Anda di halaman 1dari 28

PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

UPT PUSKESMAS BOJONGSARI

PEMERINTAH KOTA DEPOK


DINAS KESEHATAN

UPT PUSKESMAS KEC. BOJONGSARI


Komp. Pamulang Village Blok H.8 RT 06 RW 14 Pondok Petir – Bojongsari Kota
Depok
Telp. (021) 7477 1693
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun,sehingga buku pedoman Pelayanan Kefarmasian
puskesmas Bojongsari dapat selesai disusun.

Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang
terkait dalam melakukan pelayanan kefarmasian bagi kepentingan masyarakat di
puskesmas Bojongsari.Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan pedoman
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Bojongsari ini.

Depok, 01 Juli 2017

Kepala UPT Puskesmas Kec.


Bojongsari

dr. Muhamad Salman


NIP. 19670712 200212 1 002
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TUJUAN PEDOMAN………………………………………………….
C. SASARAN PEDOMAN……………………………………………….
D. RUANG LINGKUP PELAYANAN………………………………………
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………..

BAB II STANDAR KETENAGAAN………………………………………..

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA…………………………


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………………………..
C. JADWAL KEGIATAN……………………………………………………

BAB III STANDAR FASILITAS……………………………………………….

A. DENAH RUANG………………………………………………………..
B. STANDAR FASILITAS………………………………………………..

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN………………………………..

A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………
B. METODE……………………………………………………………..
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………….

BAB V LOGISTIK……………………………………………………………….

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN………………………..

BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………………

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………….

BAB IX PENUTUP……………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan,
yang berpean penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagi pusat
penggerak pembangunan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
maslah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama
baru yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigm baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented)
dengan filosofi pelayan kefarmasian (pharmaceutical care).

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Untuk memenuhi setiap pelayanan farmasi dengan standar
pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan

Tujuan Khusus

a. Meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan farmasi


sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta peraturan Perundang-undangan yang berlaku
b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka melindungi keselamatan pasien
(patient safety)

C. SASARAN PEDOMAN
1. Apoteker
2. Tenaga tekhnis kefarmasian /Asisten Apoteker
3. Dokter/dokter gigi
4. Paramedis yang diberi kewenangan
5. Staf farmasi

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Administrasi dan pengelolaan
Admisnistrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan
,pelaporan,peng arsipan dalam rangka penatalaksanaan
pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan maupun penelolaan resep supaya
lebih mudah dimonitor dan di evaluasi.administrasi untuk
sedian farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian meliputi:
- Perencanaan
- Permintaan obat ke dinas kesehatan
- Penerimaan
- Penyimpanan menggunakan kartu stok atau computer
- Pendistribusian dan pelaporan menggunakan LPLPO
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien,penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama 5 tahun dan pemusnahan resep dilengkapi berita
acara pemusnahan termasuk juga untuk kesalahan pengobatan
(medication error),monitoring sefek samping obat(MESO) dan
medication record.
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya
pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan
fasilitas yang ada dan standart pelayanan keprofesian yang
universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian
tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta
hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan
farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan puskesmas.
1 Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi
kembali dan diubah bila terdapat hal :
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran puskesmas.
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3 Kepala pelayanan farmasi terlibat dalam perencanaan
manajemen dan penentuan anggaran serta penggunaan
sumber daya.
4 Unit pelayanan Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan
untuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan
pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan, dicatat dan disimpan.
5 Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan
paramedis, serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang
membahas masalah perawatan dan farmasi.
6 Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi
dan dilakukan evaluasi terhadap pelayanan
farmasi setiap tahun.
7 Kepala Unit pelayanan Farmasi harus terlibat langsung
dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan
dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat

2. Staf dan Pimpinan


Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan
pelayananan.
1. Unit pelayanan Farmasi puskesmas dipimpin oleh apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh
apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun
di bagian farmasi puskesmas.
3. apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin
kerja.
4. Pada pelaksanaannya apoteker dibantu oleh tenaga tekhnis
kefarmasian dan staf farmasi yang sudah mendapatkan
pelatihan
5. Kepala Unit pelayanan Farmasi bertanggung jawab terhadap
aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik
terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi
barang farmasi.
6. Adanya uraian tugas (job description) bagi staf dan
pimpinan farmasi.
7. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas
yang terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan
dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam
meningkatkan mutu pelayanan.

3. Fasilitas dan Peralatan


Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik
pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya
pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang
menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang
baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai
dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat
c. Tersedianya fasilitas pemberian informasi obat.
d. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
e. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan
obat yang baik sesuai dengan peraturan dan tata cara
penyimpanan yang baik.
f. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi
menjamin keamanan setiap staf.

4. Kebijakan dan Prosedur


Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan
dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut.
Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan
standart pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan
peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala unit
pelayanan farmasi.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat
kesepakatan dari dokter,paramedis,bidan dan apoteker
Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus
mencantumkan beberapa hal berikut :
a. macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas
perintah dokter
b. label obat yang memadai
c. daftar obat yang tersedia
d. pencatatan dalam rekam medik pasien beserta dosis obat
yang diberikan
e. pengadaan dan penggunaan obat di puskesmas
f. pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan
g. pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencana
an,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan,pendistribusian d
an penyerahan.
h. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai
pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat
jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan
atau dikeluhkan pasien
i. pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian
perbekalan farmasi.
j. Pemberian informasi oleh apoteker kepada pasien
maupun keluarga pasien dalam hal penyimpanan obat
serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi
meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan
obat.
k. prosedur penarikan/penghapusan obat.
l. pengaturan persediaan dan pesanan
m. penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat
kepada staf
n. masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan
peraturan/undang-undang
o. pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat
harus terjamin.
3. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan
obat yang salah dan atau mengatasi masalah obat.
4. Kebijakan dan prosedur harus dilakukan secara konsisten

E. Batasan Operasional
1. Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan
pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan
pengolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan
manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan
yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan
pelanggan.
2. Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi.
a. Tim formularium puskesmas adalah tim yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf
farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
- Kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya
- Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Organisasi dan Kegiatan Tim formularium puskesmas :
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan
yang dilakukan bagi tiap puskesmas dapat bervariasi
sesuai dengan kondisi puskesmas setempat. Tim
formularium puskesmas terdiri dari Dokter,
apoteker,bidan dan Perawat
3. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat
secara teratur, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali
5. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan
lainnya di dalam puskesmas yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di puskesmas dan
merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam
formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan
produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk
menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh anggota staf medis..
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam
mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan
dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
puskesmas sesuai peraturan yang berlaku . Melakukan
tinjauan terhadap penggunaan obat di puskesmas
dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan
standart diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan
obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek
samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut
obat kepada staf medis dan perawat.
d. Kewajiban Tim formularium puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan
terapi, formularium puskesmas, pedoman penggunaan
antibiotika dan lain-lain
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan puskesmas
dalam mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan
obat secara rasional
3. pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak
yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian
tersebut
e. Tugas apoteker dalam Tim formularium puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan
melaporkan pada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh
pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah
disepakati dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman
penggunaan obat dalam kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil
kesepakatan Tim formularium puskesmas
10. pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian
pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak terkait
f. Formularium puskesmas
1. Formularium adalah himpunan obat yang
diterima/disetujui oleh Tim formularium puskesmas
untuk digunakan di puskesmas dan dapat direvisi pada
setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi
Formularium :
1) Halaman judul
2) Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
3) Daftar Isi
4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang
obat
5) Produk obat yang diterima untuk digunakan
6) LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti
kata bahwa sementara Formularium itu digunakan
oleh staf medis, di lain pihak Tim formularium
puskesmas mengadakan evaluasi dan menentukan
pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran,
dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan
pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
I. Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan
petunjuk kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat
serta petugas administrasi di puskesmas dalam
menerapkan system formularium. Meliputi;
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai
disiplin ilmu dengan Tim formularium puskesmas
dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung. Sistem Formularium yang
diusulkan oleh Tim formularium puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang
berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
3. Standar Prosedur Operasional ( SPO )
adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah
dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
4. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan
yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang
berhubungan dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan
pelayanan resep. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar
matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
5. Peralatan Farmasi
Unit pelayanan Farmasi harus dilengkapi dengan semua
peralatan yang diperlukan sesuai dengan layanan yang
disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin. Pada saat
unit alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus
diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi kinerja
yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang
sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
6. Pemantapan Mutu (quality assurance)
farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pelayanan
resep. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing petugas farmasi secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
tepat.
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) unit pelayanan farmasi
merupakan bagian dari pengelolaan farmasi secara
keseluruhan. Farmasi melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan pelayanan resep
pasien. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan
farmasi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol cara penyiapan
obat menurut standar pelayanan resep yang benar.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan
keputusan untuk peningkatan pelayanan farmasi. Untuk itu
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN FARMASI

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Petugas yang memiliki kewenangan dalam pelayanan resep narkotika-
psikotropika adalah apoteker yang memiliki STRA dan SIPA dalam
wilayah kerja tersebut dan Tenaga Tekhnis Kefarmasian yang
memiliki STR dan SIKTTK dalam wilayah kerja tersebut di bawah
pengawasan apoteker

B. Distribusi Ketenagaan

Tenaga kefarmasian yang dibutuhkan dalam pelayanan ini adalah


minimal 1 orang apoteker dan 2 orang Tenaga Tekhnis Kefarmasian

C. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Jadwal Kegiatan

Pengelolaan obat dan Bahan Setiap hari kerja


Senin-Sabtu
Medis Habis Pakai

Pelayanan Farmasi Klinik Setiap hari kerja


Senin-Sabtu
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
DENAH RUANG OBAT / APOTEK
UPT PUSKESMAS BOJONGSARI

Keterangan :

1. Loket penerimaan resep dan penyerahan obat


2. Meja Perekapan Resep
3. Lemari obat
4. Ruang cuci (Wastafel), Meja racik, Lemari obat
5. Meja Kerja Dan Lemari Psikotropika Narkotika
6. Gudang obat

B. Standar Fasilitas
1. Terdapat meja penyiapan obat
2. Terdapat meja penyerahan obat
3. Terdapat meja peracikan obat
4. Terdapat lemari atau rak obat untuk penyimpanan obat
5. Terdapat lemari khusus psikotropika dan Narkotika
6. Terdapat lemari es untuk peyimpanan obat yang harus di suhu
dingin
7. Terdapat lemari dokumen yang terpisah dari obt

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan seusai kebutuhan
puskesmas yang diperoleh dari permintaan melalui LPLPO kepada
Dinas kesehatan, bukti pengadaan ditelusuri melalui SBBK
2. Penyimpanan dan pelaporan
a. Perbekalan farmasi disimpan sesuai dengan jenis, Nama obat
dan diletakkan pada lemari atau tempat lain
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan
dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan
atau pengeluaran obat atau perbekelan kesehatan lainnya
3. Cara peresepan
a. ditulis oleh dokter/dokter gigi/paramedic yang diberi
kewenangan
b. mencantumkan nama jelas dokter yang menulis resep
c. mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
d. signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
e. di tandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
f. apabila penulisan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka
obat tidak dapat dilayani
4. penyerahan
a. penyerahan obat hanya dapat dilakukan oleh apoteker dan
tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan apoteker
b. apoteker hanya dapat menyerahkan obat kepada pasien
berdasarkan resep dokter
c. penyerahan obat oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk
menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
d. sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika
harus di beri garis berwarna merah dan untuk obat
psikotropika di beri garis biru
e. pasien yang menerima obat harus ditanyakan alamat lengkap,
nama, nomer telfon dan paraf atau tanda tangan

5. pelaporan
pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
dilakukan setiap bulan ke dinas kesehatan. Untuk obat obat
lain tidak ada pelaporan khusus namun petugas wajib
memantau obat melalui kartu stok obat dan dilakukan stok
opname atau penyamaan jumlah fisik dengan kartu stok
selama satu bulan
6. pemantauan
a. pemantauan terhadap obat yang dilakukan meliputi
pemantauan stok harian untuk mnghindari kehilangan
obat
b. pemantuan terhadap suhu ruangan dan lemari es untuk
penyimpanan obat
c. pemantauan terhadap stok obat agar tidak terjadi
kekosongan
d. pemantauan obat-obat rusak dan obat kadaluwarsa
e. pemantuan khusus terhadap obat psikotropika dan
narkotika seperti,pembuatan laporan tiap bulan dan
pemantauan pasien yang menerima obat
7. pemusnahan

a. Petugas obat mengidentifikasi obat yang sudah rusak


atau kadaluwarsa setiap satu bulan
b. Petugas menandai obat yang yang masa kadaluwarsanya
kurang dari dari 3 bulan menggunakan post in yang
tertulis tanggal kadaluwarsa, untuk kemudian digunakan
system FEFO
c. Petugas Obat membuat daftar obat yang rusak dan
kadaluarsa
d. Petugas Obat memisahkan obat rusak dan kadaluarsa
e. Petugas meletakan Obat yang rusak / kadaluwarsa dalam
wadah yang ditandai, dan terpisah dengan obat yang lain
serta membuat daftar obat kadaluwarsanya
f. Petugas membuat pernyataan obat-obat rusak yang
disetujui oleh Kepala Puskesmas, dan Kepala puskesmas
membuat pernyataan pemusnahan yang disetujui Kepala
Dinkes dan disetujui oleh Wali Kota Depok
g. Petugas membuat berita acara pengangkatan obat rusak
untuk dibawa pihak ke 3, pihak ke 3 melakukan
pemusnahan yang disaksikan 2 saksi dari puskesmas
dan Dinas kesehatan
h. Petugas obat membuat laporan berita acara pemusnahan
obat dengan melampirkan nama obat, jumlah dan
keterangan tanggal kadaluarsa/rusak obat yang
dimusnahkan
1. Petugas membuat surat pemohonan penghapusan asset
kepada Dinas Kesehatan
B. METODE
Dalam penggunaan dan pendistribusiannya perbekelan kesehatan
puskesmas bojongsari menggunakan system peresepan sehingga
pengawasan dan pengendaliannya dapat lebih efektif dan untuk
keperluan tiap unit pelayanan puskesmas, petugas obat menyiapkan
surat permintaan khusus untuk kebutuhan tiap unit selama satu
minggu.
C. Langkah Kegiatan
1. penggunaan obat narkotika dan obat psikotropika
a. Peresepan obat hanya boleh ditulis oleh dokter/dokter gigi atau
petugas yang diberi kewenangan.
b. petugas penulis resep mencantumkan TANDA TANGAN penulis
resep tiap R/ obat narkotika dan psikotropika dan menuliskan
nama dan alamat pasien yang LENGKAP
c. Petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis jelas baik
jenis, jumlah dan cara penggunaannya
d. petugas penulis resep memastikan resep yang ditulis tidak di
ulang tanpa resep dokter untuk obat keras dan psikotropika-
narkotika
2. pengawasan dan pengendalian obat narkotika dan obat psikotropika
a. Petugas melakukan Stok Opname setiap bulan untuk
menyesuaikan jumlah obat sesuai dengan kartu stok
b. Petugas melakukan pencatatan untuk setiap perbekalan
farmasi diminta oleh setiap unit pelayanan kesehatan yang ada
di puskesmas.
c. Petugas menghitung jumlah kunjungan resep setiap bulannya
d. Petugas membuat Laporan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang dibutuhkan dengan format LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) setiap bulannya
untuk menghindari kekosongan dan kekurangan perbekalan
kesehatan di puskesmas.
e. Petugas mengajukan LPLPO kepada Kepala Puskesmas secara
online agar disetujui dan diterima oleh petugas perbekalan
kesehatan Dinas Kesehatan Depok secara online

BAB V
LOGISTIK

Obat dan perbekalan farmasai yang tersedia di puskesmas Bojongsari


sebagai berikut :
Obat- Obatan Alat Kesehatan Alat Dan Bahan
Habis Pakai Habis Pakai
Laboratorium
Amlodipin Tablet 5 Bisturi No 11
mg Asam Urat
Amoksisilin Kapsul Blood Lancet
250 mg Bilirubin Direct
Amoksisilin Kapsul Blood Set
500 mg Blue Tip
Cut Gut / Benang
Amoksisilin Sirup
Bedah Chromic 2/0 Blood Lancet
Kering 125 mg/5ml
Cut Gut / Benang
Amoksisilin Sirup
Kering 250 mg/5ml Bedah Chromic 3/0
Cholesterol
Cut Gut / Benang
Amoksisilin Drops
100 mg/ml Bedah Plain 2/0
Cup Sample
Ampisillin Injeksi Elastis Verban 4 " Cyanide Free Lytic
1000 mg/ml Solution
Foley Cathether 2
Antasida Suspensi Way No. 16
DOEN Diluent
Foley Cathether 2
Antasida Tablet Way No. 18 Drabkins
DOEN (Hemoglobin C)
Gelang Tangan Bayi
Anti Hemoroid Biru
Suppositoria DOEN EDTA 10%
Gelang Tangan Bayi
Pink
Aqua Destilata 20 L Enzymatic Cleaner
Handpiece Spray
(Cairan Pelumas
Aqua Pro Injeksi Instrumen)
Steril 20 mL Glukosa
Asam Asetil Salisilat Infussion Set Anak
Tablet 80 mg HBsAg Test
Infussion Set
Asam Askorbat ( Vit C Dewasa
) Tablet 250 mg HDL
Asam Askorbat ( Vit C IV Catheter No, 18 G Hematologi
) Tablet 50 mg Cleaner
IV Catheter No, 20 G Holder Standar
Asam Folat 1 mg Yellow
Jarum Vakum
Asam Mefenamat IV Catheter No, 22 G 22G Dengan
Tablet 500 mg Indikator
IV Catheter No, 24 G Kalibrator
Asetil sistein 200 mg
Asiklovir Tablet 200 Jarum Ekstirpasi Kartu Golongan
mg Darah
Jarum Jahit Kulit
Asiklovir Tablet 400 No. 11
mg KOH 10%
Jarum Jahit Kulit Kontrol Kimia
No. 13 (Kontrol Serum
Attapulgit Tablet Normal)
Jarum Jahit Kulit Kontrol Kimia
Benzatin Benzil No. 9 (Kontrol Serum
Penisilin 1,2 Juta Patologis)
Benzatin Benzil Jelly USG Gel
Penisilin 2,4 Juta Kreatinin
Kapas Berlemak 500
Betametason Krim
gr Larutan Klorin
0,5mg/g
500 ml
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
2. Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai

3. Tatalaksana Keselamatan Pasien

1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus


diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh
masuk ke dalam tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai
untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati
(restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang
pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan
kedengarannya mirip tidak boleh diletakkan di dalam 1
rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala
instalasi farmasi dansetiap unit yang terkait
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab
dialihkan ke wakil kepala masing-masing instalasi atau staff
pengganti yang telah ditunjuk.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. Pedoman Umum
Unit pelayanan Farmasi puskesmas merupakan unit pelaksana
fungsional yang bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu
pelayanan kefarmsian secara menyeluruh di puskesmas dengan ruang
lingkup pengelolan perbekalan farmasi.

2 Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit
pelayanan farmasi agar tercapai pelayanan kefarmasian dan
produktivitas kerja yang optimal.

2.2 Tujuan Khusus


a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan
pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar

3 Tahapan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Untuk terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja secara optimal
maka perlu dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi, Pengukuran dan Analisis : Identifikasi, pengukuran
dan analisis sumber-sumber yang dapat menimbulkan risiko
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja seperti :
a. Kondisi fisik pekerja: Hendaklah dilakukan pemeriksaan
kesehatan sebagai berikut:
1) Sebelum dipekerjakan,
2) Secara berkala, paling sedikit setahun sekali,
3) Secara khusus, yaitu sesudah pulih dari penyakit infeksi
pada saluran pernafasan (TBC) dan penyakit menular lain,
terhadap pekerja terpapar di suatu lingkungan dimana
terjadi wabah, dan apabila dicurigai terkena penyakit akibat
kerja.
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang
harus dipikul oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
Sedangkan lingkungan kerja yang tak mendukung merupakan
beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan
farmasi puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja
dalam 2 bentuk :
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi
seperti terpeleset, tersengat listrik, terjepit pintu,
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan
barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung,
terjatuh, tersengat listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat2
Pengendalian :
1. Legislatif Kontrol
2. Administratif Kontrol
3. Medikal Kontrol
4. Engineering Kontrol

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas


dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya
kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu
pelayanan.pengendalian mutu dilaksanakan dengan melakukan kegiatan
pengawasan,pemeliharaan dan audit terhadap obat dan bekalan kesehatan
lainnya untuk menjamin mutu,mencegah kehilangan,kadaluwarsa,rusak
dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai dengan
kesehatan dan keselamatan kerja ,dengan tahapan:

1) Mendefinisikan kualitas pelayanan obat yang diinginkan dalam bentuk


criteria
2) Penilaian kualitas pelayanan obat yang sedang berjalan berdasarkan
criteria yang sudah ditentukan
3) Pendidikan personil dan peningkatan fasilitas pelayanan apabila di
perlukan
4) Penilaian ulang kualitas pelayanan obat
5) Up date kriteria

1. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan
( komitmen ) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang
dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah
multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan
dapat diukur dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan
lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan
peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini
merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen ( pasien /
masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

2. Upaya Peningkatan Mutu


Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya
peningkatan mutu pelayanan unit farmasi puskesmas secara efektif
dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Upaya ini
dilakukan melalui :
a. Optomasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan yang dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu
sesuai dengan kebutuhan pasien
c.Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan
pengembangan pelayanan kesehatan setiap petugas harus
mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat
diperkecil sesuai dengan target mutu laboratorium dan kepuasan
pelanggan dapat meningkat.

3. EVALUAS1
1) Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program
evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker,
peracikan resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah
pelayanan dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan
mutasi barang.
2) Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai
standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan
obat
BAB IX

PENUTUP

Demikian disusunnya buku pedoman Pelayanan Farmasi ini dengan


harapan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tenaga farmasi di puskesmas Bojongsari dalam melaksanakan pelayanan
obat yang baik dan benar

Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan


Pedoman Pelayanan Farmasi ini dapat dilakukan revisi bila diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai