Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak kelapa dan lemak sapi dalam
pembuatan sabun dengan memanfaatkan minyak nilam sebagai zat aditif dan aroma terapi.
Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan rancangan acak lengkap factorial 4x4 dengan
2 kali ulangan. Variabel yang dicobakan terdiri dari: penambahan minyak kelapa sebanyak 4
level (K) yaitu K1=100 ml, K2= 150 ml, K3=200 ml dan K4=250 ml serta penambahan loemak
sapi (L) terdiri dari L1= 50 ml, L2=100 ml, L3= 150 ml dan L4= 200 ml. Hasil sabun mandi yang
diperoleh dilakukan pengujian terhadap kadar air, jumlah asam lemak dan asam lemak bebas
sesuai dengan yang ada pada syarat mutu sabun mandi SNI 06-3532-1994. Dari hasil
peneleitian yang telah dicobakan terhadap hasil analisa sabun mandi dapat dinyatakan bahwa
kadar air sabun mandi yang diperoleh dari perlakuan penambahan minyak kelapa 100-150 ml
(K1-K2) masih memenuhi persyaratan SNI, untuk analisa kadar asam lemak bebas dan jumlah
asam lemak bebas dapat dinyatakan bahwa seluruh perlakuan yang dicobakan memenuhi
persyaratan SNI yang telah ditetapkan. Adapun kadar air yang terendah diperoleh pada
perlakuan penambahan minyak kelapa 100 ml dan penambahan lemak sapi 50 ml diperoleh
kadar air sebesar 14,63%, sedangkan yang tertinggi diperoleh pada penambahan minyak
kelapa 200 ml dan lemak sapi 200 ml diperoleh 15,45%. Sedangkan untuk hasil analisa asam
lemak bebas dan jumlah bilangan asam diperoleh pada penambahan minyak kelapa 100 ml dan
lemak sapi 50 ml diperoleh hasil analiosa asam lemak bebas yang tetrendah yaitu 0,2096 dan
asam lemak jumlah sebesar 28,50. Sedangkan untuk asam lemak tertinggi diperoleh sebesar
0,5348 (K4L3) dan 35,00% (K4L3).
INTISARI
Penelitian mengenai perancangan teknologi pengongsengan biji kopi sistim vakum
telah dilakukan pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Banda Aceh Tahun Anggaran 2012.
Penelitian ini dikembangkan karena Aceh merupakan salah satu penghasil kopi terbesar di
Indonesia. Kopi gayo merupakan kopi khas Aceh yang tumbuh di daerah Aceh tengah dan
bener meriah. Masyarakat Aceh dalam mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, masih
menggunakan peralatan sederhana dalam proses pengongsengannya, sehingga warna kopi
menjadi hitam. Hal ini dapat menghilangkan citarasa khas kopi. Penelitian ini telah dilakukan
perancangan peralatan dengan kapasitas 20 kg biji kopi per sekali gongseng, dengan dimensi
selinder panjang 80 cm, diameter 60 cm, ketebalan plat steiles steel 5 mm, panjang kerangka
peralatan 300 cm, lebar 70 cm dan tinggi 120 cm. Sebelum peralatan ini di tempatkan pada
industri kopi bubuk, peralatan ini dilakukan uji coba di laboratorium proses baristand Industri
banda Aceh. Uji coba di lakukan dengan memvariasikan dua variable yaitu variable tetap : berat
biji kopi 10 kg, tekanan vakum 36 cmHg dan kecepatan putaran 22 rpm. Variabel berubah:
temperatur 50 0C dan 60 0C, waktu pengongsengan 30 menit, 45 menit, 1 jam dan 1 jam 30
menit. Hasil produk tersebut dianalisa kadar air,rasa, warna,aroma dan kapang/khamir. Hasil
analisa terhadap kadar air menunjukkan kadar air produk sangat rendah 0,84% - 0,36%.
Kapang khamir bernilai negatif untuk semua perlakuan. Untuk rasa, aroma, warna sangat
disukai untuk perlakuan waktu pengongsengan 45 menit,karena rasa dan aroma khas kopi
dapat dipertahankan. Dengan adanya perancangan peralatan ini diharapkan kepada pihak
terkait khususnya pemerintah Aceh untuk dapat dikembangkan pada industri-industri
pengolahan kopi bubuk yang tersebar di daerah Propinsi Aceh.
Kata kunci : biji kopi, pengongsengan, vakum
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak atsiri dengan metode ekstraksi
menggunakan sokhlet, sehingga dapat memberi informasi kuantitas, kualitas serta komponen
penyusun minyak atsiri yang dihasilkan dari daun temurui (Murraya Koenigii L.) asal Aceh.
