Anda di halaman 1dari 18

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TUMOR PARU

1. Foto toraks
Karena ketersediaannya yang luas, termasuk untuk dokter perawatan primer, foto toraks sering
menjadi modalitas pencitraan pertama yang menunjukkan diagnosis karsinoma bronkogenik. Kanker
paru-paru tampak seperti massa spiculated sederhana namun gambarannya juga dapat disimpulkan
dari penampilan lain seperti pneumonia yang tidak sembuh atau kolaps lobus. Terkadang tidak
diperlukan lagi pencitraan lebih lanjut bila terjadi pembesaran adenopati mediastinum kontralateral
ataujika lesi pada tulang sudah tampak jelas. Namun, CT scan dada sering diperlukan karena
kurangnya sensitivitas radiografi dada dalam mendeteksi metastasis ke kelenjar getah bening
mediastinum dan dinding dada dan invasi ke mediastinum.

2. Computed tomography
CT dapat mengidentifikasi fitur khusus dalam nodul paru-paru yang memiliki gambraan
misalnya fistula arteriovenosa, rounded atelektasis, fingus ball, mucoid impaction dan
infark. Resolusi tinggi pemindaian lebih lanjut memurnikan proses diagnostik ini. Kemampuan CT
scan untuk mengevaluasi seluruh thorax pada saat penilaian nodul sangat penting.
Spiral atau heliks CT dapat mengidentifikasikan nodul kecil dengan ukuran diameter
kurang dari 5mm yang tidak terlihat pada irisan slide nonspiral. Teknik-teknik ini telah
terbukti untuk meningkatkan deteksi invasi tumor ke pleura dan melihat asal tumor.

Fig. 3. a ) A 55-yr-old dyspnoeic female. Chest

radiograph demonstrating widened mediastinum particularly on the right with reduced vascularity o f the right lung. b) Contrast
enhanced computed tomography showing central mediastinal mass invading the right pulmonary artery. Small cell carcinoma
was conrmed on percutaneous biopsy

3. Magnetic Resonance Imaging


MRI dapat lebih akurat daripada CT dalam membedakan stadium IIIa dari IIIb.
MRI dapat mendeteksi invasi struktur mediastinum utama. MRI juga berguna dalam
penilaian mediastinum dan invasi dinding dada berdasarkan kemampuannya untuk
menentukan invasi lemak dan keterlibatan diafragma serta kanal tulang belakang. Selain
itu, MRI digunakan untuk membantu membedakan kelenjar getah bening dari pembuluh.
Namun, MRI memiliki kelemahan dibandingkan dengan CT, yaitu lebih lama dan
lebih mahal, serta informasi gambaran parenkim paru yang terbatas.
4. Positron emission tomography
Positron emission tomography (PET) scan adalah modalitas pencitraan baru yang
berperan dalam penilaian kanker paru-paru. Keuntungannya terletak pada sensitivitasnya

dalam mendeteksi keganasan dan kemampuannya untuk menilai gambar seluruh tubuh
dalam satu pemeriksaan.
PET adalah teknik pencitraan fisiologis yang menggunakan radiofarmasi
diproduksi oleh label penanda metabolik seperti asam amino atau glukosa dengan
positron-emitting nuklida radio seperti fluor-18. Radiofarmaka, 18 F-2-deoksi-d-glukosa
(FDG) cocok untuk pencitraan tumor. Dengan PET dapat dilihat perbedaan dalam
metabolisme glukosa antara sel normal dan neoplastik, yang memungkinkan akurat,
diferensiasi noninvasif jinak dibandingkan kelainan ganas. Serapan FDG diketahui
sebanding dengan agresivitas tumor dan tingkat pertumbuhan. Serapan FDG dapat dinilai
secara visual pada gambar PET dengan membandingkan aktivitas lesi dengan latar
belakang atau dengan analisis semikuantitatif menggunakan menghitung rasio serapan
standar. Sebuah rasio penyerapan <2,5 dianggap indikasi dari lesi jinak.
PET scan mendeteksi keganasan di paru dengan sensitivitas 96%, spesifisitas 88% dan
akurasi 94% pada lesi 10 mm. PET lebih akurat daripada CT dalam mendeteksi atau
metastasis nodul mediastinum. PET lebih akurat daripada studi konvensional dalam
mendeteksi kanker paru-paru berulang dan membedakan tumor persisten atau berulang
dari bekas luka fibrosis.

Sumber : diagnostic imaging of lung cancer


N. Hollings, P. Shaw Eur Respir J 2002;

Anda mungkin juga menyukai