Anda di halaman 1dari 20

Kata pengantar

Bismilahirrahmaanirrahiim

Daftar isi

Rumusan masalah
1. Bagaimana karakteristik dari Negara berkembang?

2. Bagaimana karakter politik dari Negara berkembang?


3. Seberapa besar peran media pers dalam politk di Indonesia sebagai Negara berkembang?
4. Bagaimana perbandingan system politik Negara berkembang dan Negara maju?

Tujuan yang ingin dicapai


Dengan adanya tugas ini, diharapkan agar kita bisa membedakan cirri politik Negara di
dunia pada umumnya dan cirri politik Negara maju dan berkembang pada khususnya. Serta
bagaimana hal tersebut dapat terjadi ditinjau dari faktor yang mempengaruhinya.

BAB 1
Pendahuluan

Sistem politik suatu Negara dibelahan dunia pada umumnya berbeda dengan Negara lainnya. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya unsur yang dinamakan kedaulatan Negara. Kedaulatan
merupakan sesuatu yang dicita-citakan dan berusaha untuk dipertahankan oleh suatu Negara dan
untuk melakukan ataupun mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan sebuah aturan yang
tersistematis dalam pengambilan kebijakan dalam sebuah Negara. Dengan munculnya pola
perilaku sebuah Negara dalam memutuskan sebuah kebijakan, maka hal tersebut dapat
menggambarkan bagaimana system politik suatu Negara berjalan.
Dalam kaitannya mengenai mempertahankan atau berusaha mewujudkan sebuah kedaulatan,
peran system politik juga tidak bisa dipisahkan dari ciri-ciri suatu Negara ataupun ciri-ciri
penduduk suatu Negara, dengan kata lain menyangkut ideology suatu Negara karena ideology
sangat mempengaruhi perilaku dan orientasi Negara dalam menjalankan pemerintahannya.
Dalam menciptakan sebuah system, ideology juga menjadi actor penting untuk membuat sub-sub
sistemnya sehingga sub-sub system tersebut dapat menyatu dengan padu. Sebagai contoh,
Negara Indonesia merupakan Negara yang mempunyai system politik yang mengatur
berdasarkan ideology yang telah disepakati bersama tentang kemajemukan dan kesetaraan dalam
perbedaan (etnis). Indonesia yang notabenenya Negara yang memiliki suku bangsa yang
bermacam-macam dalam usaha mewujudkan kedaulatan suatu Negara memilih demokrasi
sebagai system politiknya.
Oleh karena itu, dalam membahas system ataupun karakteristik politik suatu Negara tidak bisa
dilepaskan dari bagaimana kita melihat ideology Negara tersebut karena dalam mewujudkan
cita-cita Negara, selalu berkaitan dengan cara atau perilaku Negara tersebut.

BAB 2

Pembahasan
Karakteristik Negara berkembang
Sebelum membahas lebih rinci mengenai karakteristik politik dari Negara berkembang,
sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai karakter dari Negara berkembang itu sendiri dan
akhirnya bagaimana hal tersebut berpengaruh terhadap system politiknya. Menurut Ragnar
Nurkse, Negara berkembang adalah suatu Negara yang sedang membangun jika dibandingkan
dengan Negara-negara lain yang ekonominya lebih maju. Negara yang demikian memiliki sedikit
modal dibandingkan dengan jumlah penduduk dan sumber-sumber alamiahnya. Negara
berkembang adalah kata yang menggambarkan bahwa Negara dalam suatu proses perkembangan
menuju Negara yang lebih maju. Istilah ini juga biasanya dijadikan sebagai tolak ukur untuk
mengklasifikasi sebuah Negara berdasarkan unsur-unsur tertentu yang menjadi patokan apakah
Negara tersebut merupakan Negara yang masih dalam tahap perkembangan atau masuk dalam
kategori sudah maju dibanding Negara lainnya.
Berbicara mengenai karakteristik dari Negara berkembang sendiri, terdapat banyak faktor yang
menjadi acuan untuk mengkategorikan sebuah Negara menjadi Negara yang masih berkembang.
Dalam berbagai versi terdapat faktor tertentu yang menjadi tolak ukur bagi sebuah institusi atau
lembaga yang berwenang untuk mengkategorikan Negara-negara tersebut. Sebagai contoh World
Bank mengklasifikasikan Negara berdasarkan tingkat pendapatan perkapita suatu Negara. Hal
tersebut sudah menjelaskan bahwa klasifikasi sebuah Negara untuk dikatakan maju atau
berkembang berasal dari sector ekonomi, tetapi seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
orientasi setiap Negara adalah bebeda dalam menciptakan kedaulatan maka ada pula Negara
yang bisa dikatakan maju dalam militernya tetapi masih dikategorikan sebagai Negara
berkembang. Bahkan terdapat suatu Negara yang pendapatan perkapitanya tinggi dimana hal
tersebut adalah dari segi ekonominya namun tetap digolongkan sebagai Negara berkembang.
Contohnya adalah Negara singapura merupakan Negara yang pendapatan perkapitanya lebih
tinggi dari amerika serikat. Namun singapura masih tetap digolongkan sebagai Negara
berkembang karena tingkat ketergantungan Negara tersebut juga masih tinggi terhadap Negara
maju.

