pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan
dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan
medis. Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses
penuaan itu sendiri.
4. Klasifikasi
Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya
tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Katarak
Glaukoma
Retinopati
Gatal seluruh badan
Pruritus Vulvae
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
Dermatopati
Neuropati perifer
Neuropati viseral
Amiotropi
Ulkus Neurotropik
Penyakit ginjal
Penyakit pembuluh darah perifer
Penyakit koroner
Penyakit pembuluh darah otak
Hipertensi
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak
dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk
kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,
antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.
7. Pathway
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a.
Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet
ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b.
Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan
gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan
atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik
untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.
c.
Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain
itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d.
e.
Pendidikan
9.
Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah sewaktu
Kadar glukosa darah puasa
Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang
merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab
hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik
oral.
sakit
kepala,
kesemutan,
kebas
kelemahan
pada
Tindakan / intervensi
Mandiri
1.
Timbang berat badan sesuai indikasi.
2.
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
Tentukan program diet, pola makan, dan Mengidentifikasikan
kekurangan
dan
dihabiskan klien.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri Hiperglikemi, gangguan keseimbangan
abdomen atau perut kembung, mual, cairan
dan
elektrolit
menurunkan
muntah dan pertahankan keadaan puasa motilitas atau fungsi lambung (distensi
4.
sesuai inndikasi.
Berikan
makanan
mengandung
cair
nutrisi
dan
lebih padat.
Identifikasi makanan yang disukai.
Kerja sama dalam perencanaan makanan.
Libatkan keluarga dalam perencanaan Meningkatkan
rasa
keterlibatannya,
makan.
7.
Observasi
(perubahan
tanda
tingkat
kesadaran,
lembap atau dingin, denyut nadi cepat, diberikan tetap diberikan insulin, maka
lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, terjadi
pusing).
hipoglikemia
memperlihatkan
terjadi
perubahan
tanpa
tingkat
kesadaran.
Kolaborasi
8.
Lakukan
pemeriksaan
gula
Pantau
pemeriksaan
dengan
cepat
pula
membantu
untuk
menghindari
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit
menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi
pasien terpenuhi
Dengan kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Tindakan / Intervensi
Rasional
Mandiri
1.
Kaji riwayat klien sehubungan dengan Membantu memperkirakan kekurangan
lamanya atau intensitas dari gejala seperti volume total. Adanya proses infeksi
muntah
dan
pengeluaran
urine
berlebihan.
2.
yang mengakibatkan
hipermetabolik
demam
yang
dan
keadaan
meningkatkan
kehilangan air.
Pantau tanda tanda vital, catat adanya Hipovolemi
dimanifestasikan
perubahan tekanan darah ortostatik.
oleh
3.
Pantau
pola
napas
seperti
4.
Pantau
frekuensi
dan
harus
berkurang
bila
ketosis
terkoreksi.
kualitas Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan
pernapasan, penggunaan otot bantu napas, pola dan frekuensi pernapasan normal.
adanya periode apnea dan sianosi.
dangkal
dan
cepat
serta
Pantau
suhu,
warna
kulit,
kelembapannya.
6.
7.
8.
pengganti.
Pertahankan pemberian cairan minimal Mempertahankan hidrasi atau volume
9.
2500 ml/hari.
10. Tingkatkan
lingkungan
sirkulasi.
yang Menghindari pemanasan yang berlebihan
mental
sensori.
klien
lebih
lanjut
dapat
tertangani,
gangguan
kesadaran
dan elektrolit.
13. Observasi adanya perasaan kelelahan yang Pemberian cairan untuk perbaikan yang
meningkat,
edema,
peningkatan
badan, nadi tidak teratur, dan distensi cairan dan gagal jantung kronis.
vaskuler.
Kolaborasi
14. Berikan terapi cairan sesuai indikasi:
11.
Normal salin atau setengah normal salin Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
kemerahan.
2.
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan tekanan pada edema dan
pada tonjolan tulang
menurunkan iskemia
3.
Pertahankan alas kering dan bebas Menurunkan iritasi dermal
lipatan
4.
Beri
perawatan
kulit
penggunaan lotion
robekan pada kulit
5.
Lakukan perawatan luka dengan teknik Mencegah terjadinya infeksi
aseptik
6.
Anjurkan pasien untuk menjaga agar Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
7.
d.
dapat
membantu
meningkatkan
tingkat
aktivitas
Berikan
periode
5.
istirahat
alternatif
yang
cukup/
diganggu.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
tekanan
6.
aktivitas
darah
sebelum
melakukan aktivitas.
Tingkatkan partisipasi
dan
klien
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
7.
kebutuhan.
yang dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda Membantu
dalam
mengantisipasi
penyakit
dan
mengurangi
Rasional
infeksi
prosedur invasif.
4.
pertumbuhan kuman.
Berikan perawatan kulit dengan teratur Sirkulasi perifer bisa terganggu dan
dan
sungguh-sungguh,
masase
tulang yang tertekan, jaga kulit tetap risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
kering, linen kering dan tetap kencang.
5.
Berikan tisue dan tempat sputum pada Mengurangi penyebaran infeksi.
tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang
lainnya.
Kolaborasi
6.
Lakukan
pemeriksaan
kultur
mambantu
Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan factor risiko dan
untuk melindungi diri dari cidera.
Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Rencana / Intervensi
Mandiri
1.
Hindarkan lantai yang licin.
2.
3.
Rasional
Lantai licin dapat menyebabkan risiko
4.
lansia
bisa
menyesuaikan
diri
terhadap ruangan.
Bantu klien dalam melakukan aktivitas Lansia sudah mengalami penurunan dalam
sehari-hari
5.
kondisi lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba
Medika
2. Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
3. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
4.
5.
6.
7.