Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Syukur Alhamdulillah ke haribaan Tuhan YME, atas terselenggaranya
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) oleh Fakultas Syariah, IAIN
Walisongo Semarang yang dimulai sejak 12 Oktober sampai dengan 28
Oktober 2011. Kegiatan tersebut merupakan serangkaian kurikulum
akademik yang harus dituntaskan oleh setiap mahasiswa. Yang mana,
praktek tersebut berkesinambungan dengan mata kuliah yang telah
dipelajari selama perkuliahan untuk diaplikasikan dalam bentuk nyata.
Selain itu, PPL ini merupakan lapangan untuk mengetahui sejauh
mana profesionalisme mahasiswa dalam me-aplikasikan ilmu yang telah
didapatinya. Agar tidak ketinggalan dengan mahasiswa hukum lainnya.
Maka dari itu, tidak hanya dalam ranah keislaman saja, tapi juga di ranah
umum. Maksudnya adalah mahasiswa syariah yang melaksanakan PPL,
tidak hanya di Pengadilan Agama Semarang dan KUA Ngaliyan atau KUA
Tugu, melainkan juga di Pengadilan Negri Semarang.
Sehingga, praktek tersebut dirasa perlu untuk dilaksanakan. Selain
dapat aplikasi diri, juga dapat mengetahui secara langsung peran-peran di
dalamnya, untuk kemudian dapat menduduki jabatan tersebut. Misalnya :
Bagaimana
sebenarnya
tugas
panitera
dalam
Pengadilan
Agama/Pengadilan Negri, Kemudian Majlis Hakim saat bertutur dan
menghadapi orang yang berperkara, dll. Maka, praktek ini perlu
dilaksanakan,guna menunjang kreatifitas diri dan kesiapan dalam
bersaing di dunia hukum dan realita kehidupan yang ada.
Praktikum adalah kegiatan intrakulikuler yang dilaksanakan oleh
mahasiswa dalam bentuk latihan keterampilan, penambahan wawasan,
dalam rangka penguasaan kompetensi sesuai dengan program studi yang
terkait sebagai bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan kurikulum
Fakultas Syariah.
Praktek Pengalaman Lapangan ialah kegiatan belajar mahasiswa
yang dilakukan di lapangan untuk mengintegrasikan pengetahuan teoritis
yang diperoleh dalam perkuliahan dengan pengalaman praktek di
lapangan sesuai dengan kompetensi Fakultas Syariah.
Maka dari itu, praktik tersebut melibatkan instansi-instansi yang
berkompeten dalam bidang perdata, pidana maupun hukum lainnya,
seperti : Kantor Urusan Agama (KUA) Ngaliyan dan Kantor Urussan Agama
(KUA) Tugu, yang diintegralkan dengan kemampuan mahasiswa dalam
urusan Munakahat, Wakaf, dll; Pengadilan Agama (PA) Semarang,
berintegrasi terhadap kemampuan mahasiswa dalam beracara perdata;
dan Pengadilan Negri (PN) Semarang, kaitannya dengan uji kompetensi
mahasiswa dalam beracara pidana.
B.
Tujuan dan Fungsi
Secara umum, praktek ini bertujuan untuk meningkatkan keahlian
dan profesionalitas mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang ada dalam
prodi/jurusan studi, serta mengembangkan ilmu dengan praktek langsung

