjukkan untuk ikatan tulang,
bahkan komposisi khususnya bisa mengikat jaringan lunak. Material bioaktif ini biasanya
mengalami modifikasi permukaan selama implantasi, membentuk lapisan
hydroxycarbonate apatite (HCA) yang memberikan ikatan antar jaringan, yang struktur
kimia HCA sebanding dengan fase mineral tulang.
Ikatan antar tulang sangat kuat. Seringkali, antar tulang memiliki ikatan lebih
besar dari kekuatan kohesif keramjaringan. Seperti yang tercantum pada Bab 2,
kebanyakan komposisi gelas silika bioaktif terlabel 45 S5 mengandung 45% berat SiO2,
24,5% berat CaO, 24,5% berat Na2O, dan 6% berat P2O5, silika tampak lebih rendah serta
kapur dan soda darilebih tinggi pada jendela konvensional kandungan gelasnya. Glas
silikat tradisional adalah komponen fosfat yang signifikan, P2O5, yang berperan penting
dalam bioaktivitas.Hench(1993) dan rekan kerjanya menetapkan bahwa perbandingan
molar minimal 5: 1 CaO: P2O5 yang diperlukan bioglas untuk mengikat tulang. Secara
umum, bioglas aktif mengandungkurang dari 60% mol SiO2, kandungan relatif tinggi
Na2O dan CaO, dan perbandingan CaO: P2O5 lebih besar dari 5: 1.
Bioglass implan berdasarkan komposisi 45S5 telah berhasilditerapkan dalam
berbagai aplikasi gigi dan medis.Misalnya, pengganti tulang telinga, danuntuk gigi palsu,
material 45S5 dapat digunakan untuk menjaga tulang rahang hingga 8 tahun, dengan
tingkat retensi hampir 90%. Serta , telah digunakan untuk mengembalikan tulang gigi
karena penyakit gusi.
5.7 GLAS-KERAMIK
Seperti yang tercantum pada pembahasan sebelumnya, kita membedakan material kimia
yang sama seperti keramik dan glas berdasarkan ada atau tidaknya kandungankristal
(Gambar 5.4).
10
penambahan komponen oksida tertentu seperti Al2O3 dan TiO2 dapat menghalangi ikatan
tulang ke sistem ini.
5.8 GABUNGAN KERAMIK MATRIK
Pada sub bab 5.2, keramik zirconia menjadi alternatif setelah keramik alumina
karena ketahanan retakannya yang tinggi.Gabungan keramik matrik (CMCS) dibuktian
mempunyai nilai-nilai ketahanan retak lebih tinggi, dapat dibandingkan dengan struktur
umum campuran logam metal.( Lihat Tabel 5.1) dalam CMCS,
mekanismemicromechamcal,
TABEL 5.1 Perbandingan nilai ketahanan retak gabungan keramik matrik (CMCS)
dengan data dari Tabel 2.1
11
D. Kesimpulan
Biokeramik dapat diklasifikasikan berdasarkan unsur penyusun kimia.
Beberapa biokeramik terdiri darioksida yang relatif sederhana, sementara kimia yang
lain relatif kompleks. Macam-macam biokeramik yaitu, Al2O3 based ceramics, ZrO2d
based ceramics, oksida sederhana, hydroxyapatite, zat lain garam kapur, keramik
silikat dan glass, glas-keramik, ceramic-matrix gabungan.
E. Daftar Pustaka
Shackelford, James F. 2005. Advanced Ceramics Volume 1
BIOCERAMICS :Klasifikasi Biokeramik berdasarkan komposisi . Gordon and Breach
Science Publisher.
12