Penelitian ini dilakukan selama 10 (sepuluh) bulan di Laboratorium Proses Baristand Industri
Banda Aceh. Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi: Kajian literatur yang berhubungan
dengan materi penelitian; Studi banding teknologi proses dan peralatan ke LIPI Jakarta;
Penjajakan potensi/ komoditi unggula daerah ke daerah Tingkat II (Lhokseumawe dan Aceh
Utara); Pengadaan peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian;
Desain rancangan percobaan penelitian (rancangan kegiatan dan model penelitian); Analisa
pendahuluan (karakteristisasi bahan baku); Penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan
(Proses Ekstraksi Daun Temurui) dan Analisa Produk. Hasil Penjajakan lapangan yang
dilakukan pada Bulan Maret dan April 2012 ke dua daerah Daerah Tk. II yaitu Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, diketahui bahwa potensi tumbuhan tanaman temurui sangat
melimpah, tetapi hanya dimanfaatkan dalam bentuk daun segar sebagai flavor pada masakan
sehari-hari. Hasil Analisa Laboratorium diketahui bahwa kadar air yang terkandung dalam daun
temurui segar yaitu sebesar 52,70%. Setelah dikering-anginkan kadar air bahan baku daun
temurui yaitu sebesar 8,01%. Penurunan kadar air yang terjadi sangat signifikan yaitu sebesar
84,80%. Kadar abu yang terkandung dalam daun temurui segar yaitu sebesar 9,52%. Setelah
dikering-anginkan kadar abu bahan baku daun temurui yaitu sebesar 5,70%. Seperti halnya
kadar air, penurunan kadar abu juga terjadi sangat signifikan yaitu sebesar 40,13%. Hasil
pengamatan secara organoleptik menghasilkan minyak yang tidak berwarna, tidak jernih, tidak
kental dan berbau khas temurui. Data analisis ini menunjukkan bahwa minyak daun temurui
memiliki kualitas yang baik. Rata-rata rendemen menunjukkan persen minyak yang diperoleh
dengan menghitung berat minyak dibagi berat sampel. Rata-rata rendemen yang diperoleh
pada semua perlakuan rasio perbandingan bahan baku dan pelarut dengan waktu proses
ekstrak hingga larutan bening yaitu sebesar 1,28 %. Rata-rata indeks bias dari minyak daun
temurui diukur dengan menggunakan refraktometer abbe, yaitu sebesar 2,2. Pengujian indeks
bias digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat serta ukuran kemurniannya. Rata-rata bilangan
asam dari minyak daun temurui yaitu 1,7. Dari pengujian bilangan asam diketahui bahwa
semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang telah terhidrolisis. Rata-rata
bilangan ester minyak daun Murraya Koenigii L. adalah 3,21. Jika bilangan ester minyak daun
Murraya Koenigii L. Semakin rendah bilangan ester maka semakin besar massa molekulnya.
Hasil analisa komponen kimia menggunakan GCMS pada minyak daun temurui rata-rata
mengadung komponen proline, caryophyllene dan senyawaan terpene. Perlakuan percobaan
dengan rendemen minyak daun temurui tertinggi diperoleh pada rasio bahan dan pelarut 1:20
dengan waktu proses ekstrak hingga larutan bening yaitu: 1,28%. Adapun komponen kimia
yang terkandung didalamnya yaitu 94,80% proline; 3,26% methilpyran; dan 1,94% Linalyl.
Kata Kunci: Ekstraksi sokhlet, daun kari, daun temurui, minyak atsiri
bulat dengan pengeringan sinar matahari 35 hari, sedangkan untuk pinang belah kapasitas
250 kg/jam dengan waktu pengeringan 5 hari. Untuk buah pinang kering petani kapasitas
produk yang dihasilkan 130 kg/jam. Demikian juga untuk kondisi biji buah pinang nbulat yaitu
biji utuh 81% dan biji pecah 10%, untuk biji dari buah pinang kering petani rata-rata 71% dan biji
pecah 16%. Dari data ujicoba menunjukkan bahwa proses pengering buah bulat relative lebih
baik hasil produkny adibandingkan dari kedua proses lainnya, meskipun kapasitas yang dicapai
untuk pinang belah lebih tinggi, namun dalam proses pengolahan awal memerlukan waktu dan
ketrampilan. Sedangkan untuk konstruksi dari mesin cukup sederhana dan untuk
operasionalnya tidak memerlukan ketrampilan khusus serta mudah dalam perawatannya
(maintenance)
Kata kunci: alat pengupas, pinang, rancang bangun.