PEMERIKSAAN FISIS UMUM
Bambang Setiyohadi, Imam Subekti
Pemeriksaan fisis mempunyai nilai yang sangat penting
untuk memperkuat temuan-temuan dalam anamnesis,
‘Teknik pemerikssan fisis meliputi pemeriksaan visual atau
pemeriksaan pandang (Inspeksi), periksa raba (Palpasi,
Pemeriksaan ketok (Perkusi) dan Pemeriksaan dengar
dengan menggunakan stetoskop (Auskultasi). Sikap sopan
santun dan rasa hormat tethadap tubuh dan pribadi pasien
yang sedang diperiksa harus diperhatikan dengan baik
oleh pemeriksa, Hindarkan segala tindakan yang dapat
smengakibatkan rasa malu atau rasa tidak nyaman pada dir
pasien. Sebaliknya pemeriksa juga tidak boleh bersikap
kau dan canggung, Karena akan mengurangi kepercayaan
pasien tethadap pemeriksa, Hindarkan membuka pakaian
pasien yang tidak diperlukan. Periksalah pasien secara
sistematik dan senyaman mungkin, mulai melihat keadaan
‘umum pasien, tanda-tanda vital, pemeriksaan jantung,paru,
abdomen dan ekstremitas. Pemeriksaan pada daerah
sensitif, misalnya payudara, anorektal” dan
urogenital sebaiknya dilakukan atas indikasi
KEADAAN UMUM
Sebelum melakukan pemeriksaan fisis, dapat diperhatikan
bagaimana keadaan umum pasien melalui ekspresi
.wajahnya, gaya berjalannya dan tanda-tanda spesifik lain
yang segera tampak begitu kita melihat pasien, misalnya
ceksoftalmus, cusingoid, parkinsonisme dan sebagainya.
Keadaan umum pasien dapat dibagi atas tampak sakitringan
atau sakit sedang atau sakit berat. Keadaan umum pasien
seringkali dapat menilai apakah keadaan pasien dalam
‘keadaan darurat medik atau tidak.
Hal lain yang segera dapat dilihat pada pasien adalah
keadaan gizi dan habitus, Pasien dengan berat badan dan
bentuk badan yang ideal disebut memiliki habitus
25 menunjukkan berat badan lebih dan IMT >30
adalah obesitas.
KESADARAN
Kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan
‘melibat reaksi pasien yang wajarterhadap stimulus visual,
auditor maupun taktil. Seorang yang sadar dapat tertidur,
‘api segera terbangun bila dirangsang. Bila perly, tingkat
kesadaran dapat diperiksa dengan memberikan rangsang
ayer
TINGKAT KESADARAN
Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap
irinya maupun terhadap lingkungannya, Pasien dapat
‘menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.
Apatis, yaitu keadaan di mana pasien tampak segan dan
‘cub tak acu terhadap lingkungannya,
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan
‘motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien
tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta,
Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitukeadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila
dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan
tertidur kembali.
Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam.
Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang
kuat, misalnya rangsang nyeri ttapi pasien tidak terbangun
sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang
bak.
‘Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaran
‘yang tidak memberikan respons terhadap rangsang verbal,
‘dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks
(korea, pupil) masih baik. Respons tertiadap rangsang
nyeri tidak adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak
ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap
rangsang nyer
SINKOP
Sinkop adalah penurunan kesadaran sementara (ransient)
yang biasanya berhubungan dengan penurunan aliran
‘darah di otak. Sinkop dapat berhubungan dengan kolaps
postural dan dapat membaik sendiri tanpa gejala sisa.
Sinkop dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala yang
mendahului, atau dapat juga didahului oleh gejala
presinkop seperti nyeri kepala, pusing, kelemahan unum,
‘muntah, penglihatan kabur,tinitus atau berkeringat.
Sinkop harus dibedakan dengan serangan epileptit
Serangan epileptik biasanya timbul tanpa penyebab yang
kkhas dan tidak dipengaruhi oleh posisi pasien, tetapi pasien
akan merasakan sensasi abnormal sebelumnya yang
disebut aura, misalnya halusinasi, mencium bau yang aneh
ddan sebagainya; sedangkan sinkop seringkali didahului
‘leh penyebab tertentu, misalnya nyeri akut, ansictas,
bbangun dari posisi berbaring atau duduk. Pasien sinkop
biasanya menunjukkan gejala perifer pucat (palor) sedang
serangan epileptik seringkali disertaisianosis. Penurunan
kesadaran akibat epilepsi biasanya lebih lama
dibandingkan penurunan kesadaran akibat sinkop.
Penyebab sinkop dalam garis besarnya dapst dibagi 3,
yyaitu kelainan tomus vaskular atau volume darah (termasuk
sinkop vasovagal dan hipotensi ortostatik), kelainan
kardiovaskular (aritmia, infark miokardial) dan kelainan
serebrovaskular. Kelainan lain yang juga dapat
menyebabkan sinkop adalah. hipoksia, anemia,
hipoglikemia, ansietas atau reaksi histeris,
SKALA KOMA GLASGOW
Skala koma Glasgow merupakan ukuran perkembangan
tingkat kesadaran yang menilai 3 Komponen, yaitu
DASAMDASAI HLMU PENVASET DALAM
membuka mata, respons verbal (bicara) dan respons
motorik (gerakan). Secara lengkap, skala tersebut
tercantum pada Tabel 1.
