Anda di halaman 1dari 39

6

BAB II
TINJAUAN TEORI

Dalam penulisan tinjauan teori ini penulis akan menampilkan tentang anatomi
dan fisiologi sistem pernafasan, konsep dasar Asma Bronkial (definisi, etiologi,
patofisiologi,

tanda

dan

gejala,

komplikasi,

pemeriksaan

diagnosis

dan

penatalaksanaan) dan konsep dasar proses keperawatan.

A. Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


Sistem pernafasan terdiri dari komponen berupa saluran pernafasan yang
dimulai dari hidung, pharing, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Saluran pernafasan bagian atas dimulai dari hidung sampai trakea dan bagian
bawah dari bronkus sampai alveolus.
Fungsi utama sistem pernafasan adalah menyediakan oksigen untuk
metabolisme jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida sebagai sisa
metabolisme jaringan. Sedangkan fungsi tambahan sistem pernafasan adalah
mempertahankan keseimbangan asam basa dalam tubuh, menghasilkan suara,
memfasilitasi rasa kecap, mempertahankan kadar cairan dalam tubuh serta
mempertahankan keseimbangan panas tubuh.
Tercapainya fungsi utama pernafasan didasarkan pada empat proses yaitu:
ventilasi (keluar masuknya udara pernafasan), difusi (pertukaran gas di paru-

paru), transportasi (pengangkutan gas melalui sirkulasi) dan perfusi (pertukaran


gas di jaringan).
Adapun kondisi yang mendukung dari proses pernafasan adalah tekanan
oksigen atau udara atmosfer harus cukup, kondisi jalan nafas dalam keadaan
normal, kondisi otot pernafasan dan tulang iga harus baik, ekspansi dan rekoil
paru, fungsi sirkulasi (jantung), kondisi pusat pernafasan dan hemoglobin sebagai
pengikat oksigen.
Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai anatomi dan fisiologi dari
organ-organ pernafasan
1. Hidung, merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan
mengalami proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan dan pelembaban
(humidifikasi). Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa
respirasi yang terdiri dari epitel thoraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.
Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.
2. Pharing, berada di belakang mulut dan rongga nasal. Dibagi dalam tiga
bagian

yaitu

nasopharing,

oropharing,

dan

laringopharing.

Pharing

merupakan saluran penghubung antara saluran pernafasan dan saluran


pencernaan. Bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup
secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi.
3. Laring, berada di atas trakea di bawah pharing. Sering kali disebut sebagai
kotak suara karena udara yang melewati daerah itu akan membentuk bunyi.
Laring ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting

adalah tulang rawan tiroid (Adam Apple) yang khas pada pria, namun kurang
jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid yang
berhubungan dengan trakea.
4. Trakea, terletak di bagian depan esophagus, dan mulai bagian bawah krikoid
kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra torakal 4 atau 5. Trakea
bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut
karina yang terdiri dari 6 10 cincin kartilago.
5. Bronkus, dimulai dari karina, dilapisi oleh silia yang berfungsi menangkap
partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan
melalui batuk atau ditelan. Bronkus kanan lebih gemuk dan pendek serta
lebih vertikal dibanding dengan bronkus kiri.
6. Bronkiolus, merupakan cabang dari bronkus yang dibagi ke dalam saluransaluran kecil yaitu bronkiolus terminal dan bronkiolus respirasi. Keduanya
berdiameter 1 mm. Bronkiolus terminalis dilapisi silia dan tidak terjadi
difusi di tempat ini. Sebagian kecil hanya terjadi pada bronkiolus respirasi.
7. Alveolus
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari
bronkiolus respirasi. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan
unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru
mengandung 300 juta alveolus (luas permukaan 100 m2) yang dikelilingi
oleh kapiler darah.

Dinding alveolus menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis


fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan rekoil
paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan ketegangan permukaan dinding
alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
8. Paru-paru
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh pleura. Pleura
terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus/ melapisi paru dan
pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih
(serosa) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang
10 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi.
Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu : arteri
pulmonalis dan arteri bronkialis.
(Pearce Evelyn C, 2000; 211)

B. Konsep Dasar Asma Bronkial


1. Definisi
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang
terjadi karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya
allergen, infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada
bronkus dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan
mukus. (Susan Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)

10

Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya


respons trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman,
Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh
konstriksi yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan
inflamasi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah
emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges,
1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten,
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan
nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and
Suddarth, 2001; 593)
A chronic disease of the respiratory system, characterized by
sudden, recurring attacks of difficult breathing, wheezing, and
coughing attack, the bronchial tubes go into spasm, becoming
narrower and less able to move air into the lungs. Various substance
to which the sufferer has an allergy, such as animal hair, dust, pollen,
or certain foods, can trigger and attack.
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri
serangan berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama
serangan saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu

11

untuk menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang


dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan
tertentu dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asthma is chronic disease with attacks of shortness of breath,
wheezing, and coughing from constriction and mucous-membrane
swelling in the bronchi (air passageways in the lungs). It is caused
primary by allergy or respiratory infection. Second band smoke can
cause asthma children.
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek,
wheezing dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di
dalam bronkus (jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan
oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat
mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asthma is a respiratory disorder characterized by recurrent attacks
of breathing, particularly on exhalation, due to an increased to
airflow through the respiratory bronchioles.
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan
berulang kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena
peningkatan ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports
Science and Medicine, 2007).
Asthma is chronic inflammatory respiratory disease characterized
by periodic attack of wheezing, shortness of breath, and a tight
feeling in the chest.
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai
dengan serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada.
(Columbia Encyclopedia, 2007).

12

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma


Bronchial adalah penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan
bronkiolus yang bersifat reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab
seperti alergen, infeksi dan latihan.

2. Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah
dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lainlain. Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut,
buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi
lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2),
nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10)
dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor. Makanan produk industri
dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan
vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain
yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi
atau stres. (Pdpersi, 2007)

3. Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan misalnya stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain.
Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi antigen antibodi yang

13

menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia. Antibodi yang


dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang
terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang bereaksi
lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi
otot polos dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama
yaitu:
a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran
nafas yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema
mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.

14

Skema Patofisiologi

Faktor Pencetus/ penyebab


(Infeksi, Psikologis, Penyakit, Autonom, Iminologik)

Eksudasi mukus
intra lumen

Spasme Otot Polos


saluran nafas

Edema & inflamasi


mukosa jalan udara

Gg. difusi gas di


alveoli

Sesak nafas

Gg. Ventilasi

Penggunaan otot
bantu nafas

Distribusi ventilasi
tidak merata

Penurunan O2 dalam
darah (perifer)

Sianosis pada ujung


ekstrimitas

Hiperkapnea &
Hipoksemia

Retraksi Inercosta
secara berlebihan

Infiltrsi sel radang


Nyeri dada
Edema mukosa

Hipersekresi mokus

Tubbulensi arus
udara

Getaran mokus
pada bronkus

Mengi/ wheezing

Respon silia di
bronkus

Batuk

15

4. Klasifikasi
Jenis-jenis asma terdiri atas 3 macam, yaitu :
a. Asma Alergik / Ekstrinsik
Asma ini disebabkan oleh alergen (misal : serbuk sari, binatang,
amarah, makanan dan jamur), kebanyakan alergen terdapat di udara dan
musiman.
Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik dan riwayat medis masa lalu ekzema atau rhinitis
alergik.
b. Asma Idiopatik / Non alergik
Asma ini tidak berhubungan dengan alergi spesifik. Serangan
asma ini dicetuskan oleh beberapa faktor common cold, infeksi traktus,
respiratorius, latihan, emosi. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin
dan agen anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta
adrenergik dan agen sulfit (pengawet makanan) juga mungkin menjadi
faktor.
Serangan asma idiopatik/ non alergik menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlakunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkitis akut dan emfisema.

16

c. Asma Gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dan bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau non alergik.
(Brunner and Suddarth, 2001; 534)

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada asma, antara lain :
a. Sukar bernafas yang timbul intermitten.
b. Terdengar wheezing pada waktu ekspirasi.
c. Batuk dengan sputum yang kental.
d. Ekspirasi memanjang dengan hiperinflasi nada.
e. Pernafasan cuping hidung.
f. Sianosis pada permukaan kuku.
(Susan Martin Tucker, et.al, 1998; 2257)

6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit asma yaitu :
a. Atelektasis.
b. Emfisema dengan hiperinflasi kronis.
c. Pneumothoraks.
d. Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis.
e. Bronkhitis.

17

f. Aspergilosis bronkopulmoner alergik.


g. Fraktur iga.
(Soeparman, dkk, 1999; 34)

7. Pemeriksaan Diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
-

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari


kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)


dari cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya


bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.

2) Pemeriksaan darah
-

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia

dan

kadar

leukosit

kadang-kadang

di

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

atas

18

Pencetusnya allergen, olahraga, cuaca, emosi (imun respon


menjadi aktif, Pelepasan mediator humoral), histamine, SRS-A,
serotonin,

kinin,

bronkospasme,

Edema

mukosa,

sekresi

meningkat, inflamasi (penghambat kortikosteroid)


-

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E


pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.

b. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada
waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila

terjadi

pneumonia

mediastinum,

pneumotoraks,

dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen


pada paru-paru.

19

c. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
d. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
3) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
e. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paruparu.
f. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara
yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

20

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak


lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

8. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
c. Memberikan

penerangan

kepada

penderita

ataupun

keluarganya

mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan


penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik:
-

Memberikan penyuluhan.

Menghindari faktor pencetus.

Pemberian cairan.

21

Fisiotherapy.

Beri O2 bila perlu.

b. Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a)Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet,
sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered
dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin

Diskhaler

dan

Bricasma

Turbuhaler)

atau

cairan

broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh


alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)

22

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)

23

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Asma Bronkial


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktik keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/ keluarga. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan : pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nursalam, 2001; 2).
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah
yang memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari
pemikiran Kritis yang memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan
mengambil tindakan yang didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah
satu rangkaian dari langkah-langkah atau komponen-komponen petunjuk /
penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik dari suatu proses adalah
Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). Purpose adalah tujuan
atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk
mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit.
(American Nurses Association,1980). Organization adalah tahapan atau
langkah-langkah atau komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Creativity adalah

24

pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut
terus menerus. ( Potter Perry, 1997 : 103 )
Assessment
Implementation

Nursing Diagnosis

Analysis
Evaluation

Planning
Lima tahap proses keperawatan (Potter, 1997; 103)

Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan


dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan
kesehatan.

Untuk

sampai

pada

hal

ini,

profesi

keperawatan

telah

mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen


yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan
dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah.
(Doenges, 1999 ; dikutip dari Shore,1998).
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang
harus ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

25

1.

Pengkajian
Merupakan tahapan awal dari proses keperawatan yang merupakan
dasar dari kegiatan selanjutnya, yang dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan masalah yang ada.
Tahap pengkajian adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta
mempelajari cacatan lain tentang status kesehatan klien.
Dalam tahap ini akan dikumpulkan identitas klien, riwayat kesehatan,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial, pola-pola fungsi kesehatan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Riwayat kesehatan meliputi riwayat penyakit dahulu yang terdiri dari
riwayat masuk rumah sakit, penyakit yang diderita, riwayat alergi dan obatobatan yang sering digunakan. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan
utama dari klien seperti sesak, batuk, demam, nyeri abdomen, berkeringat
serta sejak kapan gejala-gejala tersebut timbul.
Riwayat keluarga meliputi penyakit yang pernah diderita anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi klien, riwayat
penyakit keturunan seperti asma, DM, penyakit jantung dan genogram
keluarga klien.
Riwayat psikososial menyatakan tingkat perasaan/ emosi klien dan
keberadaan klien dalam keluarga.

26

Pada pola-pola fungsi kesehatan meliputi keadaan nutrisi seperti


adanya alergi terhadap makanan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi
badan, apakah ada muntah, mual dan nyeri abdomen. Pola eliminasi seperti
kesulitan miksi dan frekuensinya. Pola tidur yang meliputi lamanya tidur,
apakah susah tidur akibat sesak. Pola aktifitas seperti sesak waktu
beraktifitas.
Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah :
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise
Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari
karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau
latihan.
Tanda

: Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum / kehilangan massa otot.

b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda

: Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/ takikardia


berat, distrimia, distensi vena leher (penyakit berat).

27

Edema dependen, bunyi jantung redup.


Warna kulit/membran mukosa : normal atau abu-abu/
sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
c. Integritas Ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidup
Tanda

: Ansietas, ketakutan, peka rangsang

d. Makanan / Cairan
Gejala : Mual / Muntah
Nafsu makan buruk
Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan
Tanda

: Turgor kulit buruk


Edema dependen
Berkeringat
Penurunan berat badan, penurunan massa otot / lemak
subkutan

e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda

: Kebersihan buruk, bau badan

28

f. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek khususnya pada kerja, cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas, rasa dada tertekan, ketidakmampuan
untuk bernafas
Lapar udara kronis
Batuk menetap dengan produksi sputum
Tanda

: Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi

memanjang

Penggunaan otot bantu pernafasan misal : meninggikan bahu,


retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung
Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP,
gerakan diafragma minimal
Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan
atau tidak adanya bunyi nafas
Perkusi : bunyi pekak pada paru
g. Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/ faktor
lingkungan
Adanya/ berulangnya infeksi, kemerahan / berkeringat
h. Seksualitas
Gejala : Penurunan libido
i. Interaksi Sosial

29

Gejala : Hubungan ketergantungan


Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang
terdekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda

: Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara


karena distres pernafasan
Keterbatasan mobilitas fisik
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain

j. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Penggunaan/ penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok
Penggunaan alkohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik
(Marilynn E. Doenges, 1999; 152-155)

2.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok di mana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito, 2000; 53).

30

Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :


a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
b. Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi :
a. Klasifikasi dan analisa data
b. Interpretasi data
c. Validasi data
d. Perumusan diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2001; 36)
Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual,
resiko,

kemungkinan,

keperawatan

wellnes,

keperawatan

sindrom.

(Carpenito, 2000; 55)


Diagnosa yang mungkin timbul pada asma bronkial adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
peningkatan produksi sekret, penurunan energi/ kelemahan.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara),
kerusakan alveoli.

31

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


dispnea, anorexia, mual/ muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama dan imunitas.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan
kurang informasi.
(Marilynn E. Doengoes, 1999; 156-163)

3.

Perencanaan
Perencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, mengoreksi, masalah-masalah yang diidentifikasi
pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkahlangkah penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan
kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. (Nursalam,
2001; 41)
Untuk menentukan prioritas ada dua hirarki yang dapat digunakan
yaitu :
a. Hirarki Maslow, membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu :
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan
aktualisasi.

32

Aktualisasi
diri
Harga diri

Mencintai dan dicintai


Rasa aman dan nyaman

Kebutuhan fisiologis
O2, H2O, makanan, elektrolit, seks

Penjelasan :
1. Kebutuhan

fisiologis

(physiological

need)

yang

merupakan

kebutuhan pokok utama.


Misalnya : udara segar O2, air (H2O), cairan elektrolit, makan dan
seks.
2. Kebutuhan akan rasa aman (safety need)
Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian,
perlindungan hukum.
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai (love need)
Misalnya : mendambakan kasih sayang, ingin dicintai/diterima
oleh kelompok.
4. Kebutuhan harga diri (esteem need)
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai : adanya respek dari orang
lain, toleransi dalam hidup berdampingan.

33

5. Kebutuhan aktualisasi diri (elf actualization needs)


Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin lebih
menonjol lebih dari orang lain.
b. Hiraki Kalish, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalam
dengan membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk bertahan
hidup dan stimulasi (Nursalam, 2001; 42).
Setelah penyusunan prioritas perencanaan diatas maka langkah
selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan. Adapun rencana tindakan
dari diagnosa keperawatan yang muncul pada asma bronkial adalah sebagai
berikut :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
peningkatan produksi sekret, penurunan energi/kelemahan.
Tujuan

: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih /


jelas.

Kriteria Hasil : Menunjukan perilaku perbaikan bersihan jalan nafas,


misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi:
Mandiri

34

1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya : mengi,


ronki.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
nafas dan dapat / tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas
adventisius.
2) Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
R : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres.
3) Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya : debu, asap yang
berhubungan dengan kondisi individu.
R : Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger
episode akut.
4) Dorong / bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
5) Observasi karakteristik batuk misal : menetap, batuk pendek dan
basah.
R : Batuk dapat menetap tapi tidak efektif terutama pada lansia,
sakit akut atau kelemahan.

Kolaborasi :
6) Berikan obat sesuai indikasi.

35

a) Bronkodilator misal : adrenalin dan profentil.


R : Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,
menurunkan produksi mukus dan mengi.
b) Xantin misal : aminopillin, okstripillin dan teofilin.
R : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan
peningkatan langsung siklus AMP.
7) Berikan humidifikasi tambahan misal : nebulizer ultranik
R : Kelembaban

menurunkan

sekret

dan

mempermudah

pengeluaran.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi jalan nafas oleh sekret, spasme bronkus, jebakan udara),
kerusakan alveoli.
Tujuan

: Menunjukan

perbaikan

ventilasi

dan

oksigenisasi

jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan


bebas gejala distres pernafasan.
Kriteria Hasil : Berpartisipasi

dalam

program

meningkatkan kemampuan / situasi.

Intervensi :
Mandiri

pengobatan

dalam

36

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan penggunaan otot aksesori.


R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan.
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
R : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.
3) Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R : Sianosis mungkin perifer (pada kuku) atau sentral (bibir / daun
telinga).
4) Dorong mengeluarkan sputum.
R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama
gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
Kolaborasi :
5) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.
R : dapat memperbaiki / mencegah memburuknya hipoksia.
6) Berikan penekan SSP misal : sedatif atau narkotik dengan hati-hati.
R : digunakan

untuk

mengontrol

ansietas

gelisah

yang

meningkatkan konsumsi oksigen.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


dispnea, anoreksia, mual / muntah.

37

Tujuan

: Menunjukan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.

Kriteria Hasil : Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk


meningkatkan dan / atau mempertahankan berat yang
tepat.
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini.
R : pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
2) Auskultasi bunyi usus.
R : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
3) Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai.
R : Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah.
4) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
R : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen.

5) Timbang berat badan sesuai indikasi.

38

R : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi


keadekuatan rencana nutrisi.
Kolaborasi
6) Konsultasi ahli gizi / nutrisi pendukung tim untuk memberikan
makanan yang mudah di cerna.
R : metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi /
kebutuhan individu.
7) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
R : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan dan
meningkatkan masukan.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan utama dan imunitas.
Tujuan

: Menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko


individu.

Kriteria hasil

: Mengidentifikasi
menurunkan

intervensi

resiko

infeksi.

untuk

mencegah

Menunjukan

tekhnik,

perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan


yang aman.

Intervensi:

39

Mandiri
1) Observasi suhu tubuh klien.
R : demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
2) Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif dan masukan cairan
adekuat.
R : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret
untuk menurunkan resiko infeksi paru.
3) Observasi warna, karakter dan bau sputum.
R : sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya
infeksi paru.
4) Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan tisu dan sputum.
R : Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
Kolaborasi
5) Dapatkan spesimen batuk atau penghisapan sputum pewarnaan kuman
gram negatif.
R : dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan
kerentanan terhadap anti mikrobial.
6) Berikan anti mikrobial sesuai indikasi.
R : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi
dengan kultur.

40

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan


kurang informasi.
Tujuan

: Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan


tindakan.

Kriteria Hasil : Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari


proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor
penyebab.
Intervensi :
Mandiri
1) Jelaskan proses penyakit individu, dorong pasien dan keluarga untuk
bertanya.
R : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan.
2) Instruksikan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan
kondisi umum.
R : nafas abdominal menguatkan otot pernafasan, membantu
meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.
3) Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang
diinginkan.
R : Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping
mengganggu dan efek samping merugikan.

41

4) Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.


R : faktor lingkungan dapat menimbulkan / meningkatkan iritasi
bronkial dan menimbulkan peningkatan produksi sekret dan
hambatan jalan nafas.
5) Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran nafas atas.
(Marilynn E Doengoes, 1999; 156)

4.

Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan perawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Iyer, et.al, 1996; dikutip dari
Nursalam, 2001; 53)
Tahap ini merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan, oleh
karena itu pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan dirumuskan dan
mengacu pada rencana tindakan sesuai skala sangat urgen, urgen dan tidak
urgen (non urgen).
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui
yaitu: persiapan, perencanaan dan pendokumentasian. (Griffith, 1986;
dikutip dari Nursalam, 2001; 53).
a. Fase Persiapan meliputi :
1) Review antisipasi tindakan keperawatan

42

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan


3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul
4) Persiapan alat (resources)
5) Persiapan lingkungan yang kondusif
6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
b. Fase Intervensi terdiri atas :
1) Independen : tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk
atau perintah dokter atau tim kesehatan lainnya.
2) Interdependen : tindakan perawat yang memerlukan kerjasama
dengan kesehatan lainnya (gizi, dokter, laboratorium dan lain-lain).
3) Dependen : berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana tindakan medis dilakukan.
c. Fase Dokumentasi
Merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari tindakan yang
telah dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien
dengan Asma Bronkial, perawat dapat berperan sebagai pelaksana
keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor dan pencatat/
penghimpun data.

43

5.

Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan
dan proses ini berlangsung terus menerus yang diarahkan pada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
a. Masalah teratasi seluruhnya.
b. Masalah teratasi sebagian.
c. Masalah tidak teratasi.
d. Timbul masalah baru.
Evaluasi adalah salah satu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematis pada status kesehatan klien. (Griffith, et. al, 1986; dikutip dari
Nursalam, 2001; 71).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Ignatavicius
dan Bayne, 1994; dikutip dari Nursalam, 2001; 71).
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana
keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
hasil perbandingan melalui standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan gangguan
sistem pernafasan Asma Bronkial adalah:

44

a. Jalan nafas bersih.


b. Pertukaran gas berjalan dengan baik atau normal.
c. Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
d. Infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah.
e. Pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya bertambah.
(Marilynn E. Doengoes, 1999; 155)

Anda mungkin juga menyukai