Skor GCS
Intrepretasi
14 15
9 13
38
I. PRIMARY SURVEY
darah, sehingga organ-organ vital mengalami penurunan fungsi. Pemeriksaan jalan nafas
dilakukan untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Kelancaran
jalan napas dinilai meliputi obstruksi yang disebabkan oleh: benda asing, fraktur tulang wajah,
fraktur maksila/ mandibula, fraktur laring dan fraktur trakea. Usaha untuk membebaskan airway
harus melindungi vertebra cervical. PROTEKSI VERTEBRAE CERVICALIS MERUPAKAN HAL
YANG PENTING. INGAT: ANGGAPLAH ADA FRAKTUR CERVICAL PADA SETIAP PASIEN
MULTI TRAUMA, TERLEBIH BILA ADA GANGGUAN KESADARAN ATAU PERLUKAAN DI
ATAS CLAVICULA.Patokan urutan umum penanganan primary survey adalah:
a)Penilaian (Mengenal Patensi airway dan penilaian cepat adanya obstruksi)
Trauma leher (luka tembus, kerusakan laring, kerusakan trakea, sumbatan jaringan lunak
oleh darah)
Gambar 1. (a) Teknik Head Tilt Chin Lift dan (b) Tehnik Jaw Thrust
Memasang airwayoro-faringeal
Ini digunakan untuk ventilasi sementara pada penderita yang tidak sadar, sementara intubasi
sedang dipersiapkan. Cara pemasangannya adalah sebagai berikut:
a. Pilihlah ukuran yang pas dengan pasien (ukuran yang cocok sesuai dengan jarak dari
sudut mulut pasien sampai kekanalis auditivus eksterna
b. Buka mulut penderita dengan teknik chin lift/ cross finger
c. Airway oral disisipkan ke dalam mulutsecara terbalik (upside down), sehingga bagian
yang cekung mengarah ke kranial, sampai di daerah palatum molle
d. Pada titik ini, alat kemudian diputar 180 derajat
Gambar 3. Airwayoro-faringeal
Memasang airway definitif
Intubasi oro/ naso-tracheal
Krikotiroidotomi
Fiksasi leher dengan berbagai cara setelah memasang airway
Menjaga saluran napas juga dengan melakukan cervical spine immobilisation
b)
Pengelolaan
Hal yang perlu dilakukan adalah bahwa pemberian napas bantuan dilakukan setelah jalan napas
terlihat aman. Tujuan primer pemberian bantuan napas adalah untuk mempertahankan
oksigenasi adekuat untuk membuang CO2. Hal yang perlu diperhatikan saat pemberian napas
bantuan antara lain:
Berikan napas bantuan sesegera mungkin
Berikan napas bantuan sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali bantuan napas
setelah 30 kali kompresi
Pada kondisi dimana terdapat dua penolong, jika penolong berhasil memasukkan alat
bantuan napas lanjutan untuk mempertahankan jalan napas seperti endotracheal tube atau
pun sungkup laring
Bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung maupun mulut ke
stoma(lubang yang dibuat pada tenggorokan)
Pemberian O2 dapat dilakukan dengan cara:
1) Bantuan Napas Mulut ke Mulut
Teknik ini merupakan cara yang cepat dan mudah. Cara melakukan pertongan adalah
sebagai berikut:
Posisikan diri di samping pasien
Mempertahankan posisi head tilt chin lift
Jepit hidung pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang melakukan head
tilt chin lift
Buka sedikit mulut pasien
Tarik napas panjang dan tempelkan rapat bibir anda melingkari mulut pasien dengan
menggunakan kain sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah
penularan penyakit
Tiupkan udara secara lambat (setiap tiupan selama 1 detik pastikan sampai dada
terangkat
Mata memperhatikan dada pasien
Teknik ini dilakukan jika pernapasan mulut ke mulut tidak memungkinkan,misalnya pasien
mengalami trismus. Cara melakukannya adalah sebagai berikut:
Katupkan mulut pasien disertai dengan chin lift
Buka mulut pasien saat ekshalasi
3)
Meletakkan sungkup menutupi muka dengan teknik E-C clamp (bila sendiri) yaitu: ibu
jari & jari telunjuk penolong membentuk huruf C dan mempertahankan sungkup di
muka pasien
Jari-jari ketiga, keempat dan kelima membentuk huruf E dengan meletakkannya di
bawah rahang untuk mengangkat dagu dan rahang bawah (ini akan mengangkat lidah dari
belakang faring dan membuka jalan napas)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tindakan ini adalah:
Bila dengan 2 penolong, satu penolong pada posisi di atas kepala pasien menggunakan
ibu jari dan telunjuk tangan kiri dan kanan untuk mencegah agar tidak terjadi
kebocoran di sekitar sungkup dan mulut, jari-jari yang lain mengangkat rahang bawah
dengan mengekstensikan kepala sembari melihat pergerakan dada. Penolong kedua
secara perlahan memompa kantung sampai dada terangkat.
Bila 1 penolong, dengan ibu jari dan jari telunjuk melingkari pinggir sungkup dan jarijari lainnya mengangkat rahang ke bawah (E-C clamp), tangan yang lain memompa
kantung napas
Gambar 9. Bag-valve-mask
4)
Penatalaksanaan
pada anak
Pada
anak/ bayi,
napas
napas,
total pada
maka
dapat dilakukan:
a. Back Blows
bayi/ anak
Posisikanbayi/ anak dengan posisi kepala kepala mengarah ke bawah agar gaya gravitasi
dapat membantu pengeluaran benda asing
Penolong berlutut atau duduk menopang bayi di pangkuannya
Untuk bayi, topang kepala dengan menggunakan ibu jari di satu sisi rahang dan rahang
yang lain menggunakan satu atau dua jari dari tangan yang sama, jangan sampai menekan
jaringan lunak di bawah rahang karena akan menyebabkan sumbatan jalan napas kmbali
(untuk anak > 1 tahun, tidak usah memposisikan kepala secara khusus
Lakukan hentakan back blows sebanyak 5 kali dengan menggunakan telapak tangan di
tengah punggung
Bila gagal, lakukan chest trust pada bayi dan abdominal trust pada anak > 1 tahun
Identifikasi bagian yang akan dilakukan penekanan (bagian bahwa sternum, sekitar 1 jari
di atas xypisternum)
Lakukan chest trust (kompresi dada yang iramanya lebih lambat dibandingkan dewasa)
5kali
Bila benda asing belum keluar, tindakan diulangi lagi dari awal
Tindakan ini hanya dilakukan untuk anak yang berumur di atas 1 tahun. Caranya dengan
berdiri dan berlutut di belakang pasien
Warna kulit (pemeriksaan kulit yang berwarna pucat, pemeriksaan Capilarry Refill
Time(CRT) > 2 detik dengan cara menekan ujung kuku pasien dengan kuku pemeriksa
selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg dibutuhkan agar warna ujung
kuku merah lagi)
Nadi >100 kali per menit (a. Femoralis atau a.Carotis, amplitudo, irama, frekuensi)
Tingkat kesadaran (bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang
penurunan kesadaran)
Mengenal adanya perdarahan internal, kebutuhan intervensi bedah dan konsultasi bedah
Memasang kateter IV
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, dan AGD
Memberikan cairan Ringer Lactat yang dihangatkan dan tranfusi darah
Mencegah hipotermia
Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien; yaitu dengan mengangkat kaki pasien
setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung. Pertahankan
posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang, jika ada pendarahan
pada pasien, cobalah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau membebat luka
(membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg dibebat mati).
Circulation (peredaran darah), Airway (saluran napas) dan Breathing (bernafas). Untuk
orang yang tidak sadar, ikuti urutan CAB sebelum memberikan pertolongan lain. Bila
pasien tidak bernafas, segera berikan pernapasan bantuan. Bila tidak ada denyut, segeralah
lakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation/ resusitasi jantung-paru). Kompresi jantung
merupakan tindakan yang dilakukan untuk menciptakan aliran darah secara tidak langsung
melalui peningkatan tekanan intratorakal dengan menekan jantung. Tekanan yang kita
berikan diharapkan dapat menciptakan aliran darah dan menghantarkan Oksigen terutama
untuk otot myokard serta otak. Tindakan ini merupakan gabungan antara kompresi jantung
dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung
dan nafas, tetapi masih hidup. Resusitasi jantung paru tidak dilakukan pada semua
penderita yang mengalami gagal jantung atau pada orang yang sudah mengalami kerusakan
pernafasan atau sirkulasi yang tidak ada lagi kemungkinan untuk hidup, melainkan yang
mungkin untuk hidup lama tanpa meninggalkan kelainan di otak.Tujuan dari tindakan
Resusitasi Jantung Paru adalah:
Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory
arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal
total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua
fungsi tersebut bekerja kembali
Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui
Cardio Pulmonary Resuciation(CPR)
Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan resusitasi jantung paru/ RJPantara lain:
Tentukan lokasi kompresi dada dengan cara meletakkan telapak tangan yang telah saling
berkaitan di bagian bawah sternum, 2 jari di atas prosesus xipoideus
Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman 5 cm sebanyak 30 kali dan dua kali
napas bantuan dengan posisi setengah berlutut
Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan arteri karotid setelah 5 siklus kompresi
Gambar 16.
nafas buatan
dua penolong
Gambar 17. Posisi
kepalan tangan
Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jikapenolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi,
pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian, bantuan sudah dating danteraba denyut nadi
karotis.
D. DISABILITY
Pemeriksaan neurologis singkat berupa:
Skoring GCS
E. EXPOSURE
Buka pakaina penderita, tetapi cegah hipotermia
Penilaian
Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah (laserasi, kontusio, fraktur dan luka
termal
Re-evaluasi pupil
b). Pengelolaan
Jaga airway
Kontrol Perdarahan
Pemeriksaan adanya cedera tumpul/ tajam, deviasi trakea pemakaian otot tambahan
Auskultasi (murmur)
Rontgen cervical
b). Pengelolaan
Proteksi cervical
D. THORAK
a)
Penilaian
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
b). Pengelolaan
E. ABDOMEN
a)
Penilaian
Auskultasi
Perkusi
Foto pelvis
USG abdomen
b). Pengelolaan
2.
PERINEUM
Laserasi
Perdarahan uretra
REKTUM
Perdarahan rektum
Fragmen tulang
Posisi prostat
3. Vagina
Daraha
Laserasi
G.
MUSKULOSKELETAL
a)
Penilaian
Inspeksi lengan dan tungkai akan adanya trauma tumpul/ tajam, laserasi, kontusio dan
deformitas
Palpasi arteri
Palpasi pelvis
b). Pengelolaan
Pasang bidai
ATS
Obat-obatan
Cheklist
Kegawatdaruratan Medik
A. Menentukan Glasgow Coma Scale
No.
Kriteria
Nilai
0
CHEKLIST
AIRWAY MANAGEMENT
No.
Kriteria
Nilai
0
2.
Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah pasien dan jari telunjuk pada
gigi seri atas
3.
4.
Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan, benda asing yang
menyumbat jalan nafas
3.
4.
5.
perlahan
Pertahankan posisi mulut pasien/korban tetap terbuka
Melakukan Head Tilt Chin Lift (jika penderita tidak mengalami cervical
spine unjury)
1.
Letakkan tangan kiri pada dahi pasien
2.
3.
penolong
Letakkan ujung jari tangan kanan di bawah bagian ujung tulang
4.
rahang pasien
Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi pasien secara bersamaan
sampai kepala pasien pada posisi ekstensi
auditivus eksterna
Buka mulut penderita dengan teknik chin lift/ cross finger
3.
4.
CHECKLIST
BREATHING MANAGEMENT
No.
Kriteria
Nilai
0
Pemeriksaan Awal
1.
2.
Inspeksi
a. Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan napas)
b. Tanda-tanda jejas
c. Gerakan dada simetris atau tidak
d. Penggunaan otot bantu napas
e. Frekuensi napas
3.
Palpasi
a. Krepitasi
b. Massa
c. Nyeri tekan (bila sadar)
d. Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari
korban
e. (jika ada, hitung frekuensi pernapasannya)
4.
Perkusi
a. Sonor/ hipersonor/ redup
5.
Auskultasi
b. a. Dengarkan jenis suara pernapasan dada kanan/ kiri apakah ada
suara napas tambahan atau tidak
c. b. Tentukan jenis suara napas tambahan tersebut
d.
2.
3.
Jepit hidung pasien menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang
melakukan head tilt chin lift
4.
5.
6.
7.
2.
3.
sendiri)
Jari-jari ketiga, keempat dan kelima membentuk huruf E dengan
meletakkannya di bawah rahang untuk mengangkat dagu dan
rahang bawah
4.
5.
MANAGEMENT SIRKULASI
KONTROL PERDARAHAN
No
.
Kriteria
Nilai
0 1 2 3
menggunakan
jari
tengah
dan
telunjuk
palpasi
sekitar
otot
3. Untuk dewasa, berikan kompresi dada dengan kedalaman 5 cm sebanyak 30 kali dan
dua kali napas bantuan dengan posisi setengah berlutut
4. Evaluasi penderita dengan melakukan pemeriksaan arteri karotid setelah 5 siklus
kompresi