di lapangan. Sedangkan secara khusus, praktek tersebut bertujuan,


antara lain:
1) Untuk mengetahui prosedural pendaftaran dan pencatatan nikah dan
wakaf;
2) Untuk mengetahui mekanisme pencatatan dan pelaksanaan perkawinan
dan perwakafan;
3) Untuk mengetahui secara praktis beracara dalam hal perkara perdata di
Pengadilan Agama Semarang;
4) Untuk mengetahui secara praktis beracara dalam kasus-kasus pidana di
Pengadilan Negri Semarang;
5) Untuk mengetahui prosesi persidangan dan tugas dari masing-masing
komponen (Majlis Hakim, Panitera, pihak-pihak yang berperkara, dll) yang
ada dalam persidangan tersebut;
6) Untuk mengetahui proses administrasi perkara di Pengadilan Agama
Semarang;
7) Untuk menyelaraskan atau membandingkan teori yang didapati dengan
pengamatan langsung di lapangan, baik proses beracara di Pengadilan
Negri Semarang maupun Pengadilan Agama Semarang.
Fungsi dari praktek tersebut adalah memberikan pengalaman
lapangan serta ilmu tambahan yang belum ada dalam teori perkuliahan
kepada mahasiswa, agar memiliki ketrampilan dan profesionalitas sesuai
dengan kompetensi masing-masing.
Praktikum ini merupakan bagian yang integral dari kurikulum
akademik, sehingga statusnya menjadi wajib bagi setiap mahasiswa untuk
melaksanakannya. Maka dari itu, diharapkan bagi mahasiswa yang telah
melaksanakan praktikum tersebut, tahu dan paham lebih dalam mengenai
kompetensinya tersebut. Sehingga mampu membekali calon-calon sarjana
Syariah IAIN Walisongo, profesionalitas dan ketrampilan dalam bidang
hukum.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Tugas dan Wewenang KUA dalam Penanganan NTCR dan Wakaf
Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan instansi pemerintah di
Kecamatan yang bergelut dalam keislaman. Yakni berkaitan dengan Nikah,
Talak, Cerai, Rujuk (NTCR) dan Wakaf. Akan tetapi, setelah munculnya UU
No. 7 tahun 1989, urusan talak dan cerai menjadi wewenang Pengadilan
Agama. Kantor Urusan Agama, tidak hanya berhenti di situ saja, tapi juga
berperan dalam hal penasihat, pembinaan, dan pelestarian perkawinan
yang dikenal dengan BP4.
Sebagaimana UU No. 1 tahun 1978, Pasal 5 (1),(2) dan (3) yakni :
1) Kepala KUA ditunjuk sebagai Petugas Pencatat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
2) Administrasi perwakafan diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama
Kecamatan.
3) Dalam hal suatu Kecamatan tidak ada Kantor Urusan Agama-nya, maka
kepala Kanwil Depag menunjuk kepala KUA terdekat sebagai Pegawai
Pencatat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) di Kecamatan tersebut.
Tugas Pokok KUA sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan
Mentri Agama No. 517 tahun 2001 tentang Penataan Organisasi KUA
Kecamatan adalah melaksanakan sebagian tugas Kementrian Agama
Kabupaten, maka KUA memiliki fungsi, antara lain :
a) Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi;
b) Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan,
pengetikan, dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan;
c) Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, baitul mal, dan ibadah sosial, kependudukan dan
pengembangan keluarga sakinah sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan
Haji berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Jadi, Kepala KUA tidak hanya berkutat dalam urusan nikah atau rujuk
saja. Melainkan bertugas sebagai Pegawai Pencatat Akta Ikrar Wakaf
(PPAIW) kaitannya dengan perwakafan dan urusan-urusan lain yang
berhubungan dengan urusan agama Islam. Yang mana, hal tersebut
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk atau aturan yang ada. Seperti : UU
No. 1 tahun 1978 tentang Perwakafan, UU No. 22 tahun 1946 tentang
Pencatatan NTCR, Keputusan Mentri Agama No. 517 tahun 2001 tentang
Tugas/Fungsi KUA, dll.
B.
Tugas dan Wewenang Pengadilan Agama

Pengadilan Agama merupakan instansi Negara yang melaksanakan


kekuasaan kehakiman secara merdeka dan mandiri, serta tidak boleh
tercampuri oleh kepentingan lain. Pengadilan Agama merupakan
peradilan yang berada di ibu kota/Kabupaten. Sebagai tingkat pertama,
Pengadilan Agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara-perkara orang yang beragama
islam dalam bidang : pernikahan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq,
shodaqoh, dan ekonomi syariah (Pasal 49, UU No. 3 tahun 2006). Hal ini
termaktub dalam UU No. 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama, UU No.
3 tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1989 dan UU No. 50
tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas UU No.7 tahun 1989
Asas yang digunakan dalam Pengadilan Agama adalah asas
personalitas dan obyektifitas. Selain itu, Pengadilan Agama memiliki dua
kompetensi, yaitu : kompetensi absolut dan kompetensi relatif. Pengadilan
pun tidak membeda-bedakan orang dalam mengadili menurut hukum.
Sebagaimana UU No.7 tahun 1989, pasal 58, bahwa pengadilan
membantu para pencari keadilan dengan proses cepat dan biaya ringan.
Sedangkan di dalam pasal 59, sidang pemeriksaan terbuka untuk umum,
kecuali undang-undang menentukan lain dan rapat musyawarah hakim
bersifat rahasia. Yang lain dalam peradilan ini adalah hakim
mengupayakan damai di setiap kali persidangan dibuka. Sehingga hakim
mengupayakan para pihak untuk tidak bersengketa dan bersatu kembali.
Pengadilan baru akan mengabulkan permohonan atau gugatan, ketika
kedua belah pihak memang sudah tidak bisa berdamai dan tidak dapat
disatukan kembali.