Untuk memahami lebih jelas pembahasan mengenai karakter atau ciri dari Negara berkembang,
berikut adalah daftar pengklasifikasian sebuah Negara untuk digolongkan menjadi Negara
berkembang menurut masing-masing lembaga
a. Klasifikasi menurut World Bank
1. Negara berpendapatan rendah : < US $ 765
2. Negara berpendapatan menengah rendah : US $ 766-3.035
3. Negara berpendapatan menengah tinggi : US $ 3.035-9.385
4. Negara berpendapatan tinggi : > US $ 9.386
b. Klasifikasi menurut PBB
1. Negara miskin
2. Negara sedang berkembang
3. Negara penghasil minyak
c. Klasifikasi menurut OECD (organization economic cooperation and development)
berdasarkan pendapatan nasionalnya
1. Negara berpenghasilan rendah < US $ 600
2. Negara penghasil minyak
3. Negara berkembang bukan penghasil minyak
4. Negara industry baru

Dari keterangan diatas tentang bagaimana sebuah lembaga mengklasifikasi sebuah Negara pada
umumnya secara garis besar tolak ukurnya terdapat pada sector ekonominya. Hal tersebut
disebabkan karena berawal dari sektor ekonomi akan berpengaruh besar terhadap sektor lainnya
dalam pembangunannya.
Oleh karena itu dapat ditarik beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari Negara yang
berada pada perkembangan yaitu pendapatan perkapitanya, penghasilan yang masih tergantung
pada sumber daya alam, faktor produksi yang masih kurang, ketergantungan yang tinggi
terhadap Negara maju, pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan pemenuhan
kebutuhan.

Beberapa contoh Negara berkembang


1. Cina

Republic rakyat cina berdiri sejak tahun 1949 setelah menumbangkan dinasti cing yang
berusia ratusan tahun. Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun cina berubah
menjadi kekuatan yang besar di asia tenggara dalam perkembangan ekonominya.
Republik Rakyat China adalah sebuah negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh
kebudayaan, sejarah dan geografis yang dikenal sebagai China.
Secara resmi China masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah ahli tidak
berpandangan bahwa China merupakan negara komunis seutuhnya. Hingga saat ini tidak
ada definisi yang tepat yang dapat diberikan kepada jenis pemerintahan yang
dilaksanakan oleh China, karena strukturnya tidak dikenal pasti.
Walupun seringkali dilihat sebagai negara yang berhaluan komunis, kebanyakan sektor
ekonomi China telah diswastakan sejak tiga dasawarsa yang lalu. Walau bagaimanapun,
pemerintah masih mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaanperusahaan milik pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, China masih tetap
menjadi pemerintahan satu partai.
Dalam bidang politik, China masih dikuasai oleh Partai Komunis China.Rekrutmen
politik juga dilakukan oleh partai komunis China, dan partai ini akan secara tega
melakukan protes atas organisasi atau apapun yang dapat membahayakan kedudukannya
dalam pemerintahan. Selain itu tujuan utama dari Partai Komunis China adalah untuk
selamanya mempertahankan kekuasaan atas China, partai tidak akan pernah runtuh dan
akan selalu mempunyai kekuatan untuk megendalikan negara beserta rakyatnya. Salah
satu kebijkan politik Deng Xiaoping yang terkenal adalah Satu Negara Dua Sistem.
2. Arab Saudi
Arab Saudi adalah negara dengan bentuk negara monarki absolut. Sistem pemerintahan
Arab Saudi yaitu negara Islam yang berdasarkan syariah Islam dan Al Quran. Kitab Suci
Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan konstitusi Arab Saudi. Pada
tahun 1992 ditetapkan Basic Law of Government yang mengatur sistem pemerintahan,
hak dan kewajiban pemerintah serta warga negara. Arab Saudi dipimpin oleh seorang raja
yang dipilih berdasarkan garis keturununan atau orang yang diberi kekuasaan langsung
oleh raja. Hal ini berdasarkan pasal 5 Basic Law of Government yang menyatakan
kekuasaan kerajaan diwariskan kepada anak dan cucu yang paling mampu dari pendiri

