Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 3 PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA MIKRO HIDRO


ELECTRONIC LOAD CONTROLLER
Dosen: Nurhalim, ST. MT

di susun oleh:

NAMA

: ABDUL HADI

NIM

: 1107114146

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
Abstrak

Sebagai pengganti governor dalam upaya menjaga mutu/kualitas daya listrik sistem
PLTMH, dua dekade terakhir ini mulai dikembangkan beberapa alat Pengatur Beban
Elektronik (Electronic Load Controller). Pada sistem PLTMH, Electronic Load Controller
(ELC) merupakan alat untuk mengatur keseimbangan beban utama dan ballast load yang
diharapkan sistem PLTMH tersebut bisa selalu terjaga pada kondisi beban relatif konstan.
Dengan mengoperasikan sistem PLTMH pada beban relatif konstan, maka akan membuat
generator berputar pada putaran yang relatif konstan pula, sehingga dengan demikian
tegangan dan frekuensi sistem pun akan ikut konstan tidak terpengaruh oleh perubahan
pemakaian beban utama yang kondisinya tidak menentu. Mikrokontroler AT89S51 yang
merupakan keluarga MCS-51 mempunyai aplikasi yang sangat luas. Dengan
memanfaatkan mikrokontroler AT89S51 sebagai pengendali utama (main controller) ELC,
maka rangkaian ELC menjadi cukup sederhana. AT89S51 yang diaplikasikan sebagai
pencacah siklus listrik sistem, mikrokontroler cukup membutuhkan tambahan rangkaian
Zero Crossing Detector sebagai pengubah isyarat sinusiodal menjadi persegi dan Thyristor
atau Kontaktor sebagai komponen switching ballast load. ELC mampu mengendalikan
ballast load sesuai dengan kapasitas sistem PLTMH dengan menggunakan komponen
switching yang sesuai. Sebagai sebuah penenelitian, maka dalam pembuatan pengatur
beban elektronis ini, adalah ELC 1 fase dan hanya berkapasitas 5 kW
Kata kunci: PLTMh, ELC, Ballast load
1.Pendahuluan
Disaat hangat-hangatnya isu berkenaan dengan krisis energi listrik nasional, global
warming dan climate changes sekarang ini, keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) sepertinya menjadi salah satu solusi alternatif dari beberapa solusi
yang ada. Terutama untuk daerah-daerah yang masih disuplai dengan listrik tenaga diesel
dan lebih khusus untuk desa/daerah-daerah terpencil yang belum mendapat pelayanan
aliran listrik karena sulit dicapai oleh jaringan listrik yang pembangkitnya berada jauh dari
pedesaan (remote area). Didukung dengan potensi kelistrikan tenaga air di Nusantara yang
mencapai 72.000 MW, 10 persennya atau 7.500 MW, dapat dimanfaatkan untuk sistem
PLTMH. Sistem PLTMH yang sudah terkenal ramah lingkungan, kemampuan
menghasilkan listrik yang kontinyu (siang-malam) dan juga ketersediaan teknologi yang
terjamin serta kokoh mampu berumur 20 sampai 30 tahun, sangat menarik sebagai sumber
energi listrik mandiri terbarukan.
Sayangnya dari beberapa kelebihan yang dimiliki sistem PLTMH tersebut, sampai
sekarang ini teknologi PLTMH di masyarakat masih kurang familier, sehingga
pertumbuhannya pun menjadi lambat. Dari potensi kelistrikan tenaga air di Indonesia yang
mencapai 75.000 MW tersebut, pada pertengahan tahun 2008 ini, baru terdapat sekitar 60
unit sistem PLTMH yang tersebar di 60 wilayah Indonesia. Terlebih lagi pembangunan
sistem PLTMH yang sudah dilakukan, masih sering mengabaikan mutu/kualitas daya

listrik yang dihasilkannya. Mutu/kualitas daya listrik yang biasanya dikaitkan dengan
perubahan tegangan, frekuensi dan pergeseran fase jika PLTMH merupakan sistem tiga
fase sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas daya listrik yang jelek secara signifikan
akan berdampak pada umur/usia peralatan, baik peralatan beban sistem maupun peralatan
(komponen) sistem PLTMH itu sendiri.
Teknik yang digunakan untuk menjaga kualitas daya listrik setiap sistem pembangkit
berbeda-beda, dan demikian pula dengan sistem PLTMH. Pada sistem PLTMH tidak
menggunakan governor (pengatur kecepatan putaran turbin/penggerak mula) yang
digunakan untuk menyesuaikan atau menyeimbangkan energi pada penggerak mula dengan
kebutuhan pemakaian beban konsumen. Teknik yang digunakan pada sistem PLTMH
adalah dengan menerapkan sistem selalu beroperasi mendekati beban penuh (putaran
konstan). Metode ini dilakukan dengan cara memasang beban tiruan resistif (ballast loads
atau dummy loads) pada sistem. Ballast loads diatur secara otomatis sebagai kompensasi
perubahan beban utama sistem, sehingga total beban sistem tetap mendekati beban penuh
(putaran konstan). Untuk mengatur ballast loads bisa bekerja otomatis, pada sistem
PLTMH yang menggunakan generator induksi digunakan induction generator
controller (IGC), sedangkan pada sistem PLTMH yang menggunakan generator sinkron
digunakan ELC.
Untuk sekarang ini seiring dengan pertumbuhan sistem PLTMH di berbagai negara
(terutama negara-negara berkembang), generator sinkron dengan kapasitas kecil mulai
banyak diproduksi dan tersedia di pasaran, sehingga sedikit demi sedikit pembangunan
PLTMH yang tadinya memakai generator induksi kini mulai beralih menggunakan
generator sinkron. Hanya saja sistem PLTMH yang menggunakan generator sinkron masih
memiliki kelemahan ketika terjadi perubahan pembebanan, pemulihan perubahan frekuensi
keluaran ke frekuensi nominal agak tertunda (terlambat) dibandingkan dengan pemulihan
tegangannya. Hal ini karena perbaikan tegangan pada generator sinkron yang dilakukan
oleh Automatic Voltage Regulator (AVR) bersifat elektris, sedangkan untuk pemulihan
frekuensi keluarannya bersifat mekanis (berkaitan dengan putaran). Oleh karena itu
aplikasi ballast loads dengan kapasitas kecil (kurang dari 10 kW) diperlukan berikut
dengan alat pengaturnya, ELC.
2.Perancangan ELC
Prinsip kerja pengatur beban elektronik (ELC) ini adalah ELC akan memonitor frekuensi
sistem secara terus menerus. Frekuensi hasil monitor akan dibandingkan dengan frekuensi
offset (nilai frekuensi yang sudah ditentukan sebelumnya sesuai dengan nilai toleransi yang
diijinkan). Hasil dari perbandingan digunakan untuk mengatur besar-kecilnya ballast loads
secara otomatis yakni dengan cara menambah atau mengurangi ballast loads sebagai
kompensasi beban utama yang pemakaiannya tidak menentu, sehingga diharapkan total
beban generator PLTMH akan terjaga pada beban aman dan putaran generator menjadi
relatif mendekati putaran konstan.

2.1. Perangkat Lunak ELC

Gambar 1. Perangkat Lunak ELC


Sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1, ELC terdiri atas beberapa blok.
A. Zero Crossig Detector
Secara sederhana Zero Crossing Detector (ZCD) didefinisikan sebagai rangkaian
elektronik untuk mengubah sinyal sinusiodal menjadi persegi.

Rangkaian Zero Crossing Detector pada gambar 2 diperlukan, karena mikrokontroler


sebagai pengendali utama ELC hanya bisa membaca sinyal tinggi dan rendah (persegi).

Oleh karena itu sumber sinyal masukan dari saluran jala-jala yang berupa sinyal sinus
harus diubah menjadi sinyal persegi.
B. Pengendali Utama
Pengendali utama yang merupakan otak ELC memanfaatkan sebuah IC mikrokontroler
AT89S51. Mikrokontroler diprogram untuk mengatur beban ballast loads secara otomatis
berdasarkan perubahan frekuensi saluran yang dirasakannya. Adapun diagram alur yang
dirancang pada pengendali utama adalah sebagai berikut :

C. Switching
Triac merupakan keluarga thyristor, yakni suatu perangkat yang berisi dua buah SCR yang
dirangkai anti parallel. Triac mampu mengontol listrik AC gelombang penuh tanpa
membutuhkan banyak komponen tambahan. Dibandingkan kontaktor, mengaplikasikan
Triac sebagai komponen switching ballast loads, maka rangkaian rangkaian switching
menjadi sederhana, no noise dan lebih ekonomis.
Cukup memakai empat buah Triac, maka ELC bisa dioperasikan untuk mengendalikan
ballast loads sebesar kapasitas nominal generator PLTMH yakni dengan load 1 = 10 %,
load 2 = 20 %, load 3 = 30 % dan load 4 = 50 % dari kapasitas nominal generator. Total
kemampuan rangkain switching gambar 4 adalah 5 kW.

Triac T10 % adalah Triac dengan seri Q4004 dimana memiliki tegangan dan arus nominal
400V/4A sehingga untuk dioperasikan pada ballast loads 10 % (500 W) akan aman. Pada
T20 % dan T30 % dipilih Triac dengan seri BT137 dimana memiliki tegangan dan arus
nominal 600V/8A sehingga untuk menanggung ballast loads 20 % dan 30 % (1 kW dan
1.5 kW), Triac masih mampu. T50 % digunakan Triac dengan seri BT139 dimana
memiliki tegangan dan arus nominal 600V/16A sehingga untuk menanggung ballast loads
(2.5 kW) juga aman. Keempat Triac tersebut diatur konduksinya oleh port keluaran
mikrokontroler (P1.0, P1.1, P1.2, P1.3) yang masing-masing melalui IC Optoisolator
MOC3020. IC MOC2030 dipilih karena selain keluarannya sebagai driver Triac, IC
MOC3020 juga sebagai pengisolasi mikrokontroler dari tegangan jala-jala. Sehingga
walaupun mikrokontroler digunakan untuk mengontrol tegangan AC 220 V, mikrokontroler
tetap aman

D. Indikator Frekuensi
Sebagai tanda pengaman untuk mengetahui PLTMH terbebani lebih (overload) atau beban
lepas (loss of load), maka pada ELC dilengkapi dengan lampu indikator under/over
frekuensi.

Lampu indikator frekuensi under/over gambar 5 memakai lampu LED 12 mm. LED-LED
tersebut diaktifkan melalui Q2 dan Q3 transistor PNP 9012 yang difungsikan sebagai
saklar. LED akan menyala dengan memberikan bias tegangan kurang lebih sebesar 2 V dan
arus sekitar 7 mA pada kaki anoda-katoda, serta kaki basis Q2 dan Q3 diberi bias rendah
(low). R1 dan R3 berfungsi untuk membatasi arus LED.
E. Catudaya
Agar semua rangkaian pada alat yang dirancang bisa bekerja dengan baik maka diperlukan
suplai catudaya yang baik sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik masing-masing
komponen. Untuk pengontrol utama IC AT89S51 membutuhkan suplai catu daya DC +5
Volt, sedangkan IC OpAmp LM111 dan LM741 pada rangkaian ZCD membutuhkan suplai
catudaya DC ganda 15 Volt, dan oleh karena itu diperlukan rangkaian catudaya tunggal
dan ganda.

3. Hasil Pengujian

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan pembahasan hasil penelitian dapat
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Aplikasi ballast loads dengan menggunakan alat pengatur beban elektronis (Electronic
Loads Controller) yang terdiri atas tiga rangkaian utama: Zero Crossing Detector,
Pengandali utama (Main Controller) dan Switching, dapat digunakan untuk menjadikan
mutu/kualitas daya listrik sistem PLTMH lebih baik.
2. Selain frekuensi sistem menjadi relatif konstan, implementasi ballast load dan ELC pada
sistem PLTMH dapat pula turut menjaga bahaya kenaikan tegangan sistem akibat beban
ringan (underloads) ataupun saat beban lepas (no load/loss of load).
5. Referensi
[1] Fritz, J. Jack., Small and Mini Hydropower System, McGraw-Hill, New York, 1984.
[2] Malvino, Paul Albert., Prinsip-prinsip Elektronis, Erlangga, Jakarta, 1996.
[3] Nalwan, Andi P., Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman
Mikrokontroler AT89C51, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
[4] Putra, Eko Agfianto., Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi).
Edisi kedua, Gava Media, Yogyakarta, 2004.
[5]http://epsdin.wordpress.com/2008/04/15/membangun-kemandirian-masyarakat-danbangsa-melalui-PLTMh/ (diakses, 27/08/2008)
[6]http://www.oregon.gov/ENERGY/RENEW/Hydro/docs/MicroHydroGuide.pdf
(diakses, 23/01/2008)

Anda mungkin juga menyukai