Struktur Organisasi Pengadilan Agama Semarang

Pan. Muda
Permohonan

Juru Sita
Pengganti

Jadi, pengadilan berwenang untuk memeriksa berkas perkara yang


kemudian diputuskan untuk diterima atau ditolak atau tidak diterima.
Surat gugatan atau permohonan diterima maksudnya perkara dapat
masuk dalam persidangan dan diproses hingga selesai. Sedangkan
gugatan atau permohonan tidak diterima (NO) yaitu gugatannya dapat
diajukan kembali dengan melengkapi berkas atau persyaratan yang
kurang. Serta yang dimaksud dengan gugatan atau permohonan ditolak
ialah bukti-bukti tidak kuat dan perkara tersebut tidak dapat diajukan
kembali. Setelah itu, perkara masuk dan diproses, kemudian di
musyawarahkan untuk diputuskan, setelah semuanya berjalan.
C.
Tugas dan Wewenang Pengadilan Negri
Pengadilan Negri merupakan instansi Negara dalam bidang hukum
sebagai
pelaku
kekuasaan
kehakiman
yang
merdeka,
untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Pengadilan Negri merupakan pengadilan tingkat pertama yang berada di
ibukota Kabupaten (men. Pasal 4 UU No. 2 tahun 1986). Sehingga susunan
Pengadilan Negri, terdiri dari : Pimpinan Hakim Anggota, Panitera,
Sekertaris dan Jurusita (Pasal 10).
Sebagaimana Pasal 50, Pengadilan Negri memiliki tugas dan
wewenang untuk : memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
pidana dan perkara perdata di tingkat pertama. Pengadilan pun dapat
dimintai keterangan, pertimbangan dan nasihat tentang hukum kepada
instansi Pemerintah di daerahnya. Selain itu, Ketua Pengadilan juga
memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
penasihat hukum dan notaries di daerah hukumnya, yang kemudian
dilaporkan kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung dan Menteri
Kehakiman.
Berbeda dengan Pengadilan Agama, di Pengadilan Negri penetapan
nomor perkara ditentukan oleh ketua pengadilan. Sedangkan di
Pengadilan Agama, nomor perkara diberikan saat penggugat atau
pemohon mendaftarkan perkaranya di kasir atau meja I. Pengadilan Negri
berwenang mengadili perkara pidana dan perdata yang berada dalam
lingkungan hukumnya. Peradilan ini dapat pula menangani perkara pidana
anak, hubungan industrial, dan niaga. Secara administratif, dipegang oleh
Panitera pengadilan. Mulai dari kearsipan sampai dengan melaksanakan
putusan dalam perkara perdata (pasal 60 UU No. 8 tahun 2004).

Struktur Organisasi Pengadilan Negri

Ketua PN

Wakil Ketua PN

Panitera/Sekertaris Panitera

Wakil
Panitera

Wakil Sekertaris

PLH Pan.Mud PHI Pan.Mud Hakim Pan.Mud Perdata


kepegawaian keuangan umum

Kasubag

BAB III
PELAKSANAAN
A.

Pembekalan PPL
Pembekalan dilaksanakan oleh pihak Fakultas Syariah, pada tanggal
12-13 Oktober 2011. Dengan rincian agenda :
Acara pembukaan.
Rabu, 12 Oktober 2011 dimulai pukul 08.00 WIB di ruang sidang Fakultas
Syariah. Acara ini dihadiri oleh 79 mahasiswa peserta PPL yang telah
terdaftar secara sah, dan dihadiri oleh Bapak H. Abdul Ghofur, M.Ag.,
selaku Pembantu Dekan I sekaligus PLT Dekan beserta Panitia PPL.
Sebelum acara tersebut dibuka oleh Bapak Abdul Ghofur, terlebih dahulu
ketua panitia (Bapak Rahman) melaporkan rentetan kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh peserta PPL dan jumlah keseluruhan mahasiswa yang
mengikuti PPL. Yang mana, kegiatan ini diikuti oleh tiga (3) Jurusan, yaitu :

Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah (AS); Jurusan Siyasah Jinayah (SJ) dan


