Kelompok 4
Kelompok 4
Risma Latipah
Dina Intan
Isye Martiani
Putri Wulan
Friska
Elis
Nurlia
Rahayu M
Struktur CTM
(Clorpheniramine Maleat)
Gugus Fungsi
Cincin pirimidin
Cincin aromatik
Halogen (gugus klor)
amin
Informasi Obat
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.
Kontra Indikasi:Dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma
Sediaan:
- Tablet Chlorpheniramini maleas 4 mg
Efek Samping: Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif ( rasa ngantuk),
gangguan saluran cerna, mulut kering, dan kesukaran miksi.
Takaran Pemakaian:
Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa
Perhatian:
Selama minum obat ini, jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan
mesin. obat ini memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik
Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan tertutup rapat.
Mekanisme Kerja
Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H 1 dapat menimbulkan
vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot
(bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran
limfe. Jika histamin mencapai kulit misal pada gigitan serangga, maka
terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran kapiler atau
terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada
kapiler. Histamin memegang peran utama pada proses peradangan
dan
pada
sistem
imun.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH 1 juga bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi
edisi IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber
dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang
membentuk
histamin
dari
histidin.
Mekanisme kerja
Antagonis H1
obat yang secara kompetitif
menghambat kerja histamin pd jaringan yg
mengandung reseptor H1.
Beberapa antagonis H1
memblok pelepasan
histamin
Membutuhkan konsentrasi lebih tinggi
Antagonis H1 memblok produksi antibodi
(interaksi antigen-antibodi)
Lanjutan
Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat
dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi
yang lambat, mekanismenya mengantagonir histamine dengan jalan memblok
reseptor-H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran cerna,
kandung kemin dan rahim. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang
memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut
melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna
khlorfeniramin maleat atau obat yang mengandung khlorfeniramin maleat
dilarang mengendarai kendaraan.
Efek samping yang terjadi adalah, Mengantuk (jarang terjadi adalah efek yang
berlawanan pada dosis tinggi, atau pada anak atau lansia), hipotensi, sakit
kepala, pusing, berdebar-debar, gangguan psikomotor, sulit BAK, mulut kering,
pandangan kabur, gangguan saluran cerna; gangguan hati; gangguan darah;
ruam dan rekasi fotosensitif, berkeringat dan tremor, reaksi hipersensitifitas
(termasuk bronkospasme, angioedema, anafilaksis); injeksi dapat mengiritasi.
(British National Formulary, 2009).
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan
khlorfeniramin maleat merupakan efek samping dari obat tersebut.
Sedangkan indikasi khlorfeniramin maleat adalah sebagai antihistamin yang
menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.
Metabolisme obat
Mengalami metabolisme substansial dalam mukosa
Gastrointestinal selama penyerapan dan efek lintas
pertama melalui hati.Dimetabolisme cepat dan
ekstensif
terutama
menjadi
2
metabolit
tak
dikenal,monodesmethylchlorpheniramine
dan
didesmethylchlorpheniramine.
Absorpsi : 25-45% (tablet), 35-60% (larutan)
Onset: 6 jam setelah dosis tunggal
Durasi : >24 jam
Ikatan protein plasma : 69-72%
Eliminasi: melalui urin (E. terminal : 12-43 jam) ; anak:
9,6-13,1 jam; penderita GGA: 28 jam
Sintesis klorfeniramin
maleat
Chlorpheniramine, 3-(p-chlorophenyl)-3-(2pyridyl)propyldimethylamine (16.1.12) disintesis
melalui 2 jalur.
Jalur pertama: dari 4- klorbenzilcyanid yang
direaksikan dengan 2-klorpiridin dengan kehadiran
Natrium amida membentuk 4-klorofenil (2piridil) asetonitril (16.1.10). Alkilasi produk ini
dengan 2-dimetilaminoetilklorida dalam
Natrium amida menghasilkan -(4-klorofenil)-siano-N,N-dimetil-2-piridinpropanamin
(16.1.11), hidrolisis dan dekarboksilasi produk ini
menghasilkan klorfeniramin (16.1.12)
Jalur pertama
Jalur kedua
Pengembangan Obat
Antagonis H1
Antagonis H3
Penghambat pelepas histamin
(penstabil sel mast)
Antagonis H1
Antagonis H1
generasi pertama (klasik)
generasi kedua (non sedasi)
Penggunaan :
Mual mabuk perjalanan
jam sebelum perjalanan
Hiperemesis gravidarum (mual kehamilan)
Dosis lazim :
Dosis dewasa
b. Golongan Etilendiamin
(sebagai prototipe)
Ciri :
N (X) : atom penghubung
Rantai 2 atom C : penghubung gugus diaril inti
dengan gugus amino tersier
Penggunaan
Urtikaria
Hay fever
Alergi lainnya
d. Golongan Propilamin
Enantiomer dextro
e. Golongan Fenotiazin
ESO : kantuk
Penggunaan bersama minuman
beralkohol & depressan SSP
harus dihindari
f. Golongan Dibenzosikloheptan
Analog Fenotiazin
Vinil isosterik
Antihistamin
Antiserotonin: nafsu makan
ESO: sedasi, hilang
setelah 3-4 hari pengobatan
Metabolit oksidatif
primer terfenadin
Loratadin
Cetirizine
Antagonis H1 periferal
selektif.
Aktivitas serotonergik >>
Efek SSP/otonom <<
T 815 jam
Dosis lazim : oral, 1040 mg
sehari
absorpsinya
Dosis, Oral : 5-10 mg q.d