Arab Saudi, Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud, dimana raja merangkap Perdana
Menteri dan panglima tinggi angkatan bersenjata Arab Saudi.
Sebelum membahas secara jauh, sebenarnya nama resmi negara bangsa Arab Saudi
berasal dari bahasa Arab, yaitu al-Mamlakah al-Arabiyah as-Saudiyah. Selanjutnya
bagian ini akan menjelaskan berbagai pengalaman negara ini dalam menjalankan sistem
politik untuk melangsungkan mekanisme pemerintahan. Sejak kekuasaan dilaksanakan
oleh dua basis besar, yaitu Muhammad bin Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab,
praktis kekuasaan sebagai kepala negara, kepala pemerintahan dilaksanakan secara
langsung oleh raja dalam suatu dinasti, yang kemudian disebut sebagai monarki feodal
Arab. Begitu juga jabatan-jabatan penting lainnya dikelola oleh keluarga raja, bahkan
Komisi Pengawasan Pengadilan diangkat dan ditunjuk oleh raja, demikian pula dalam hal
pemerintahan daerah, serta gubernur dari semua provinsi ditentukan dan dipilih oleh raja.
Dalam hal pemisahan kekuasaan di arab Saudi, maka akan dibahas beberapa hal atau
aspek mengenai pemisahan kekuasaan dalam system yang digunakan oleh kerajaan
Saudi. Hal tersebut juga berkaitan dengan perkembangan dunia yang mengglobal
sehingga untuk tetap menjaga kerjasama dengan Negara-negara lain di dunia, maka
terdapat beberapa hal yang perlu dibahas oleh system yang dijalankan oleh pemerintah
atau keluarga kerajaan.
Yang pertama, dalam hal eksekutif yaitu kepala negara dipegang oleh seorang raja yang
telah ditetapkan oleh mekanisme Dewan Keluarga Saudi sehingga tidak ada partai politik
di Arab Saudi, setelah itu ketika semakin maju proses pemerintahan, maka dibentuk
berbagai departemen yang pejabatnya dipegang oleh keluarga Saudi. Jadi system dalam
pemerintah yang dijalankan di arab Saudi jika dilihat dari sudut pandang globalisme,
system politik yang digunakan untuk mempertahankan eksistensinya dan kedaulatannya
cenderung kearah otoriter. Dimana dalam hal ini seperti yang dibahas sebelumnya tidak
ada kebebasan berpolitik dengan tidak adanya kendaraan politik seperti partai politik.
Yang kedua, dalam bidang legislatif menjelang tahun 2000, untuk menghadapi era
globalisasi dan tekanan demokratisasi, maka terbentuk suatu badan musyawarah atau
majelis syura dalam merespon berbagai tekanan, bahkan dianggap berbagai kalangan

pengamat sebagai upaya menghindar dari pembentukan partai politik. Jadi, untuk
menghindari terbentuknya partai politik yang menurut para ahli akan mengancam system
politik yang dibangun oleh keluarga kerajaan Saudi sehingga dibentuklah suatu badan
musyawarah sebagai respon terhadap tekanan perkembangan zaman dimana seluruh
Negara-negara di dunia yang umumnya memiliki bentuk pemerintahan yang monarki
atau kerajaan perlahan-lahan disusupi isu tentang demokrasi yang memiliki dasar
ideology liberal. Tentulah hal ini sangat bertentangan dengan ideology dasar dari Negara
Saudi Arabia. Seperti yang dikatakan sebelumnya pemerintahan ini terbentuk berdasarkan
syariah islam berdasarkan Al-Quran dan sunnah.
Yang ketiga, yudikatif yaitu sistem peradilan yang terdiri dari pengadilan-pengadilan
biasa, pengadilan tinggi agama Islam dan sebuah mahkamah banding. Sistem hukum ini
bersumber dari al-Quran yang bersumber dari hadis periwayatan sunni mazhab Wahabi.
Adapun, disana berlaku pula hukum adat dan hukum suku yang diawasi oleh Komisi
Pengawas Pengadilan. Sama seperti yang dijelaskan sebelumnya, dalam pemenuhan akan
kedaulatan rakyat dan negaranya pemerintah Saudi menerapkan hukum yang tegas yang
bersumber dari Al-quran dan hadist, sehingga tidak memungkinkan untuk disanggah
oleh pemkiran-pemikiran liberal yang merambah keseluruh penjuru dunia.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Arab Saudi mempunyai bentuk pemerintahan
Monarki Konstitusional, yaitu kerajaan yang harus tunduk dan taat kepada konstitusi,
yakni al-Quran dan syariat Islam, hal tersebut berdasarkan pengamatan Jhon L. Esposito.
Jadi, ketika seorang raja menyimpang dari konstitusi tersebut, maka boleh disingkirkan
dan hal itu dilakukan oleh Dewan Keluarga Saud. Dalam sistem politik ini memang tidak
demokratis, namun seiring dengan perkembangan dan munculnya tuntutan berbagai
kelompok, maka terdapat nilai-nilai demokrasi, walaupun sangat kecil sekali, bahkan
sebagian pengamat menyebut sama sekali tidak ada.
3. Indonesia
Indonesia merupakan Negara yang memiliki latarbelakang sejarah yang kompleks baik
dari segi pemerintahan dan konstitusinya maupun sejarah pembentukannya yang disertai
dengan perjuangan para pahlawan dalam melawan penjajahan. Dan pada akhirnya

melawan penjajahan dunia menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia
sebagaimana yang tercantum dalam konstitusinya.
Dalam perkembangannya menjadi Negara yang berdaulat (republik) sebagai suatu tujuan
politis, Indonesia memiliki ciri poltik atau karakter politik yang bebeda-beda dari zaman
ke zaman, dari period eke periode sesuai perkembangan dan tuntutan system dunia. Hal
tersebut sangat relevan dan didukung oleh budaya masyarakat Indonesia yang sangat
kompleks dengan melihat kemajemukannya dari sabang sampai merauke. Fenomena itu
dapat kita saksikan dari sejarah yakni bagaimana pemerintahan yang dijalankan pada
masa orde lama, orde baru dan reformasi.
Untuk menganalisa tipe-tipe kepemimpinan pemerintahan dari masa ke masa dapat
dilihat dari system pemilu yang pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1955
merupakan pemilihan umum yang dilakukan pertama kali dan diikuti oleh 100 partai
politik. Hal ini mencerminkan bahwa sebenarnya pada awal kemerdekaan Negara kita
sudah mengenal demokrasi.
Pada pemilihan umum yang pertama ini setiap warga Negara berhak untuk mengikuti
pemlihan umum melalui kebebasan untuk mendirikan partai politik. Walaupun pada pada
pemilu ini keterkaitannya dengan pemilihan presiden secara langsung belum ada namun
para ahli dan pakar sudah mengakui bahwa pemilu yang paling demokratis adalah
pemilihan umum yang diadakan pertama kali pada tahun 1955.
Kemudian pada masa pemerintahan orde lama dimana pada masa itu nilai-nilai
demokrasi yang ada pada tahun awal pemilu seakan sirna. Hal tersebut sebagai refleksi
dari system yang dijalankan pada masa orde baru yang cenderung otoriter. Pada masa
orde baru dibawah kekuasaan presiden soeharto partai-partai poltik sekan vakum dan
hanya ada satu partai yang berkuasa yaitu parati pohon beringin. Bahkan untuk
menunjukkan superiornya disetiap pemilu selalu dimenangkan oleh partai sebesar golkar
dan pada pemilu 1988, 1992 dan pemilu 1997 nyaris tidak ada gejolak dimasyarakat
karena golkar mampu memenangkan pemilu dengan perolehan suara yang mutlak.
Kemudian pada tahun 1998 terjadi aksi demonstrasi besar-besar dimana peristiwa itu
ditandai dengan runtuhnya era orde baru dan lahirnya orde reformasi. Kemudian pada

masa transisi hingga saat ini kembali dibangun system pemerintahan yang bersifat
demokratis guna untuk menghadapi tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.

Karakteristik politik Negara-negara berkembang


Sistem politik suatu Negara dibelahan dunia pada umumnya berbeda dengan Negara lainnya. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya unsur yang dinamakan kedaulatan Negara. Kedaulatan
merupakan sesuatu yang dicita-citakan dan berusaha untuk dipertahankan oleh suatu Negara dan
untuk melakukan ataupun mewujudkan hal tersebut tentunya dibutuhkan sebuah aturan yang
tersistematis dalam pengambilan kebijakan dalam sebuah Negara. Dengan munculnya pola
perilaku sebuah Negara dalam memutuskan sebuah kebijakan, maka hal tersebut dapat
menggambarkan bagaimana system politik suatu Negara berjalan.
Dalam kaitannya mengenai mempertahankan atau berusaha mewujudkan sebuah kedaulatan,
peran system politik juga tidak bisa dipisahkan dari ciri-ciri suatu Negara ataupun ciri-ciri
penduduk suatu Negara, dengan kata lain menyangkut ideology suatu Negara karena ideology
sangat mempengaruhi perilaku dan orientasi Negara dalam menjalankan pemerintahannya.
Dalam menciptakan sebuah system, ideology juga menjadi actor penting untuk membuat sub-sub
sistemnya sehingga sub-sub system tersebut dapat menyatu dengan padu. Sebagai contoh,
Negara Indonesia merupakan Negara yang mempunyai system politik yang mengatur
berdasarkan ideology yang telah disepakati bersama tentang kemajemukan dan kesetaraan dalam
perbedaan (etnis). Indonesia yang notabenenya Negara yang memiliki suku bangsa yang
bermacam-macam dalam usaha mewujudkan kedaulatan suatu Negara memilih demokrasi
sebagai system politiknya.

Patrimonialisme, salah satu karakteristik budaya politik di indonesia


Salah satu karakteristik budaya politik yang dialami di banyak negara berkembang, termasuk
Indonesia, adalah patrimonialisme. Dalam budaya politik semacam ini, pola kekuasaan berjalan
di atas prinsip relasi kuasa antara penguasa sebagai pengayom, pelindung, penjamin
kesejahteraan keamanan dan kenyamanan, dan rakyat sebagai obyek yang dilindungi, diayomi
dan dijamin kenyamanan, keamanan dan kesejahteraannya.
Menurut Max Weber, patrimonialisme merupakan pola relasi kekuasaan tradisional antara
seorang

patron

dan

client,

di

mana

obyek ketaatan terhadap otoritas pribadi yang dia nikmati berpijak pada status tradisional.
Kelompok organisasi yang menjalankan otoritas, dalam kasus yang paling sederhana, terutama
berdasar pada hubungan loyalitas individu, yang dikembangbiakkan melalui proses pendidikan.
Individu yang menjalankan otoritas bukanlah orang yang hebat, tetapi seorang pemimpin.
Staf administratifnya tidak terdiri dari para pegawai, tetapi pelatih pribadi. Apa yang
menentukan hubungan staf administratif dengan pemimpin bukanlah kewajiban kantor yang
bersifat impersonal, tetapi loyalitas individu kepada sang pemimpin.
Indonesia, sebagai negara berkembang, memiliki akar sejarah patrimonialisme yang cukup kuat,
yang oleh David Brown disebut sebagai neo-patrimonialisme. Kekuasaan neo-patimonialisme
dicirikan oleh ikatan personal antara pimpinan dan anggota organisasi atau lembaga yang
dipimpin, bukan ikatan struktural-organisasional. Pola relasi dalam lembaga semacam ini lebih
banyak bekerja berdasar atas kesetiaan personal para anggota organisasi, dan bukan kesetiaan
terhadap lembaga itu sendiri. Akibatnya, kinerja seorang pegawai di sebuah lembaga sangat
ditentukan oleh figur-figur pimpinannya, bukan atas dasar kewajiban dan tanggungjawabnya
sebagai staf.
Sistem relasi dalam kekuasaan semacam ini seringkali disebut sebagai pola relasi patron-client,
di mana seorang pemimpin diperlakukan sebagai patron, pelindung atau penjamin kenyamanan
hidup bagi anggota masyarakat yang dipimpinnya. Sementara itu, masyarakat menempati peran
sebagai client, di mana isu-isu terkait kesejahteraan dan kemalangan sosial berada di tangan sang
pemimpin atau patron. Pola relasi semacam ini pada umumnya berkembang biak di sejumlah
negara yang memiliki sejarah kerajaan yang kuat, seperti Indonesia, di mana seorang raja

diperlakukan sebagai pihak yang dilayani oleh rakyatnya. Seorang pemimpin menyediakan
kesejahteraan, sementara rakyat yang dipimpin menyediakan loyalitas kepada pemimpinnya.
Begitu seorang pemimpin tidak mampu lagi menjamin kesejahteraan kepada rakyatnya, maka
yang kedua memutus loyalitas politiknya kepada sang pemimpin. Sebaliknya, begitu rakyatnya
tidak lagi memberikan loyalitas kepada pemimpinnya, maka sang pemimpin memutus mata
rantai kesejahteraan kepada mereka yang tidak loyal.
Menurut Webber, budaya politik di Indonesia lebih mengarah pada nilai-nilai patrimonial dan,
karenanya, jenis sistem politik dan demokrasi yang berkembang adalah sistem politik dan
demokrasi patrimonial. Sistem politik jenis ini mengandaikan kondisi di mana para pemegang
kebijakan mengeksploitasi posisi mereka hanya untuk tujuan-tujuan dan kepentingan pribadi,
bukan kepentingan universal.
Otoriter, juga merupakan salah satu karakter politik dari Negara berkembang
Pada umumnya, Negara-negara berkembang yang ada di dunia dan bahkan semua Negara yang
ada berawal dari system pemerintahan yaitu pemerintahan yang berwujud kerajaan atau monarki.
Hal yang paling kontras yang membedakan antara budaya atau ciri politik suatu Negara atau
antara Negara maju dan Negara berkembang adalah apakah suatu Negara bisa sepenuhnya
berpindah dari kerajaan menuju yang liberal atau tetap pada pendiriannya.
Secara umum Negara-negara yang masih tergolong berkembang system politknya

untuk

mempertahankan kedaulatannya adalah bersifat otoriter. Hal tersebut seringkali disebabkan oleh
ideology suatu Negara yang berasal dari kebudayaan dan kepercayaannya. Sebagai contoh apa
yang terjadi di Negara Saudi Arabia yang system pemerintahannya atau bentuknya secara
konstitusional yaitu kerajaan. Sehingga terdapat semacam pembatasan untuk terciptanya partaipartai politik. Seperti yang terjadi pula di Negara cina, dimana pada awalnya Negara tersebut
berbentuk kerajaan dan dipengaruhi oleh kepercayaannya yaitu komunis. Meskipun demikian
atas nama komunis, tetap saja tidak ada kesempatan untuk terciptanya partai lain karena secara
politik system yang berlaku adalah partai tunggal.
Indonesia sebagai Negara berkembang juga pernah memerintah dengan cara yang otoriter, hal
tersebut terjadi karena berdasarkan ideology yang dianut oleh pemimpin pada masa itu. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya mengenai patrimonialisme. Yaitu ketika politik yang digunakan

untuk mempertahankan eksistensinya yaitu dengan sosialisasi politik dan recruitment politik
dengan hanya golongannya saja.
Demikianlah persamaan yang bisa dianalisa melalui latar belakang sejarah yang sama yaitu
berdasarkan system nonarki yang pernah dirasakan dan masih menjadi dogma dalam
pemerintahan.

Peranan pers dalam mempengaruhi politik Negara Indonesia


Kemajuan teknologi dunia telah mempercepat perluasan sistem politik yang berlaku disetiap
negara. Meningkatnya kemajuan teknologi informal juga akan mempersulit perkembangan
ideologi dan politik yang berlangsung dalam suatu negara. Serangkaian penemuan baru dalam
teknologi informasi menyebabkan arus informasi membanjiri seluruh strata masyarakat dalam
forum nasional, regional, maupun internasional. Fungsi komunikasi dapat memperpendek jarak
atau dapat pula menjauhkan jarak, semua tergantung pada sifat pesan yang dikomunikasikan.
Komunikasi politik, adalah komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh
sedemikian rupa, sehingga masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi tersebut dapat
mengikat semua kelompok atau warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh
lembaga-lembaga politik. Pada hakikatnya komunikasi politik, adalah upaya sekelompok
manusia yang mempunyai orientasi, pemikiran politik dan ideologi sebagaimana yang mereka
harapkan. Kecepatan arus informasi atau komunikasi, tukar-menukar fakta dan data visualisasi
kemajuan suatu negara, merupakan stimulus bagi setiap negara untuk lebih meningkatkan taraf
kehidupannnya.
Fungsi komunikasi politik dapat dikategorikan menjadi dua, diantaranya:

1.
Fungsi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastruktur politik;
legislatif, eksekutif, dan yudikatif) atau disebut pula dengan istilah the governmental political
sphere.
2.
Fungsi yang berada pada struktur masyarakat (infrastruktur politik; partai politik,
kelompok kepentingan, tokoh politik, dan media komunikasi politik) yang disebut pula denga
istilah the socio political sphere.
Dalam infrastruktur akan terjadi proses fungsi sosialisasi dan edukasi yang dilakukan oleh
asosiasi-asosiasi yang terdapat dalam masyarakat. Sedangkan komunikasi yang dilakukan oleh
pemerintah suprastruktur, diantaranya:
1.

Seluruh kebijakan yang menyangkut kepentingan umum.

2.

Upaya meningkatkan loyalitas dan integritas nasional.

3.
Motivasi dapat menumbuhkan dinamika dan integritas mental dalam segala bidang
kehidupan yang menuju pada sikap perbaikan dan modernisasi.
4.
Menerapkan peraturan dan perundang-undangan untuk menjaga ketertiban dan kehormatan
dalam hidup bernegara.
5.

Mendorong terwujudnya partisipasi masyarakat dalam mencapai tujuan nasional.

Sosialisasi politik akan lebih cepat penyebarannya dan segera terealisasikan, apabila dilakukan
dengan melalui media massa. Harold Laswell menjelaskna hubungan antara politik dan
komunikasi, yakni politik tidak lepas dari persoalan siapa, serta dengan pengaruh yang
bagaimana. Bagi pengertian masyarakat luas, politik yang disebarluaskan melalui media massa,
adalah serangkaian gambaran tentang kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang seharusnya.
Kemerdekaan bangsa Indonesia dapat terwujud seiring dengan penyaluran aspirasi oleh gerakan
Kebangkitan Nasional 1908 yang dipelopori oleh Dr. Soetomo beserta masyarakat dan para
pejuang Indonesia melalui surat kabar Retno Doemilah. Pers nasional sejak periode Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 semakin nyata memainkan peranan penting dalam
mempertahankan kedulatan negara Republik Indonesia.
Rintangan yang dihadapi oleh perkembangan Pers di Indonesia terjadi pada periode Demokrasi
Terpimpin yang menjadikan pers sebagai alat untuk mempertajam pertentangan-pertentangan
politik dan ideologi (alat revolusi).

Salah satu prakarsa terpenting yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru pada tahun 1966
adalah menata dan membina pers nasional melalui ketentuan perundang-undangan dan
Ketentuan-ketentuan Pokok Pers (UU No.11 tahun 1966) sebagai produk legislatif pertama
dibidang pembinaan pers di masa pemerintahan Orde Baru. Selanjutnya undang-undang tentang
ketentuan Pokok Pers tersebut disempurnakan melalui Undang-undang No.4 tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. Pembinaan pers pun menyempurnakan UU No.4 tahun 1967
menjadi UU No.21 tahun 1982. Berikutnya dikeluarkan pula Peraturan Menteri Penerangan No
01/PER/MENPEN/1984 tentang Surat Izin Usaha Penerbitan Pers, sebagai peraturan
pelaksanaan Undang-undang Pokok Pers tersebut.
Fungsi, tugas, hak, dan tanggung jawab pers nasional merupakan suatu kesatuan yang tak
terpisahkan dan sudah diatur dengan jelas dalam system pers Pancasila berdasarkan Garis Besar
Haluan Negara, Undang-undang Pokok Pers, serta Kode Etik Jurnalistik.
Dalam rangka meningkatkan peranannya dalam pembangunan, pers berfungsi sebagai penyebar
informasi yang objektif, menyalurkan aspirasi rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi
masyarakat, serta melakkan control sosial yang konstruktif. Dalam hal ini perlu dikembangkan
interaksi positif antara pemerintah, pers, dan masyarakat.
Perbedaan karakteristik politik Negara berkembang dan Negara maju
Perbedaan sistem politik antara negara satu dengan negara lain, merupakan hal yang wajar dan
alami, karena setiap negara memiliki pengalaman sejarah yang berbeda-beda. Setiap negara
memiliki ciri-ciri khusus, baik dari segi ideologi, sistem politik, karakter kehidupan sosial, corak
kebudayaan, lingkungan alam yang tidak sama dengan bangsa-bangsa lain. Sejarah perjuangan
suatu bangsa dan perkembangan politiknya ikut berperan dalam menentukan sistem politik yang
dilandasi oleh ideologi, kepribadian bangsa, serta kondisi ekonomi, sosial, dan budaya dari
negara yang bersangkutan.
a. System politik Negara inggris
Sistem politik di Inggris adalah demokrasi dengan sistem parlementer yang menganut
aliran liberalistik, yaitu mendasarkan dan mengutamakan kebebasan individu yang
seluas-luasnya. Sistem politik Inggris kemudian banyak dipraktikkan pula di negaranegara Eropa Barat. Raja atau ratu merupakan lambang persatuan dan kesatuan yang

senantiasa dibanggakan. Perdana Menteri yang dikuasai oleh partai yang menang dalam
pemilihan umum. Namun demikian, partai oposisi tetap sebagai pendamping. Secara
keseluruhan, mereka bekerja untuk raja atau ratu. Partai-partai yang memperebutkan
kekuatan di parlemen adalah Partai Konservatif dan Partai Buruh. Parlemen Inggris
terdiri atas dua kamar, yaitu House House of Commons yang diketuai perdana menteri,
dan House of Lords. Inggris dikenal sebagai negara induknya parlemen, dan sistem
pemerintahan kerajaan. Inggris dijadikan model pemerintahan perlementer yang
menganut paham liberal.
b. System politik Negara uni soviet
Sistem pemerintahan di Eropa Timur dikenal dengan sistem pemerintahan proletaris atau
komunis. Komunisme multi-multi muncul di Uni Soviet, karena merupakan hasil revolusi
1917 yang meruntuhkan kekuasaan Tsar yang telah berusia ratusan tahun. Dalam sistem
ini, usaha pertama sebenarnya ditujukan untuk kemakniuran rakyat hanyak (kaum
proletar, tetapi karena kemudian rakyat banyak tersebut dihimpun dalam organisasi
kepartaian (buruh tani, pemuda, wanita) maka akhirnya menjadi dorninasi partai tunggat
yang mutlak, yaitu partai komunis. Ajaran komunis berpangkal dari ajaran Marxisme dan
Leninisme, yaitu-bermula dari ajaran Karl Marx yang kemudian dipraktikkan oleh Lenin
dengan mendirikan pemerintahan komunis di Uni Soviet. Di samping itu,Yoseph Stalin
(1879-1953) mempunyai peranan penting pula dalam menyebar luaskan komunis, karna
Stalin yang menjadi Sekretaris Jenderal Partai Komunis pada tahun 1922, berhasil
melebarkan pengaruhnya ke negara-negara Eropa Timur, yaitu Cekoslovakia, Jerman
Timur, Yugoslavia, Polandia, Hongaria, dan lain-lain. Sedangkan di Asia, negarawan Cina
yaitu Mao Tse Tung merupakan tokoh kuat yang menyebarkan komunis di seluruh dunia.
c. System politik amerika serikat
Amerika Serikat adalah negara federal ( negara serikat ) yang terdiri dari negara-negara
bagian yang sama sekali terpisah dengan negara induknya, kecuali dalam keamanan
bersama. Bahkan negara-negara bagian mempunyai undang-undang sendiri. Amerika
Serikat adalah satu-satunya negara yang melaksanakan teori Trias Politica secara
konsekuen, yaitu pemisahan kekuasaan dengan tegas antara badan legislatif, eksekutif,
dan yudikatif. Badan legislatif terdiri dari dua kamar (bicameral), yaitu Senate yang
beranggotakan wakil-wakil negara bagian, masing-masing 2 (dua) orang senator, dan
House of Representative beranggotakan wakil-wakil dari negara bagian yang jumlahnya

tergantung dari jumlah penduduk masing-masing negara bagian. Presiden melakukan


kekuasaan eksekutif, dan dipilih langsung oleh rakyat. Kekuasaan legislatif dilaksanakan
oleh Congress (Senate dan House of Representative), sedangkan kekuasaan yudikatif
dilakukan oleh Mahkamah Agung (Supreme Court of Justice).
Indonesia juga menerapkan sistem pemerintahan presidensial, namun tidak menganut
sistem pemisahan kekuasaan, melainkan sistem pembagian kekuasaan, artinya antara
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak benar-benar terpisah tetapi masih ada
hubungan kerja sama antara lembaga satu dan lembaga lainnya.
System politik tersebut dapat dibandingkan dengan system politik Negara-negara
berkembang yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu Negara cina, arab Saudi dan
Indonesia. Meskipun terdapat beberapa persamaan antara karakter politik Negara
berkembang dengan Negara maju tetapi hal yang paling kontras adalah perbedaannya
yang berdasarkan ideology. Untuk rusia dan cina masih bisa dibedakan dengan melihat
system yang digunakan cina yang masih tidak jelas antara ideology komunisnya dan
liberalisasi di bidang ekonominya.

Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Dengan melihat fenomena yang ada, karakteristik politik setiap Negara di dunia ternnyata
berbeda-beda, tergantung beberapa aspek atau faktor yang mempengaruhi pola perilaku
Negara tersebut. Beberapa aspek tersebut bisa dianalisa dari latar belakang sejarah suatu
Negara yang berpatok pada ideologinya, kemudian orientasi atau tujuan yang ingin
dicapai oleh Negara serta proses pemenuhannya.
Kemudian salah satu aspek yang dapat kami simpulkan mengenai karakteristik politik
Negara berkembang tersebut adalah biasanya cenderung otoriter dalam system
pemerintahannya.

Bab 4
Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai