Case Presentation Lisa-Bedah Ortopedi
Case Presentation Lisa-Bedah Ortopedi
Disusun oleh
LISA
1102008140
Pembimbing :
Dr. Ismail Jamaluddin, Sp. OT
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. T
Umur
: 21 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Pekerjaan
: pelajar
Alamat
: majalengka- Cirebon
Agama
: islam
Tanggal masuk
: 11 mei 2012
II.
ANAMNESIS
Keluhan utama
: (-)
: (-)
Riwayat trauma
: (+)
Riwayat pengobatan
: (+)
Riwayat operasi
: (-)
: (-)
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Vital sign
: TD : 110/70 mmHg
RR : 24x/menit
N : 88x/mnt
S : 36,5 0 C
Kepala
Mata
Leher
: tidak ada pembesaran, tidak ada deviasi trachea, tidak ada perlukaan
THT
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
pembesaran
Perkusi
Auskultasi
Status lokalis
Regio cruris dekstra
Inspeksi
Tungkai kanan dibalut dengan verband dari paha sampai mata kaki, kemudian dibuka :
Warna kulit merah di beberapa tempat, tekstur kulit terdapat bullae ukuran 1-2cm,
tidak terdapat pus, tidak terdapat jaringan parut
Tulang terlihat menonjol keluar kulit, yang terlihat hanya sedikit, ukuran 2 cm, sendi
membengkak
terdapat bula-bula
tidak ada deformitas
palpasi :
suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis
pedis teraba
terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah fraktur, tidak ada
spasme otot, tidak ada atropi otot.
Pengukuran panjang tungkai kanan dan kiri sama.
krepitasi tidak dilakukan
pergerakan :
V.
VII.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(4,0/ 10,0)
(4,0/6,20)
(11,0/18,0)
(35,0/55,0)
(80/100)
(26,0/34,0)
RESUME
Pasien laki-laki 21 tahun datang ke IGD RSUD Gunung Jati jam 13.45 WIB atas
rujukan RS. C dengan diagnosis fraktur terbuka cruris dekstra. Keadaan pasien saat
tiba di IGD, kepala bagian belakang atas kiri ada bekas 3 jahitan, bibir bawah kanan
bekas jahitan, luka lecet di tangan dan kaki kiri ukuran 3x2x2cm. tungkai kanan
terdapat bula, bengkak, merah, penonjolan tulang keluar kulit, tak tampak deformitas,
nyeri bila digerakkan dan nyeri bila ditekan, .
Regio cruris dekstra
Inspeksi
Warna kulit merah di beberapa tempat, tekstur kulit terdapat bullae ukuran 1-2cm.
Tulang terlihat menonjol keluar kulit, yang terlihat hanya sedikit, ukuran 2 cm, sendi
membengkak
terdapat bullae-bulae
palpasi :
suhu kulit hangat (sama dengan bagian tubuh yang lain), denyut nadi arteri dorsalis
pedis teraba
terdapat pembengkakan, terdapat nyeri tekan disekitar daerah fraktur.
pergerakan :
gerakan aktif articulatio genu dekstra : terbatas, nyeri
gerakan pasif articulatio genu dekstra : terbatas, nyeri
gerakan aktif articulatio talocruralis dekstra dorsofleksi : terbatas (terpasang verband)
gerakan pasif articulatio talocruralis dekstra plantar fleksi : terbatas (terpasang
verband)
VIII.
DIAGNOSIS KERJA
Fraktur tibia dan fibula dekstra 1/3 tengah, terbuka
IX.
RENCANA PENATALAKSANAAN
Konservatif :
Istirahat, dimaksudkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Debridement luka
Rawat luka pada kaki dengan sufratul
Pemasangan gips bila luka kering secara sirkuler
Medikamentosa :
Antibiotic :
Obat tambahan
Dosis
Vitamin
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: ad bonam
: ad bonam
Follow up harian :
15-05-2012
Terapi :
IVFD RL 30 gtt/mnt
Kt : pusing, lemes
Ceftriaxone inj 3x1 ampul
Gentamicin inj 2x80mg
Inspeksi kaki : di verband, kaki kanan Ketorolac inj 3x1 ampul
lebih besar dari yang kiri. Bullae (+)
Excelase 3x1 tab
Palpasi : nyeri tekan (+),arteri dorsalis
pedis teraba.
Transfuse darah
Cek HB setelah transfuse
darah
16-05-2012
18-05-2012
Terapi :
IVFD RL 30 gtt/mnt
Kt : pusing
Ceftriaxone inj 3x1 ampul
Gentamicin inj 2x80mg
Inspeksi : di verband, kanan lebih besar Ketorolac inj 3x1 ampul
dari yang kiri. Bullae (+)
Excelase 3x1 tab
Palpasi : nyeri tekan positif, arteri Dilakukan
debridement
dorsalis pedis teraba.
jam 16.00 WIB
19-15-2012
Terapi :
IVFD RL 30 gtt/mnt
Kt : pusing
Ceftriaxone inj 3x1 ampul
Gentamicin inj 2x80mg
Inspeksi : dipasang spalk pada tungkai Ketorolac inj 3x1 ampul
kanan melewati 2 sendi sesuai posisi Excelase 3x1 tab
anatomis, terlihat bekas jahitan pada Vitamin K 1x1 ampul
daerah fraktur.
Perawatan
Palpasi : nyeri tekan positif, arteri sufratul
dorsalis pedis teraba.
21-05-12
luka
dengan
Terapi :
IVFD RL 30 gtt/mnt
Kt : pusing
Ceftriaxone inj 3x1 ampul
Gentamicin inj 2x80mg
Inspeksi : dipasang spalk pada tungkai Ketorolac inj 3x1 ampul
kanan melewati 2 sendi sesuai posisi Excelase 3x1 tab
anatomis, terlihat bekas jahitan pada Vitamin K 1x1 ampul
daerah fraktur.
Luka membaik
Perawatan luka dengan
sufratul
Palpasi : nyeri tekan positif, arteri Rencana pemasangan gips
dorsalis pedis teraba.
secara sirkuler
Keterangan :
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Anatomi
Os. Tibia
Os. Fibulla
Condylus lateralis
Condylus medialis
Tuberositas tibiae
Facies medialis
Facies lateralis
Margo anterior
Margo interossea
Margo medialis
Malleolud medialis
Linea musculi solei Facies post
erior
Sulcus malleolaris
Facies articularis superior condyli lateralis
Facies artikularis superior medialis
Foramen nutricium
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Tendo achiles
M. gastrocnemeus caput lateral
M. gastrocnemeus caput medial
M. Plantaris
O : crista supracodylaris femoris lateralis
I : facies posterior calcaneus
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
M. tibialis anterior
O : facies lateralis corpus tibia dan mebrana interossea
I : Cuneiform mediale dan basis os. Metatarsale I
M. extensor digitorum longus
O : facies anterior corpus fibula
I : ekspansi extensor keempat jari kaki (II V)
M. halucis longus
O : facies anterior corpus fibula
I : basis phalanges distal ibu jari kaki
M. peroneus longus
O : facies lateralis corpus fibula
I : basis ossis metatarsale I dan cuneforme medial
M. peroneus breves
O: facies lateralis corpus fibula
I : basis ossis metatarsal V
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
M. peroneus longus
M. gastronemius
O : caput lateral condylus lateralis femoris, caput medial proximal condylus
medialis
I : tendo calcaneus ke facies posterior calcaneus
M. extensor hallucis longus
O : facies anterior corpus fibula
I : basis phalanges distal ibu jari kaki
M. soleus
O : corpus tibiae dan fibulae
I : melalui tendo calcaneus ke facies posterior calcaneus
M. extensor digitorum longus
O : facies anterior corpus fibula
I : ekspansi ekstensor keempat jari yang lateral
M. peroneus brevis
O : facies anterior corpus fibula
I : basis os metatarsale V
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
M. popliteus
O : facies lateralis condylus lateralis femoralis
I : facies posterior corpus tibiae diatas linea musculi solei
M. tibialis posterior
O : facies posterior corpus tibiae, fibulae, dan membrane interossea
I : tuberositas ossis naviculare dan tulang-tulang dekatnya
M. flexor digitorum longus
O : facies posterior corpus tibiae
I : basis phalange distal empat jari kaki lateral
M. flexor hallucis longus
O : facies posterior corpus fibulae
I : basis phalanges distal ibu jari kaki
Fraktur pada batang tibia dan fibula merupakan fraktur yang lebih sering terjadi
dibandingkan dengan batang tulang panjang yang lain. Berdasarkan data dari rekam medik
RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode Januari 2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang
mengalami
gangguan
muskuloskletel,
termasuk
yang
mengalami
fraktur
Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).
Periosteum yang menutupi tibia pada orang dewasa tipis, terutama di atas batas subkutannya
dan mudah robek sehingga fraktur pada batang tibia sering dengan pergeseran yang luas.
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga
terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.
Klasifikasi fraktur pada tibia dan fibula:
1.
2.
3.
FRAKTUR DIAFISIS
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat juga
terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan fibula terjadi karena
adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek,
sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat
diklasifikasikan menjadi:
a)
Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:
1) Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara transversal atau
oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat membidai fragmen, dan
pergeseran akan sangat terbatas.
2) Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan fraktur oblik spiral hampir tanpa
pergeseran dan cedera jaringan lunak yang sangat terbatas.
Fraktur jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal, tinggalkan
fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi dan reduksikan.
b)
Pada bayi dan anak-anak yang muda, fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula yang
intak. Pada umur 3-6 tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial yang
akan menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal dengan fibula
yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa
fraktur fibula.
c)
Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara
transversal. Tibianya dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
hanya sedikit pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai
menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan diagnosis.
Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu asalkan persendian lutut
normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera jaringan lunak memungkinkan.
Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom
diresorbsi.
d)
Pada fraktur ini tungkai pasien terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada tungkai
bawah secara oblik, biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke arah lateral,
bertumpang tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah
reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah terlihat dan
dikoreksi. Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan. Jika terdapat
pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu dapat mereduksikannya.
Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan dikompensasi
pada waktu pasien sudah mulai berjalan. Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya
dihindari.
Mekanisme Trauma
Fraktur dapat diakibatkan trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma
langsung energi tinggi diakibatkan kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian
lebih dari 4 m. Fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka. Trauma langsung energi
rendah diakibatkan cedera pada waktu olah raga. Biasanya fraktur yang terjadi
fraktur tertutup.
Trauma tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri berupa torsi tubuh,
kekuatan trauma disalurkan melalui sendi.
Trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe tranversal atau oblik pendek,
sedangkan
trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi
pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal sedangkan fraktur fibula
pada batas 1/3 bagian tengah dengan 1/3 bagian proksimal, sehingga fraktur tidak
terjadi pada ketinggian yang sama. Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit
ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka.
Gambaran Klinis
Daerah yang patah tampak bengkak, tampak deformitas angulasi atau endo/eksorotasi,
ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan pada daerah yang patah. Sering ditemukan
penonjolan tulang keluar kulit.
Pemendekan
Adapun jenis-jenis operasi yang dilakukan pada fraktur tibia diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Fiksasi eksternal
a. Standar
Fiksasi eksternal standar dilakukan pada pasien dengan cidera multipel yang
hemodinamiknya tidak stabil, dan dapat juga digunakan pada fraktur terbuka dengan luka
terkontaminasi. Dengan cara ini, luka operasi yang dibuat bisa lebih kecil, sehingga
menghindari kemungkinan trauma tambahan yang dapat memperlambat kemungkinan
penyembuhan.
b. Ring Fixators
Ring fixators dilengkapi dengan fiksator ilizarov yang menggunakan sejenis cincin dan
kawat yang dipasang pada tulang. Keuntungannya adalah dapat digunakan untuk fraktur ke
arah proksimal atau distal. Cara ini baik digunakan pada fraktur tertutup tipe kompleks.
d. Intramedullary nailing
Cara ini baik digunakan pada fraktur displased, baik pada fraktur terbuka atau tertutup.
Keuntungan cara ini adalah mudah untuk meluruskan tulang yang cidera dan menghindarkan
trauma pada jaringan lunak.
2. Amputasi
Amputasi dilakukan pada fraktur yang mengalami iskemia, putusnya nervus tibia dan pada
crush injury dari tibia.
Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
a. Komplikasi Dini
1) Nekrosis kulit
2) Osteomielitis
3) Kompartement sindrom
4) Emboli lemak
5) Tetanus
b. Komplikasi Lanjut
1) Kelakuan sendi
2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union.
3) Osteomielitis kronis
4) Osteoporosis pasca trauma
5) Ruptur tendon
DAFTAR PUSTAKA
Rasjad, Chairudddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi, bintang lamumpatue, makaassar :
2003.
Arthur C. Guyton, John E. Hall. Textbook of medical physiology.11th ed. Philadelphia,
Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 982-3.
Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green. Fractures in
adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 2081-93.