Mombuka mate
‘Spontan
= Terhadap bicara
(Suruh pasien membuka mata)
Dengan rangsang nyer 2
(Tekanan pada sara! supracrbta atau kuku
oo) i
Tidak ade reaksi
(Dengan rangsang nyer)
Respons verbal (ara)
‘Bak, tak ada disoientas| 5
{(Dapat menjawab dengan kalimet yang balk)
= Kau (confised)
{(Dapat cara, telap terdapst cisoxentast
waktu dan tempat)
- Tidak tepat 3
{(Dapat mengucapkan kala kata, ttapi tidak
berupa kalimat, dan tidak tepat)
~ Mengerang, 2
(Tidak mengucapken kata, hanya
mengerang) 1
‘Tidak ada jawaban
‘Respons motorik (Gerakan)
Mnurutperinta
Mengetahui lokasi nyeri
FReaksi menghindar
Reeaks leks! (dekortkasi)
(Rangeang nyeri mamborkan respons fekst
sku)
)
+ Reaksi ekstons (deserebras)
(Rangsong nyeri memborikan respons
kstenai i)
= Tidak ada reaks!
(Rangsang nye tidak memberixan respons
‘apapu)
ksimal adalah 15, sedangkan nial minimal adalah 3
MATI BATANG OTAK
Akhir berbagai kelainan struktural dan metabolik yang,
rmenyerang otak adalah kerusekan otak yang permanen yang
menghasilkan koma yang dalam sehinggs fungsi respirasi
harus dibantu dengan alat. Terdapat bukti-bukti yang
‘menguatkan behwa bila fungsi batang otak telah berhenti
‘maka kemungkinan pasien akan pulih sangat kecil sekali.
(Oleh sebab itu peniaian terhadap kemungkinan telah terjadi
‘mati batang otak sangat penting untuk menentukan apakah
duleungan alat penyambung hidup masil akan diberikan
atau tidak. Penilaian mati batang otak harus dilakukan
secermat mungkin untuk menghindari berbagai penyebab
‘koma yang bersifat reversibel, misalnya koma akibat obat-
‘obatan atau metabolik. Biasanya penentuan mati batang
otak dilakukan setelah 24 jam keadaan pasien dipertabankan
dan tidak memunjukkan gejala perbaikan. Kematian batang,
otak harus dilakukan oleh beberapa dokter dan dilakukanevaluasibeberapa kal, misalnya setiap 2,3, 6atau 12 jam, di
‘mana pasien tidak mendapatkan obat penekan saraf pusat
‘tau pelemas oto atau obat yang menyebabkan hipotermia..
‘Adapun tanda-tanda mati batang otak adalah: 1). Refleks
pupil, Gunakan lampu senter untuk mengkonfirmasikan
bbahwva refleks pupil terhadap cahaya negatif; 2). Refleks
kkomea. Gunakan kapas yang halus dan secara hati-hati usap
pada bagian lateral komea, pada mati batang otak tidak
didapatkan refleks korea; 3). Refleks vestibulo-okuler.
Dilakukan hanya bila membran timpani utuh dan tidak ada
serumen. Dengan menggunakan kateter, masukkan 50 mi air
3 ke dalam liang telinga luar, pada mati batang otak tidak
akan ditemukan deviasi okuler. Ulangites pada telinga yang,
lain; 4), Respons motorik pada saraf otak. Dilakukan dengan
‘cara memberikan respons niyeri pada glabela dan pasien
tidak menunjukkan respons; 5). Respons trakeal. Rangsang,
ppalatum atau trakea dengan kateter isap dan pasien tidak
‘menunjukkan respons apapun; 6). Reaksi pernapasan
terhadap hiperkapnia. Berikan 95% O, dan 5% CO, melalui
respirator schingga PCO, mencapai 6,0 kPa (40 mmHg).
kemudian lepaskan respirator, tapi berikan oksigen 100%
lewat kateter trakea 6 Limenit, perhatikan apakah timbul
respons pernapasan pada waktu PCO, mencapai 6,7 kPa (50
imiig)
‘TANDA-TANDA VITAL
Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36:-37°C. Pada pagi hari
siuhu mendekati 36°C, sedangkan pada sore hari mendekati
37°C. Pengukuran subu di rektum juga akan lebih tinggi
0,5*-1°C, dibandingkan suhu mutut dan suhu mulut 0,5°C
lebih tinggi dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan
demam, subu akan meningkat, sehingga suhu dapat
dianggap sebagai termostat keadaan pasien. Suhu
rmerupakan indikator peny@kit, oleh sebab itu pengobatan
ddemam tidak cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi
hharus dicari apa etiologinya dan bagaiman menghilangkan
ctiologi tersebut
Selain diproduksi, suhu juga dikeluarkan dari tubuh,
tergantung pada suhu disekitarya. Bila suhu sekitar
rendab, maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui
rradiasi atau konveksi; sedangkan bila suhu sekitar tinggi,
‘maka suhu akan dikeluarkan dari tubuh melalui evaporasi
(berkeringat). Tubuh dapat mengatur pengeluaran suhu
dari tubuh melalui peningkatan aliran darah ke permukaan
‘ubub ckulit)schingga subu dapat diangkut ke perifer oleh