Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
diberikan kepada penyusun,sehingga buku pedoman Pelayanan Kefarmasian
puskesmas Bojongsari dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang
terkait dalam melakukan pelayanan kefarmasian bagi kepentingan masyarakat di
puskesmas Bojongsari.Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan pedoman
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Bojongsari ini.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TUJUAN PEDOMAN………………………………………………….
C. SASARAN PEDOMAN……………………………………………….
D. RUANG LINGKUP PELAYANAN………………………………………
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………..
A. DENAH RUANG………………………………………………………..
B. STANDAR FASILITAS………………………………………………..
A. LINGKUP KEGIATAN………………………………………………
B. METODE……………………………………………………………..
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………….
BAB V LOGISTIK……………………………………………………………….
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan,
yang berpean penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagi pusat
penggerak pembangunan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
maslah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan
Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigm lama
baru yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi
paradigm baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented)
dengan filosofi pelayan kefarmasian (pharmaceutical care).
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Untuk memenuhi setiap pelayanan farmasi dengan standar
pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan
Tujuan Khusus
C. SASARAN PEDOMAN
1. Apoteker
2. Tenaga tekhnis kefarmasian /Asisten Apoteker
3. Dokter/dokter gigi
4. Paramedis yang diberi kewenangan
5. Staf farmasi
E. Batasan Operasional
1. Bagan Organisasi
Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan
pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi.
Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan
pengolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan
manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan
yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan
pelanggan.
2. Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi.
a. Tim formularium puskesmas adalah tim yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf
farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan :
- Kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya
- Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan
pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan
penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
b. Organisasi dan Kegiatan Tim formularium puskesmas :
1. Susunan Tim formularium puskesmas serta kegiatan
yang dilakukan bagi tiap puskesmas dapat bervariasi
sesuai dengan kondisi puskesmas setempat. Tim
formularium puskesmas terdiri dari Dokter,
apoteker,bidan dan Perawat
3. Tim formularium puskesmas harus mengadakan rapat
secara teratur, sedikitnya 6 (enam) bulan sekali
5. Membina hubungan kerja dengan tenaga kesehatan
lainnya di dalam puskesmas yang
sasarannya berhubungan dengan penggunaan obat.
c. Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di puskesmas dan
merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam
formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan
produk obat yang sama.
2. Tim formularium puskesmas harus mengevaluasi untuk
menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan oleh anggota staf medis..
3. Membantu unit pelayanan farmasi dalam
mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan
dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di
puskesmas sesuai peraturan yang berlaku . Melakukan
tinjauan terhadap penggunaan obat di puskesmas
dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan
standart diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan
untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan
obat secara rasional.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek
samping obat.
5. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut
obat kepada staf medis dan perawat.
d. Kewajiban Tim formularium puskesmas
1. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan
terapi, formularium puskesmas, pedoman penggunaan
antibiotika dan lain-lain
2. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan puskesmas
dalam mencapai budaya pengelolaan dan penggunaan
obat secara rasional
3. pengelolaan dan penggunaan obat terhadap pihak-pihak
yang terkait
4. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan
obat dan memberikan umpan balik atas hasil pengkajian
tersebut
e. Tugas apoteker dalam Tim formularium puskesmas
1. Menjadi salah seorang anggota panitia
2. Menetapkan jadwal pertemuan
3. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan
4. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan
5. Semua hasil keputusan dalam pertemuan dan
melaporkan pada pimpinan puskesmas
6. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh
pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait
7. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah
disepakati dalam pertemuan
8. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi,
pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman
penggunaan obat dalam kelas terapi lain
9. Membuat formularium puskesmas berdasarkan hasil
kesepakatan Tim formularium puskesmas
10. pendidikan dan pelatihan
11. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat
12. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian
pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak terkait
f. Formularium puskesmas
1. Formularium adalah himpunan obat yang
diterima/disetujui oleh Tim formularium puskesmas
untuk digunakan di puskesmas dan dapat direvisi pada
setiap batas waktu yang ditentukan. Komposisi
Formularium :
1) Halaman judul
2) Daftar nama anggota Tim formularium puskesmas
3) Daftar Isi
4) Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang
obat
5) Produk obat yang diterima untuk digunakan
6) LampiranSistem yang dipakai adalah suatu sistem
dimana prosesnya tetap berjalan terus, dalam arti
kata bahwa sementara Formularium itu digunakan
oleh staf medis, di lain pihak Tim formularium
puskesmas mengadakan evaluasi dan menentukan
pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran,
dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan
pasien.
g. Pedoman Penggunaan Formularium
I. Pedoman penggunaan yang digunakan akan memberikan
petunjuk kepada dokter, tenaga kefarmasian, perawat
serta petugas administrasi di puskesmas dalam
menerapkan system formularium. Meliputi;
a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai
disiplin ilmu dengan Tim formularium puskesmas
dalam menentukan kerangka mengenai tujuan,
organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis
harus mendukung. Sistem Formularium yang
diusulkan oleh Tim formularium puskesmas
b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang
berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap institusi
3. Standar Prosedur Operasional ( SPO )
adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah
dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
4. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan
yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang
berhubungan dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan
pelayanan resep. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang
yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar
matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
5. Peralatan Farmasi
Unit pelayanan Farmasi harus dilengkapi dengan semua
peralatan yang diperlukan sesuai dengan layanan yang
disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin. Pada saat
unit alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus
diperhatikan menunjukan kemampuan atau memenuhi kinerja
yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang
sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
6. Pemantapan Mutu (quality assurance)
farmasi kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pelayanan
resep. Pemantapan Mutu Internal (Internal Quality Control)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing petugas farmasi secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
tepat.
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di unit pelayanan farmasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) unit pelayanan farmasi
merupakan bagian dari pengelolaan farmasi secara
keseluruhan. Farmasi melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan pelayanan resep
pasien. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan
farmasi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan
untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol cara penyiapan
obat menurut standar pelayanan resep yang benar.
8. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan farmasi diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan
keputusan untuk peningkatan pelayanan farmasi. Untuk itu
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan
mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
BAB II
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
A. Denah Ruang
DENAH RUANG OBAT / APOTEK
UPT PUSKESMAS BOJONGSARI
Keterangan :
B. Standar Fasilitas
1. Terdapat meja penyiapan obat
2. Terdapat meja penyerahan obat
3. Terdapat meja peracikan obat
4. Terdapat lemari atau rak obat untuk penyimpanan obat
5. Terdapat lemari khusus psikotropika dan Narkotika
6. Terdapat lemari es untuk peyimpanan obat yang harus di suhu
dingin
7. Terdapat lemari dokumen yang terpisah dari obt
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
1. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan seusai kebutuhan
puskesmas yang diperoleh dari permintaan melalui LPLPO kepada
Dinas kesehatan, bukti pengadaan ditelusuri melalui SBBK
2. Penyimpanan dan pelaporan
a. Perbekalan farmasi disimpan sesuai dengan jenis, Nama obat
dan diletakkan pada lemari atau tempat lain
b. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan
dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan
atau pengeluaran obat atau perbekelan kesehatan lainnya
3. Cara peresepan
a. ditulis oleh dokter/dokter gigi/paramedic yang diberi
kewenangan
b. mencantumkan nama jelas dokter yang menulis resep
c. mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
d. signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
e. di tandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
f. apabila penulisan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka
obat tidak dapat dilayani
4. penyerahan
a. penyerahan obat hanya dapat dilakukan oleh apoteker dan
tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan apoteker
b. apoteker hanya dapat menyerahkan obat kepada pasien
berdasarkan resep dokter
c. penyerahan obat oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk
menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan
memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
d. sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika
harus di beri garis berwarna merah dan untuk obat
psikotropika di beri garis biru
e. pasien yang menerima obat harus ditanyakan alamat lengkap,
nama, nomer telfon dan paraf atau tanda tangan
5. pelaporan
pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika
dilakukan setiap bulan ke dinas kesehatan. Untuk obat obat
lain tidak ada pelaporan khusus namun petugas wajib
memantau obat melalui kartu stok obat dan dilakukan stok
opname atau penyamaan jumlah fisik dengan kartu stok
selama satu bulan
6. pemantauan
a. pemantauan terhadap obat yang dilakukan meliputi
pemantauan stok harian untuk mnghindari kehilangan
obat
b. pemantuan terhadap suhu ruangan dan lemari es untuk
penyimpanan obat
c. pemantauan terhadap stok obat agar tidak terjadi
kekosongan
d. pemantauan obat-obat rusak dan obat kadaluwarsa
e. pemantuan khusus terhadap obat psikotropika dan
narkotika seperti,pembuatan laporan tiap bulan dan
pemantauan pasien yang menerima obat
7. pemusnahan
BAB V
LOGISTIK
1. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem
dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan.
2. Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
2 Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit
pelayanan farmasi agar tercapai pelayanan kefarmasian dan
produktivitas kerja yang optimal.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
1. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan
( komitmen ) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang
dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah
multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan
dapat diukur dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan
lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan
peggerakan pelayanan kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan
dengan konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini
merupakan variable penilaian mutu yang penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan
perubahan yang terjadi pada konsumen ( pasien /
masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
3. EVALUAS1
1) Jenis Evaluasi
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi tiga jenis program
evaluasi:
a. Prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan
Contoh : pembuatan standar, perijinan.
b. Konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan
dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling apoteker,
peracikan resep oleh Asisten Apoteker.
c. Retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah
pelayanan dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan
mutasi barang.
2) Metoda Evaluasi
a. Audit (pengawasan)
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai
standar
b. Review (penilaian)
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber
daya, penulisan resep.
c. Survei
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
d. Observasi
Terhadap kecepatan pelayanan antrian, ketepatan penyerahan
obat
BAB IX
PENUTUP