Dalam penentuan kinerja proyek dengan cara Earned Value atau Nilai Hasil, informasi
yang ditampilakan berupa indicator dalam bentuk kuantitatif, yang menampilkan
informasi progress biaya dan jadwal proyek. Indicator ini menginformasikan posisi
kemajuan proyek dalam jangka waktu tertentu serta dapat memperkirakan proyeksi
kemajuan proyek pada periode selanjutnya. Indicator-indikator tersebut adalah sebagai
berikut :
1. BCWS (Budgeted Cost of Work Schedule), menggambarkan anggaran rencana
sampai pada periode tertentu terhadap volume rencana proyek yang akan
dikerjakan.
2. BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), menggambarkan anggaran rencana
proyek pada periode tertentu terhadap apa yang telah dikerjakan pada volume
pekerjaan actual.
3. ACWP (Actual Cost of Work Performed), menggambarkan anggaran actual yang
dihabiskan untuk pelaksanaan pekerjaan pada keadaan volume pekerjaan actual.
Berbekal ketiga indicator tersebut, pengukuran kinerja biaya dan waktu untuk metode
earned Value menggunakan 3 jenis kurva S sebagai nilai kumulatif biaya dengan fungsi
waktu, yang terintregasi dalam satu tampilan yang terdiri atas nilai kumulatif biaya:
BCWS, BCWP, dan ACWP.
Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi pada biaya dan
waktu/jadwal dengan cara mengukurnya, diuraikan dibawah ini.
1. Penyimpangan Jadwal/Waktu
a. SV (Scheduling Varience) = BCWP BCWS
SV > 0, progress actual > rencana: terjadi perrcepatan proyek terhadap rencana
(schedule underrun)
SV < 0, progress actual < rencana: terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana (schedule overrun)
b. SPI (Schedule Performance Index) = BCWP / BCWS
SPI > 1, progress actual > rencana: terjadi percepatan proyek terhadap rencana
(schedule underrun)
SPI < 1, progress actual < rencana: terjadi keterlambatan proyek terhadap
rencana (schedule overrun)
2. Penyimpangan Biaya
a. CV (Cost Variance) = BCWP ACWP
CV > 0, biaya volume actual > biaya actual (cost underrun)
Kondisi 2: Dari gambar 3.14 pada baseline minggu ke-4 terlihat bahwa nilai BCWP <
BCWS, dapat disimpulkan bahwa proyek tersebut mengalami keterlambatan (schedule
overrun). Nilai ACWP > BCWP menunjukan bahwa biaya actual lebih besar daripada
penyelesaian volume pekerjaan pada minggu ke-4, dimana terjadi penyimpangan biaya
(cost overrun). Untuk Nilai Hasil (Earned Value) minggu ke-4, BCWP-nya dibawah
ACWP dan BCWS, di bawah yang seharusnya. Hingga akhir proyek, kinerja biaya tetap
buruk, dengan ACWP > BCWP (cost overrun), sedangkan BCWP < BCWS yang berarti
progress waktunya tetap terlambat hingga selesai pada minggu ke-15, yang seharusnya
selesai pada minggu ke-12 (schedule overrun)
Kondisi 3: dari gambar 3.15 pada baseline minggu ke-4 terlihat bahwa nilai BCWP >
BCWS, ini menunjukan bahwa proyek tersebut lebih cepat dari rencana (schedule
underrun). Nilai ACWP > BCWP menunjukan bahwa biaya actual yang dikeluarkan
lebih besar daripada biaya penyelesaian volume pekerjaan yang sudah dilakukan,
sehingga terjadi penyimpangan biaya (cost overrun). Nilai Hasil (Earned Value) minggu
ke-4, karena BCWP-nya lebih tinggi dari BCWS dan di bawah ACWP, di bawah yang
seharusnya. Hingga akhir proyek terlihat bahwa ternyata volume penyelesaian pekerjaan
melampaui volume rencana, BCWP > BCWS, sehingga proyek mengalami percepatan
(schedule underrun). Nilai ACWP > BCWP hingga minggu ke-10 menunjukan bahwa
biaya actual yang dikeluarkan lebih besar dari penyelesaian volume pekerjaan yang
sudah dilakukan (cost overrun).
Kondisi 4: gambar 3.16 adalah kondisi paling ideal yang menjadi target dalam suatu
penyelesaian proyek. Dari gambar tersebut, pada baseline minggu ke-4 hingga minggu
ke 9,5 terlihat bahwa nilai BCWP > BCWS. Ini menunjukan bahwa proyek tersebut
lebih cepat dari rencana semula, lebih cepat 2,5 minggu (schedule underrun). Nilai
ACWP < BCWS < BCWP menunjukan bahwa biaya actual yang dikeluarkan lebih kecil
dari rencana anggaran biaya (RAB) dan biaya penyelesaian volume pekerjaan, sehingga
terjadi penghematan (cost underrun). Nilai Hasil (Earned Value) pada minggu ke-4
sangat baik karena BCWP > BCWS > ACWP.
Kondisi-kondisi di atas adalah kemungkinan yang dapat terjadi selama proyek
berlangsung. Oleh karena itu, pengelola proyek harus tetap memonitor kinerja dari awal
hingga akhir proyek dengan membuat baseline pada periode-periode tertentu agar
kinerja sepanjang durasi proyek secara iterative dapat terus diperbarui supaya sasaran
dan tujuan proyek tercapai.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penggunaan metode earned value untuk
menganalisis progress proyek, didapat kesimpulan bahwa, tampilan informasi metode
earned value lebih progresif dibandingkan kurva S konvensional, yang berguna untuk
memonitor dan mengevaluasi progress proyek pada baseline tertentu dan masa
mendatang. Metode ini dapat memprediksi kerugian biaya dan waktu karena irama
kerja yang cenderung lambat, sehingga tambahan durasi proyek dan biaya akhirnya
dapat dihitung dengan pendekatan matematis, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan tindakan koreksi yang akan dilakukan.
Kondisi paling ideal untuk pelaksanaan proyek adalah kondisi 4 yang selalu diharapkan
manajer proyek dari hasil monitoring dan evaluasi pada baseline yang telah ditentukan,
sebaliknya kondisi 2 adalah kondisi paling buruk yang bisa terjadi selama pelaksanaan
proyek. Dengan memperhatikan kondisi-kondisi di atas dan dengan menentukan
baseline pada periode tertentu, maka penyimpangan dapat terdeteksi sejak awal. Dengan
demikian, tindakan koreksi yang dilakukan lebih akurat dan tepat sasaran yaitu dapat
dilakukan dengan cara pertukaran antara waktu dengan biaya (duration-cost trade off),
lembur, penambahan tenaga kerja atau peralatan serta pengaturan jumlah sumber daya,
perbaikan metode kerja, agar proyek dapat selesai tepat waktu.