Jurusan Muamalah (MU). Selain itu, pelaksanaan PPL akan dilaksanakan di
dua tempat, yakni PEngadilan Agama Semarang dan Pengadilan Negri
Semarang dari tanggal 12-28 Oktober 2011 dengan pemetaan agenda :
tanggal 12-13 Oktober 2011 Pembekalan di ruang sidang Fakultas
Syariah, IAIN Walisongo Semarang, yang di dalamnya terdapat materimateri ulasan serta materi dari KUA Ngaliyan dan Tugu; tanggal 17-21
Oktober 2011 Pelaksanaan di Pengadilan Agama Semarang; dan taggal
24-28 Oktober 2011 Pelaksanaan di Pengadilan Negri Semarang.
Materi-materi.
Materi pertama dalam pembekalan PPL diisi oleh Ibu Maria Ana Muryani,
S.H., M.H. yang membahas sekilas tentang hukum acara pidana. Yang
mana, materi ini beritegrasi bagi peserta PPL saat berada di Pengadilan
Negri (PN) nantinya. Materi yang disampaikan antara lain :
(1) Mengenai pengertian hukum acara itu sendiri. Yang mana, menurut
Sudarto hukum acara pidana adalah aturan-aturan yang memberikan
petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh aparat penegak hukum
dan pihak-pihak atau siapapun saja yang terlibat di dalamnya, apabila ada
persangkaan terhadap pelanggaran hukum pidana;
(2) Disampaikan pula tentang hukum pidana formil (hukum acara pidana)
untuk melaksanakan atau menegakkan hukum pidana mulai dari
terjadinya tindak pidana sampai terlaksananya putusan dan hukum
pidana materiil yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana
dan isinya mengenai perintah, larangan dan sanksi;
(3) Asas-asas hukum acara pidana, antara lain : asas equality before the
law, asas principle of legality, asas Contantie Justitie, dll.
(4) Jenis Penuntutan : perkara cepat tindak pidana ringan dan
pelanggaran lalu lintas; perkara singkat; dan perkara biasa.
(5) Proses Persidangan Pidana : pertama hakim membuka sidang dengan
menyatakan sidang terbuka untuk umum, kedua hakim menanyakan
identitas terdakwa, ketiga Jaksa Penuntut Umum (JPU) diminta oleh hakim
untuk membacakan surat dakwaan, keempat pemeriksaan, setelah
pemeriksaan selasai, kelima JPU membacakan tuntutan, keenam
pembelaan dari terdakwa, JPU menanggapi pembelaan tersebut,
kedelapan jawaban terdakwa terhadap tanggapan JPU, kemudia hakim
bermusyawarah, terakhir putusan. Putusan tersebut dijatuhkan setelah
semua pemeriksaan dirasa cukup.
Kedua, ulasan tentang hukum acara perdata yang disampaikan
oleh Ibu Nur Hidayati Setyani, S.H., M.H. pada dasarnya beliau
menyampaikan mengenai sumber-sumber hukum acara perdata, antara
lain : HIR, RBg, Rv Stb No. 52 jo Staatblad 1849 No. 63, Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPer) dan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD). Asas-asas dalam hukum acara perdata, yaitu : peradilan
terbuka untuk umum, hakim bersifat pasif, mendengar kedua belah
pihak/persamaan hak dan kedudukan, pemeriksaan dalam dua instansi,
pengawasan putusan lewat kasasi.

a)
b)
c)

d)

e)
f)
g)
h)
i)

Semua materi tersebut diikuti secara seksama oleh peserta PPL


pada tanggal 12 Oktober setelah acara pembukaan. Kemudian acara
dilanjutkan pada hari berikutnya yakni pada tanggal 13 Oktober 2011.
Yang mana, dimulai pukul 07.00 WIB dengan pemateri Bapak Drs.
Wahyudi, S.H., M. SI. Dalam kesempatan tersebut bapak Wahyudi
menyampaikan mengenai beracara di Pengadilan Agama, spesifik
prosedur pendaftaran perkara. Dimana perkara hanya bisa diajukan oleh
orang yang akan berperkara, dengan syarat gugatan tersebut berbentuk
tertulis, diajukan ke pengadilan yang berwenang, dan dengan isi gugatan
identitas para pihak, posita dan petitum.
Narasumber yang kesehariannya sebagai hakim PA Semarang ini,
menerangkan secara detail prosesi pendaftaran di PA, meskipun waktu
yang tersedia singkat. Yakni :
Pertama, pihak yang berperkara datang langsung ke PA ruang
pendaftaran dengan membawa surat gugatan/surat permohonan.
Kedua, pihak yang berperkara tersebut mendatangi meja I dan
menyerahkan surat gugatan/permohonan tersebut.
Ketiga, Petugas di meja I tersebut, memberikan penjelasan yang
dianggap perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan dan menaksir
panjar biaya yang harus dibayar oleh pihak serta ditulis dalam SKUM.
Begitu seterusnya hingga selesai di meja II. Besarnya biaya perkara
diperkirakan telah harus mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut, didasarkan pada pasal 182 ayat 1 HIR (untuk wilayah Jawa dan
Madura) atau pasal 90 UU RI No. 3 tahun 2006 tentang Perubahan atas UU
No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Keempat, petugas meja I menyerahkan kembali surat gugatan atau
permohonan kepada pihak berperkara disertai dengan SKUM dalam
rangkap 4 (warna putih untuk dilampirkan pada berkas perkara yang
dibawa P; warna hijau untuk administrasi bank saat membayar panjar;
kuning dilampirkan dalam berkas perkara di meja I; merah untuk
diserahkan pada kasir/bendahara).
Kelima, pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (kasir),
SKUM tersebut.
Keenam, pemegang kas menyerahkan SKUM warna hijau kepada
pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya ke bank.
Ketujuh, pihak berperkara datang ke loket layanan bank dan mengisi
slip penyetoran panjar biaya perkara. Pengisian slip tersebut sama dengan
nilai yang ada dalam SKUM.
Kedelapan, setelah menerima slip yang telah divalidasi oleh bank,
pihak berperkara menyerahkan slip tersebut kepada pemegang kas.
Kesembilan, pemegang kas setelah meneliti slip bank, kemudian
diserahkan kembali kepada pihak berperkara. Pemegang kas, kemudian
memberi tanda lunas dalam SKUM dan SKUM warna putih dan kuning
diserahkan kepada pihak berperkara. Sedangkan warna merah untuk arsip
pemegang kas.

j)

Kesepuluh, pihak berperkara menyerahkan pada petugas meja II


berupa surat gugatan atau permohonan sebanyak jumlah pihak ditambah
3 rangkap untuk majlis.
k)
Kesebelas, petugas meja II mendaftar atau mencatat surat gugatan
atau permohonan dalam register bersangkutan serta memberi nomor
register pada surat gugatan/permuhonan. Yang mana, nomor tersebut
diambil dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas.
l)
Keduabelas, petugas meja II menyerahkan kembali 1 (satu) rangkap
surat gugatan/permohonan yang telah diberi nomor register kepada pihak
berperkara.
Setelah prosesi pendaftaran tersebut selesai, maka pihak berperkara
menunggu panggilan dari jurusita untuk menghadap ke persidangan,
setelah ditetapkannya Susunan Majlis Hakim (PMH) dan hari sidang
pemeriksaan perkaranya (PHS).
Materi dari KUA Ngaliyan disampaikan oleh Drs. H. Fadlan Yazidi
yang berkedudukan sebagai kepala KUA Ngaliyan. Dalam kesempatan
pagi menjelang siang itu, pukul : 08.00 WIB. Beliau menyampaikan
mengenai Proses Pencatatan Pernikahan dan Simulasi Akad serta
Pencatatan Nikah.
Pernikahan sebagaimana UU No.1 tahun 1974 adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan YME.
Bapak Fadlan memaparkan secara detail tentang Prosedur Layanan
Nikah, yang di dalamnya terdapat syarat bagi kedua calon pengantin
untuk dipenuhi. Yaitu :
1) Pengantar RT-RW (Pa-Pi)
2) Foto copy KTP (Pa-Pi)
3) Foto copy KK (Pa-Pi)
4) Foto copy Surat Nikah Orang Tua (Pi)
5) Imunisasi TT (Pi)
6) Foto copy ijazah terakhir/Akte Kelahiran (Pa-Pi)
7) Foto copy lunas PBB (Pa-Pi)
8) Foto 2x3 = 3 buah dan 3x4 = 4 buah (Pa-Pi)
9) Peranyataan belum menikah (Jejaka-Perawan)
10) Rekomendasi Nikah/intil dari KUA setempat
11) Ijin Komandan (untuk TNI/Polri)
12) Akta cerai asli (untuk Janda-Duda Cerai)
13) Surat kematian / Model N.6 (Janda-Duda Mati)
Pengenalan formulir yang harus diisi bagi orang yang akan menikah, yakni
:
Formulir N-1
: surat keterangan untuk nikah;
Formulir N-2
: surat keterangan asal-usul;
Formulir N-3
: surat persetujuan mempelai;
Formulir N-4
: surat keterangan tentang orang tua;
Formulir N-5
: surat izin orang tua;
Formulir N-6
: surat keterangan kematian suami/isteri;

Formulir N-7
: pemberitahuan kehendak nikah;
Formulir
N-8
:
pemberitahuan
adanya
halangan/kekurangan
persayaratan;
Formulir N-9
: penolakan pernikahan.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, selanjutnya data tersebut
dimasukkan dalam formulir NB untuk dicek kelengkapanya. Dan formulir
ini dibawa saat akad nikah dilangsungkan. Prosesi pernikahan secara
administrasi ialah sebagai berikut :
Pemeriksaan ulang terhadap berkas-berkas
Doa nikah
Pembacaan sighat talik
Tanda tangan
Pengesahan
Setelah menerangkan panjang lebar, masuk lah pada prosesi
simulasi akad nikah sebagai pamungkas dari materi yang disampaikan
oleh bapak Fadlan, dengan pemeran:
Aslamiyah
: calon mempelai perempuan
Fauzan Fikri
: calon mempelai laki-laki
Habidin
: wali dari perempuan
Ibadurrahman
: saksi I
Muhammad basir : saksi II
Muhson
: mudin
Materi Perwakafan dari KUA Tugu oleh Bapak Abidin,
menerangkan tentang pencatatan wakaf. Seusai memperkenalkan diri
kepada peserta pembekalan, beliau menerangkan sebendel formulir yang
dibawa dan sudah digandakan untuk peserta.
+ Pertama, surat pernyataan wakaf. Yang mana, di dalam formulir
tersebut terdapat identitas wakif, kemudian jenis benda, saksi-saksi, anakanak.
+ Kedua, bentuk W.K. adalah formulir mengenai surat keterangan kepala
desa tentang perwakafan tanah milik.
+ Lembar ketiga, surat keterangan tidak sengketa.
+ Lembar selanjutnya, surat kuasa dari pihak pertama (wakif) kepada
pihak kedua (nadzir).
+ Formulir bentuk W.1 tentang ikrar wakaf.
+ W.2 tentang akta ikrar wakaf.
+ Formulir selanjutnya, W.3 mengenai akta pengganti akta ikrar wakaf.
+ Formulir W.3a merupakan salinan akta pengganti akta ikrar wakaf.
+ Formulir W.5 dan W.5a berisi surat pengesahan nadzir.
+ Terakhir adalah W.7 berisi pemohonan pendaftaran tanah wakaf dari
KUA setempat.
Materi tersebut adalah materi pamungkas dalam agenda
pembekalan. Dalam setiap materi yang disampaikan, antusias peserta
sangat besar dengan adanya lontaran pertanyaan-pertanyaan. Setelah
seluruh materi terlampaui, panitia PPL fakultas yang pada kesempatan
siang itu diwakili oleh bapak Munthaha, menyampaikan pesan-pesan

B.

kepada peserta PPL untuk persiapan pelaksanaan di Pengadilan Agama


Semarang.
Beliau berpesan kepada peserta PPL untuk tidak terlambat datang
pada acara pembukaan di Pengadilan Agama Semarang. selain itu,
peserta dipesani untuk menjaga nama baik almamater dan bersikap
sopan dalam setiap bertingkah saat berada di sana.
Pelaksanaan PPL di Pengadilan Agama Semarang
Kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Pengadilan Agama
Semarang dimulai tanggal 17 Oktober 2011 dan diakhiri pada tanggal 21
Oktober 2011. Acara tersebut dibuka pada pukul 08.00 WIB, yang dihadiri
langsung oleh Ketua Pengadilan Agama Bapak Drs. Jasiruddin, S.H., M. H.,
beserta staff dan dari pihak fakultas dihadiri oleh Bapak Arif Budiman
selaku Pembantu Dekan III beserta staff. Dalam acara pembukaan
tersebut, bapak Arif menyerahkan peserta PPL kepada pihak Pengadilan
Agama yang diterima langsung oleh bapak Jasiruddin. Setelah acara
pembukaan usai, langsung dilanjutkan oleh Bapak Imron dan Bapak
Syaiin selaku panitia PPL di Pengadilan Agama. Beliau memaparkan
mengenai apa yang dibutuhkan saat pelaksanaan PPL dilaksanakan.
Adapun teknis pelaksanaan di Pengadilan Agama Semarang,
sebagai berikut :
Dialog interaktif mengenai Teknik Pembuatan Surat-surat
Disampaikan oleh Moh. Nur Hudrein, pada tanggal 17 Oktober 2011.
Dalam hal ini, bapak Hudrein menerangkan mengenai kompetensi relatif
dan kompetensi absolute Pengadilan Agama. Pemetaan mengenai jenis
perkara, yakni perkara foluntair dan perkara kontensius. Dijelaskan pula
mengenai perbedaan berkas perkara tidak diterima (NO) dengan berkas
perkara ditolak. Setelah itu, diterangkan mengenai pencabutan perkara
gugatan, pembuatan gugatan, pembuatan jawaban, replik, dan duplik.
Dalam dialog ini, peserta PPL antusias bertanya.
Pemberian tugas kelompok Karya Latihan Hukum (KLH) tentang surat
gugatan, jawaban, replik dan duplik. Yang mana, satu kelompok terdiri
dari 8 orang urut nomor absensi. Tugas ini dikumpulkan kepada bapak Ali
Imron saat waktu istirahat.
Dialog interaktif kedua, mengenai Teknik Persidangan.
Dalam materi ini, dijelaskan secara gamblang mulai dari majlis hakim
lengkap hingga tata cara persidangan. Yang mana, di dalamnya tentu
terdiri dari beberapa kali sidang dilengkapi dengan pembuktian,
kesimpulan para pihak dan putusan.
Dalam perjalanan sidang, Panitera Pengganti (PP) bertugas untuk
menyiapkan berkas-berkas dan memanggil para pihak berperkara masuk
suang sidang. Sebelum pihak berperkara dipanggil masuk, terlenih dulu
PP mempersilakan majlis hakim untuk masuk ruang sidang dan membuka
sidang. Kemudian, PP membacakan nomor perkara dan mempersilakan
para pihak masuk.
Hari kedua, 18 Oktober 2011.
Di Mushola PA Semarang dilanjutkan dialog interaktif dengan narasumber
Drs. Ali Imron, S.H. mengenai Prosedur Pengajuan Perkara. Diterangkan

secara runtut menegani prosedur pendaftaran. Dimana pihak yang


berperkara datang ke PA dengan membawa surat gugatan atau
permohonan. Bagi yang buta huruf, dapat menghadap Ketua PA dengan
menyatakan bahwa dirinya tidak bisa baca tulis. Maka ketua PA dapat
meformulasikan apa yang diajukan oleh pihak tersebut. Ketika ketua PA
sibuk, maka bisa dilimpahkan ke Hakim lain dan tanda tangan oleh hakim
atas nama pihak.
Setelah materi prosedur pendaftaran, peserta diajak untuk observasi
kepaniteraan yang dipandu langsung oleh bapak Syaiin dengan
berkelompok dan kunjungan berkala dalam satu waktu atau dengan kata
lain masing-masing kelompok diberi waktu 2-3 menit, kemudian berganti
dengan kelompok selanjutnya. Seusai istirahat, materi dilanjutkan dengan
Upaya hukum oleh bapak Wahyudi.
Setelah semua materi tertuangkan, peserta dibagi dua kelompok untuk
melakukan simulasi.
Kelompok Pertama diperankan oleh :
Pengarah : Bapak Moh. Amin
Sutradara : Kharis Fahrudi;
Sekenario : Anida Vikria;
Hakim Ketua : Choirul Imam;
Hakim I : Moh. Lutfi Hakim;
Hakim II : Muhson;
Panitera Pengganti : Ariyani Kemuning Jati;
Penggugat : Fiqoh Ainiyati;
Tergugat : Ahmad Muttaqin;
Kuasa Hukum Penggugat : Hasan Fuadi dan Misbahudin;
Kuasa Hukum Tergugat : M. Syukron Ali dan Syarif Agus Cahyanto;
Saksi Penggugat : Fitriyatul Mutmainah dan Aqil Wira Aji;
Saksi Tergugat : Habidin dan Agus Fahmi.
Sedangkan kelompok II :
Pengarah : Bapak Imron Mastuti
Sutradara : Khoirul Anwar;
Penggugat : Trisila Heri Wibowo;
Tergugat : Aza Mabruroh;
Hakim Ketua : Sidiq Baidhowi;
Hakim I : Zumrotun Nasihah;
Hakim II : Darmadi Arifullah;
Panitera Pengganti : Lia;
Kuasa Hukum Penggugat : Slamet Ngatminto dan Muhammad SyafiI;
Kuasa Hukum Tergugat : Aslamiyah dan Miftahul Ulum;
Saksi P : david Faregha dan Rosita Amalina;
Saksi T : Wahyuningsih dan Saikhul Munif.
Acara di Pengadilan Agama Semarang diakhiri dengan adanya
penilaian simulasi sidang terhadap dua kelompok yang sudah
dipersiapkan dan dinilai oleh Bapak Wahyudi. Simulasi tersebut dinilai
langsung oleh bapak Wahyudi. Yang mana, hasilnya langsung diumumkan
pada saat itu juga sebelum acara penutupan. Kelompok I mendapatkan

C.

1.

2.
3.

4.

A.

sekor 89 dan kelompok II mendapat sekor 86. Selain pengumuman nilai


dari dua kelompok, bapak Wahyudi memberikan kritik dan koreksi yang
signifikan bagi peserta PPL, agar lebih baik lagi dalam melaksanakan
persidangan selanjutnya.
Acara ditutup pada siang hari oleh bapak Nur Hudrein selaku wakil
ketua PA yang menyerahkan kembali peserta PPL kepada pihak fakultas.
Dan dari pihak fakultas ditarik langsung oleh Bapak Abdul Ghofur.
Pelaksanaan PPL di Pengadilan Negri Semarang
Pelaksanaan PPL di Pengadilan Negri Semarang dimulai pada
tanggal 24 Oktober 2011. Yang mana, dimulai dan disambut oleh Bapak
Noor Edi Yono, serta dihadiri oleh pihak fakultas yang dihadiri oleh Bapak
Abdul Ghofur beserta staff. Di dalam permulaan pertemuan peserta PPL
dengan pihak Pengadilan Negri Semarang,
Bapak Noor Edi Yono memberikan ulasan sedikit tentang apa-apa
yang berkaitan dengan PN. Pengadilan Khusus di PN menaungi Niaga, dan
Hukum Industrial. Dalam perkara pidana umum terbagi dalam acara biasa,
acara singkat dan acara cepat. Beliau pun memaparkan tentang tidak
adanya mediasi dalam persidangan niaga atau hubungan industrial,
karena hanya diberikan waktu 50 hari. Bagi peserta PPL, diberikan tugas
individu untuk mencatat nomor perkara, terdakwa dan acaranya dalam
persidangan yang diikuti.
Di hari selanjutnya tugas tersebut dikumpulkan dan dibahas
bersama. Begitulah acara PPL di Pengadilan Negri Semarang. Peserta
dibebaskan untuk mengikuti persidangan yang ada di ruang sidang mana
pun.
Persidangan yang sempat saya ikuti, antara lain :
No. perkara : 60/PId. Sus/2011/PN.Smg
Terdakwa
: H. Khumaidi
Acara
: Keterangan saksi dan Ahli.
No. Perkara : 607/PId.B/2011/PN.Smg
Terdakwa
: Arif Riyanto
Acaranya
: Pembacaan dakwaan.
No. Perkara : 150/PId.B/2011/PN.Smg
Terdakwa
: Yulianto
Acaranya
: Pembacaan tuntutan.
No. Perkara : 619/PId.B/201/PN.Smg
Terdakwa
: Agus Supriyanto alias Kacang bin Lasiman
Acaranya
: Putusan.
BAB IV
ANALISIS
Observasi
Secara keseluruhan, apa yang penulis lihat ternyata tidak sama
dengan apa yang penulis bayangkan. Pertama, mengenai prosedur
pernikahan. Pernikahan yang begitu sacral, ternyata rumit dalam prosesi
pemenuhan persyaratan. Yang mana, masing-masing calon mempelai baik
putra maupun putri, harus mengisi formulir yang banyak. Mulai dari
berkas pernyataan sampai pemberitahuan atau pembatalan nikah.

