Anda di halaman 1dari 19

Teknologi Pasca Panen

BUAH

Istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan


atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian
setelah panen sampai komoditas berada di tangan
konsumen.

PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN


TANAMAN OBAT TERUTAMA PADA
BAGIAN BUAH

Tanaman obat yang berkembang di Indonesia sangat


melimpah tetapi pemanfaatannya masih terbatas
dikonsumsi secara segar, sehingga dibutuhkan
teknologi pengolahan untuk dapat memaksimalkan
pemanfaatannya. Pemanfaatan yang maksimal dari
berbagai tanaman obat ini masih dirasa kurang
beredar di masyarakat. Teknologi pengolahan dan
penanganan untuk berbagai macam obat dengan
pemanfaatan tanaman obat merupakan peningkatan
nilai tambah dari tanaman yang dimaksud.

Penanganan dan Pengelolaan Pascapanen


Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran,
pencucian, pengolahan hasil (pengupasan kulit serta
pengirisan), pengeringan, pengemasan, sampai pada
penyimpanan.

Cara pengelolaan dan penanganan Buah beberapa


jenis tanaman obat
Buah juga memiliki kandungan air yang cukup tinggi, yaitu antara
70 % - 80 %. Namun, ada beberapa jenis buah yang memiliki
kandungan air kurang dari 70 %. Selain mengandung air, buahbuah yang lunak juga mengandung lemak, protein, atau zat-zat lain
sehingga membutuhkan tindakan khusus dalam proses pengeringan
agar kandungan zat yang dimiliki tidak hilang. Jaringan buah
tersusun dari sel-sel parenkim yang menyebabkan buah menjadi
lunak. Beberapa jenis buah ada yang hanya dimanfaatkan kulit
buahnya (perikarpium) untuk simplisia.

Buah dipanen ketika masak karena dipekirakan memiliki


kandungan senyawa aktif maksimal. Penanganan dan
pengelolaan buah harus dilakukan secara tepat,
khususnya pada buah yang memiliki kandungan minyak
asiri. Hal ini penting dilakukan agar kandungan minyak
atsiri dalam buah tidak hilang. Buah-buah yang akan
diambil minyak asirinya biasanya diolah pada saat buah
dalam keadaan segar

PASCAPANEN TANAMAN OBAT


BERASAL DARI BUAH

Contoh Tanaman obat berasal dari buah

Tablet,kapsul,pil

Buah segar
Sortasi

Sediaan obat

Pencucian
Pengecilan ukuran
Pengeringan
Simplisia buah

Formulasi
Obat dari serbuk
buah
Serbuk daun

Ekstraks
buah
Ekstraksi

Penggilingan

Obat dari simplisia


buah

Diagram alir pascapanen


tanaman obat berasal dari buah

Proses pengolahan buah harus dilakukan sesegera mungkin,


karena bila ditunda akan menurunkan kualitasnya terutama
kandungan zat berkhasiatnya.
Penyortiran dilakukan terhadap keadaan bahan, buah dipilih
yang baik dan tidak dalam keadaan rusak akibat adanya
serangan hama. Setelah dilakukan
pencucian, buah
ditiriskan dan diangin-anginkan sampai air yang menempel
kering sempurna. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan
pisau stainless steel dengan ketebalan 3-5 mm. Pengeringan
bisa dilakukan secara bertahap atau langsung bisa
dikeringkan dengan penjemuran menggunakan alas tikar
dengan ketebalan yang merata dan tidak terlalu tebal atau
menggunakan alat pengering mekanik atau oven dengan
suhu sekitar 40-50O C. Selama proses penjemuran sebaiknya
selalu dilakukan pembalikan untuk mendapatkan hasil
pengeringan yang merata.

Contoh penanganan buah :


Untuk buah mahkota dewa :
Perlakuan pascapanen meliputi: penyortiran, pencucian, pengirisan,
pengeringan. Bila diinginkan membuat serbuk maka setelah proses
pengeringan dilakukan penyangraian terlebih dahulu baru digiling
halus menjadi serbuk. Pada waktu pembelahan buah, biji dan cangkang
yang terdapat didalamnya harus dibuang karena agak beracun.
Untuk cabe jawa :
pemetikan dilakukan bila buah sudah berwarna kemerahan sampai
merah, kemudian buah ditebarkan diwadah pengeringan. Buah cabe
jawa ini bisa dikeringkan menggunakan matahari atau menggunakan
alat pengering mekanik dengan suhu berkisar 40C.

Untuk buah kemukus :


buah yang di panen harus buah yang sudah tua dan berwarna hijau tua sampai
kuning kemerahan. Buah harus langsung dikeringkan agar tidak terjadi proses
fermentasi atau berjamur yang akan menurunkan kualitasnya. Kemudian buah
dipisahkan dari tangkainya, dan ditiriskan baru dikeringkan. Bila pengeringan
menggunakan matahari langsung sangat tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca
cukup baik, maka penjemuran bisa berlangsung sekitar 4-7 hari. Selama proses
penjemuran buah harus dibolak-balik agar tidak terjadi fermentasi yang akan
menurunkan kualitas buah.
Buah mengkudu :
bila ingin di keringkan, pemanenan dilakukan sebelum buah matang sempurna
yang berwarna kuning keputihan. Kemudian di iris dengan ketebalan 6-7 mm,
baru di keringkan. Bila untuk pengolahan segar, maka buah di panen saat buah
betul-betul matang, yaitu tepat sebelum buah jatuh secara alami dari pohon

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sifat Hasil Tanaman


Obat

faktor dalam

faktor luar
faktor tingkat kemasakan
hasil

Faktor dalam
Faktor ini merupakan sifat yang diwariskan induk tanaman, seperti
rasa, bau, komposisi kimia, dan kemampuan produksi biomassanya.
Faktor dalam meliputi hal-hal yang bersifat genetis. Jenis atau
varietas tanaman menyebabkan pula perbedaan sifat, seperti rasa,
bau, kandungan kimia, dan jumlah produksi yang dihasilkan.
Pengaruh faktor genetis pada sifat hasil tanaman obat dapat
dimanfaatkan dalam upaya mendapatkan kandungan senyawa aktif
yang tinggi dengan produksi biomassa yang tinggi pula.

Faktor Luar
a. Cahaya matahari
Cahaya matahari berpengaruh terhadap sintesis zat-zat makanan yang terdapat
dalam jaringan tanaman. Melalui fotosintesis cahaya matahari dapat
membentu pembentukan zat-zat makanan dalam jaringan tanaman. Aktivitas
sintesis zat-zat makanan juga berbeda-beda tergantung kepada banyaknya
cahaya matahari yang mengenai tanaman. Hal ini mempengaruhi sifat hasil
tanaman obat yang diperoleh, misalnya kadar alkaloida daun tapak dara (Vinca
rosea) yang kena sinar matahari langsung lebih tinggi dibanding daun-daun
yang ternaungi.
b. Suhu dan kelembaban
Kelembaban dan suhu optimal bagi suatu jenis tanaman obat tidak selalu
merupakan suhu dan kelembaban optimal bagi tanaman obat lainnya. Dengan
demikian sifat hasil tanaman obat di dataran rendah dengan suhu dan
kelembaban relatif lebih tinggi akan berbeda dengan tanaman obat yang
tumbuh di dataran tinggi. Pada beberapa jenis tanaman yang mengandung
minyak atsiri, kadar minyaknya semakin tinggi dengan semakin tingginya
tempat tumbuh atau semakin rendahnya suhu lingkungan.

c. Musim
Musim erat hubungannya dengan suhu, cahaya, dan kelembaban yang
berpengaruh terhadap faktor-faktor fisik, kimia, dan biologi yang terjadi di dalam
tanaman. Oleh karena itu, pengaruh musim juga tidak berbeda jauh dengan
faktor di atas. Tanaman obat yang tumbuh pada musim kemarau umumnya
mepunyai kandungan zat - zat aktif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tanaman obat pada musim hujan
d. Habitat
Habitat berkaitan erat dengan mutu, kandungan senyawa aktif, dan bentuk fisik
atau morfologi tanaman. Beberapa jenis rempah-rempah akan memberikan hasil
optimal jika ditanam di tanah yang sedikit berlempung dan tidak akan
memberikan hasil yang memuaskan jika ditanam di tanah berpasir yang bersifat
porous.
e. Unsur hara
Tanaman obat yang tumbuh liar di alam pada umumnya memiliki sifat yang
sangat bervariasi tergantung kesuburan tanah. Tanaman obat yang tumbuh di
lahan subur atau di hutan berhumus tebal akan menghasilkan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman obat yang tumbuh di
tanah berkapur yang kering atau tandus.

Tingkat kemasakan
Produk tanaman obat yang diinginkan untuk memproduksi simplisia berbedabeda tingkat kemasakannya. Banyak tanaman obat yang dipanen dalam
keadaan belum masak atau setengah masak sehingga harus diperam dahulu.
Tingkat kemasakan yang berbeda tersebut m,engakibatkan perbedaan sifat
hasil, seperti fisik, kimia, maupun biologi tanaman obat itu sendir. Perbedaan
tersebut terutama terlihat pada kandungan zat-zat penyusun, tekstur, dan
warnanya.

Anda mungkin juga menyukai