Selain itu, kepala KUA yang bertugas langsung untuk mencatat


peristiwa pernikahan dan memberikan buku nikah kepada pihaknya. Yang
menjadi pikiran bagi kepala KUA sendiri adalah ketika seseorang menikah
dalam beda agama. Karena terkadang, mereka kembali pada agama salah
satunya. Meskipun, hal ini bukan wewenang dari kepala KUA, tapi
lembaga ini memiliki fungsi dalam pembinaan dan penasihatan
perkawinan agar tetap sakinah, mawadah warohmah.
Sedangkan dalam perwakafan pun ada beberapa blangko yang
harus diisi dan dipenuhi oleh pihak terkait. Yang kemudian, hal tersebut
dimintakan surat permohonan kepada KUA setempat untuk didaftarkan
tanahnya. Sayangnya dalam materi ini tidak ada simulasi untuk
memudahkan peserta mencerna materi.
Di Pengadilan Agama, kita dapat melihat secara jelas yang disebut
buku register dan jurnal keuangan. Ruang kepaniteraan, meja I dan meja II
dengan segala kesibukannya. Kemudian mengikuti persidangan dari
perkara yang disidangkan pada waktu itu. Dan di Pengadilan Negri kita
diperkenalkan dengan ruang-ruang sidang yang ada dan ruang yang
dipakai oleh petugas-petugas PN.
B.
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan, apa yang tersaji di Pengadilan Agama
Semarang dilaksanakan sedikit berbeda dengan teori yang ada. Acara
persidangan yang ada, dilakukan begitu cepat dan terkesan tidak rumit.
Hakim ketua, hanya membuka persidangan sekali dan kemudian
dilanjutkan dengan perkara-perkara selanjutnya. Selain itu, dalam
persidangan, kedua belah pihak melalui kuasa hukumnya menyerahkan
surat gugatan, apabila jawaban sudah siap maka langsung bisa
diutarakan di depan hakim ketua. Sedangkan ketika tidak siap maka
sidang ditunda seminggu atau dua minggu sesuai pendapat hakim ketua.
Dalam pengadilan agama, orang yang berperkara mencari
kebenaran formil. Yaitu mencari kebenaran yang sesungguhnya yang
didasarkan apa yang dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh
melebihi dari itu. Dalam persidangan pun, hakim berkewajiban untuk
mendamaikan dua belah pihak yang berperkara dalam setiap kali sidang.
Sedangkan beracara dalam persidangan pidana, hakim ketua tidak
membacakan nomor perkara sebagaimana di persidangan pengadilan
agama. Kemudian, Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang membacakan surat
dakwaan dan mempersiapkan semua yang berkaitan dengan gugatan
terhadap terdakwa. Jadwal sidang di Pengadilan Negri tidak sesistematik
jadwal persidangan di PA.

BAB V
KESIMPULAN
A.

1.
2.

3.

B.

Kesimpulan
Dari pelaksanaan PPL di Pengadilan Agama Semarang dan
Pengadilan Negri Semarang, penyusun menyimpulkan hasil laporan
sebagai berikut :
Bahwa PPL yang dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 28 Oktober 2011
oleh fakultas merupakan sarana positif untuk menjadikan mahasiswa
semakin profesional di samping materi teoritik.
Bahwa proses pencatatan pernikahan dan perwakafan merupakan
materi yang penting bagi mahasiswa untuk mengetahui secara jelas
pengisian formulir dan pemenuhan syarat-syaratnya. Dalam perwakafan,
dibuat surat pernyataan wakaf mengenai bendanya, wakif dan nadzir.
Selain itu, sebagai Petugas Pencatat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dipegang
oleh KUA.
Bahwa dengan adanya praktek lapangan tersebut, mahasiswa jadi
paham dengan dunia peradilan. Dengan maksud agar mahasiswa syariah
tidak kalah saing dengan mahasiswa hukum lainnya. Selain itu,
mahasiswa semakin paham dengan proses acara persidangan yang detail
dan langsung dipraktekkan, baik dalam pengadilan agama maupun
pengadilan negri.
Penutup
Dengan demikian laporan ini saya susun. Pastilah banyak
kekurangan di dalamnya, maka dari itu mohon kritik dan saran yang
konstruktif untuk memperbaiki laporan selanjutnya. Agar lebih baik dari
sebelumnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan pembaca pada umumnya, untuk dijadikan sebagai tambahan dan
wacana dalam laporan PPL selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai