TENTANG
3
NO. 4 2001 SERI. B
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Propinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur beserta Perangkat Daerah Otonom
yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah Propinsi Jawa Barat.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
4. Dinas adalah Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat.
5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat.
6. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan.
7. Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
8. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD
adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan
retribusi.
9. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.
10. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu
dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
11. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah surat
keputusan yang menetukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.
12. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat
untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa
bunga dan atau denda.
13. Pendaftaran dan pendataan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperoleh data/informasi serta penatausahaan yang dilakukan oleh
petugas retribusi dengan cara penyampaian STRD kepada wajib retribusi
untuk diisi secara lengkap dan benar.
14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang dapat disingkat
SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada
retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terhutang.
4
NO. 4 2001 SERI. B
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar, yang dapat disingkat
SKRDKB adalah surat keputusan yang memutuskan besarnya retribusi
daerah yang terhutang.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang dapat
disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan
atas jumlah retribusi daerah yang telah ditetapkan.
17. Pembayaran retribusi daerah adalah besarnya kewajiban yang harus
dipenuhi oleh wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas
Daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
18. Penagihan retribusi daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan
retribusi daerah yang diawali dengan penyampaian surat peringatan, surat
teguran yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar
retribusi sesuai dengan jumlah retribusi yang terhutang.
19. Utang retribusi daerah adalah sisa utang retribusi atas nama wajib
retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB, atau SKRDKBT yang belum
daluwarsa dan retribusi lainnya yang masih terhutang.
BAB II
RETRIBUSI
Bagian Pertama
Nama, Subjek, Objek dan Penggolongan Retribusi
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan Daerah ini dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan ijin penyelenggaraan perhubungan.
(2) Subjek adalah perorangan atau badan usaha yang memiliki, menguasai,
menyelenggarakan perhubungan yang meliputi : perhubungan darat,
perhubungan laut, perhubungan udara, pos dan telekomunikasi.
(3) Objek adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka
pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atau kegiatan,
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan, yang meliputi :
a. Perhubungan darat, terdiri dari :
1) ijin trayek.
2) kartu pengawasan.
3) rekomendasi.
4) ijin insidentil.
5) uji mutu kendaraan.
6) ijin angkutan sungai danau dan penyebrangan.
6
NO. 4 2001 SERI. B
Pasal 11
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pembetulan SKRD dan
STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung dan atau kekeliruan penetapan peraturan perundang-undangan
retribusi daerah.
7
NO. 4 2001 SERI. B
8
NO. 4 2001 SERI. B
(2) Kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
dikembalikan kepada wajib retribusi paling lambat 2 (dua) bulan sejak
diterbitkan SKRDLB.
(3) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat
waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB, Gubernur memberikan
imbalan bunga 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 15
(1) Pengembalian sebagaimana dimaksud Pasal 14 Peraturan Daerah ini
dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Retribusi.
(2) Atas perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Peraturan
Daerah ini diterbitkan bukti pemindahbukuan yang berlaku juga sebagai
bukti pembayaran.
Bagian Kesebelas
Kadaluwarsa Retribusi dan Penghapusan Piutang Retribusi
Karena Kadaluwarsa Penagihan
Pasal 16
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak
pidana retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini tertangguh apabila:
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan tentang retribusi dari wajib retribusi baik langsung
atau tidak langsung.
Pasal 17
(1) Piutang retribusi yang dapat dihapuskan adalah piutang retribusi yang
tercantum dalam SKRDLB dan SKRDKBT, yang tidak dapat atau tidak
mungkin ditagih lagi, disebabkan karena wajib retribusi meninggal dunia
dengan tidak meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli
waris, tidak dapat ditemukan, tidak mempunyai harta kekayaan lagi, atau
karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa.
(2) Untuk memastikan kewajiban retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini harus dilakukan pemeriksaan setempat kepada wajib retribusi
sebagai dasar menentukan besarnya retribusi yang tidak dapat ditagih
lagi.
(3) Piutang retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini hanya dapat
dihapuskan setelah adanya laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud
ayat (2) pasal ini atau setelah adanya penelitian administrasi mengenai
kadaluwarsa penagihan retribusi oleh Dinas.
(4) Atas dasar laporan dan penelitian administrasi sebagaimana dimaksud
ayat (3) pasal ini setiap akhir tahun takwim Dinas membuat daftar
penghapusan piutang untuk setiap jenis retribusi yang berisi nama
retribusi, jumlah retribusi yang terhutang, jumlah retribusi yang telah
dibayar, sisa piutang retribusi dan keterangan wajib retribusi.
9
NO. 4 2001 SERI. B
BAB III
KETENTUAN PIDANA
Pasal 18
(1) Barang siapa melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 Peraturan Daerah ini, diancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-
sebanyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(2) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,
tindak pidana dibidang lalu lintas laut dan usaha angkutan laut serta
penunjang angkutan laut, penyelenggaraan kegiatan usaha angkutan
udara, penyelenggaraan kegiatan usaha jasa titipan, dan kegiatan usaha
telekomunikasi dikenakan ancaman pidana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
PENYIDIKAN
Pasal 19
(1) Selain pejabat penyidikPOLRI yang bertugas menyidik tindak pidana,
penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
(2) Dalam pelaksanaan tugas penyidik, para pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya
tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan
melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari
penyidikPOLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa
tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
10
NO. 4 2001 SERI. B
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pengawasan pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Dinas
bersama-sama dengan Dinas Polisi Pamong Praja serta
Dinas/Badan/Lembaga terkait lainnya.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi
pengawasan preventif dan pengawasan represif.
Pasal 21
Pengawasan preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
Peraturan Daerah ini dilakukan antara lain, meliputi :
a. Pembinaan kesadaran hukum aparatur dan masyarakat;
b. Peningkatan profesionalisme aparatur pelaksana;
c. Peningkatan peran dan fungsi pelaporan.
Pasal 22
Pengawasan represif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
Peraturan Daerah ini meliputi :
a. Tindakan penertiban terhadap perbuatan-perbuatan warga masyarakat
yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah dan
peraturan pelaksanaannya;
b. Penyerahan penanganan pelanggaran Peraturan Daerah kepada Lembaga
Peradilan;
c. Pengenaan sanksi administratif dan hukuman disiplin kepada para
pegawai yang melanggar Peraturan Daerah.
Pasal 23
Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Daerah ini, secara perorangan, kelompok maupun organisasi sesuai Peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
Ijin-ijin yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dan berlaku sampai habis masa
berlakunya, serta harus disesuaikan dengan Peraturan ini.
11
NO. 4 2001 SERI. B
B A B VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku lagi :
1. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 15 Tahun
1994 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Jalan di Wilayah Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat.
2. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 16 Tahun
1994 tentang Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Pasal 26
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai pelaksanaannya ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur.
Pasal 27
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Propinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 22 Nopember 2001
GUBERNUR JAWA BARAT,
ttd.
R. N U R I A N A.
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 27 Nopember 2001
SEKRETARIS DAERAH PROPINSI
JAWA BARAT,
ttd.
DANNY SETIAWAN
12
NO. 4 2001 SERI. B
I. UMUM
Kegiatan perhubungan di wilayah Propinsi Jawa Barat merupakan urat nadi perekonomian
nasional dan memiliki peran yang penting dalam menunjang dan mendorong pertumbuhan
dan pembangunan di segala sektor.
Sejalan dengan hal tersebut di atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam penataan pembinaan kegiatan perhubungan
oleh Pemerintah baik sebagai Daerah Otonom maupun sebagai Daerah Administratif.
Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dirumuskan dalam bentuk Peraturan Daerah yang
merupakan implementasi dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 jo. Undang-
undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah. Dalam Peraturan Daerah ini
diatur mengenai retribusi penyelenggaraan perhubungan yang meliputi perhubungan darat,
perhubungan laut, perhubungan udara, pos dan telekomunikasi.
13
NO. 4 2001 SERI. B
14
NO. 4 2001 SERI. B
I PERHUBUNGAN DARAT
1. Ijin Trayek :
a. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 10 s.d
15 Rp 125.000,00
b. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 16 s.d.
25 Rp 130.000,00
c. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 26 ke
atas Rp 150.000,00
d. Mobil Penumpang lainnya (taksi) Rp 100.000,00
3. Rekomendasi :
a. AKAP, AKDP dan Taksi Rp 50.000,00
b. Angkutan Pariwisata dan Sewa Rp 100.000,00
c. Angkutan Pelayanan Khusus Rp 100.000,00
4. Ijin Insidentil :
a. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 10 s.d
15 Rp 20.000,00
b. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 16 s.d.
25 Rp 30.000,00
c. Mobil Bis dengan kapasitas tempat duduk 26 ke
atas Rp 40.000,00
d. Mobil Penumpang lainnya (Taksi) Rp 10.000,00
15
NO. 4 2001 SERI. B
1 2 3 4
16
NO. 4 2001 SERI. B
1 2 3 4
17
NO. 4 2001 SERI. B
1 2 3 4
3) Penyimpanan Rp 140,00/000 kg
c. PJPB (Pelayanan Jasa Penumpukan Barang)
1) Import :
a) Hari 1 s.d. hari 3 $ 0,25/kg/hari
b) Hari 4 s.d. hari 10 $ 0,025/kg/hari
c) Hari 11 s.d. hari 20 $0,025+50%/kg/hari
d) Hari 21 s.d. hari etc $ 0,025+100%/kg/
hari
2) Eksport $ 0,015/kg/hari
3) Antar Pulau (Dalam Negeri) Rp 30,00/kg/hari
d. Sewa
1) Reklame Rp 7.000,00/m2/tahun
2) Tanah Tidak Keras Rp 25,00/m2/bulan
3) Tanah Keras Rp 35,00/m2/bulan
4) Ruangan Promosi Rp 25.000,00/m2/bln
5) Shooting Film Rp 140.000,00/hari
6) Ruangan Terbuka Tanpa AC Rp 1.400,00/m2/bln
7) Ruangan Tertutup Tanpa AC Rp 2.000,00/m2/bln
8) Ruangan Terbuka Dengan AC Rp 2.800,00/m2/bln
9) Ruangan Tertutup Dengan AC Rp 3.300,00/m2/bln
e. Tanda Masuk
1) Orang Rp 250,00/hari
Rp 4.000,00/bln
Rp 40.000,00/tahun
2) Perusahaan Penerbangan Rp 450,00/hari
Rp 4.500,00/bln
3) Non Perusahaan Rp 800,00/hari
Rp 8.000,00/bln
4) Sedan/Pickup/Jeep
a) Umum Rp 500,00/hari
Rp11.000,00/bln
b) Perusahaan Rp 700,00/hari
Rp 7.000,00/bln
c) Non Perusahaan Rp 1.400,00/hari
Rp 14.000,00/bln
5) Sepeda Motor Rp 350,00/hari
Rp 7.000,00/bln
Rp 70.000,00/tahun
a) Perusahaan Rp 500,00/hari
Rp 5.000,00/bln
b) Non Perusahaan Rp 1.000,00/hari
Rp 10.000,00/bln
6) Truck/Bus Rp 800,00/hari
Rp 1.500,00/bln
Rp 15.000,00/tahun
a) Perusahaan Rp 200,00/hari
Rp 2.000,00/bln
b) Non Perusahaan Rp 400,00/hari
Rp 4.000,00/bln
18
NO. 4 2001 SERI. B
1 2 3 4
1. Pos :
Ijin Penyelenggaraan Jasa Titipan Rp 250.000,00
2. Telekomunikasi :
a. Rekomendasi Teknis Ijin Usaha Radio Siaran
Swasta Rp 1.000.000,00
b. Ijin Amatir Radio (ORARI) dan Perangkatnya Rp 45.000,00/3 tahun
Dipungut 3 (tiga) Tahun Dimuka (3xRp
15.000,00)
c. Ijin Penggunaan Frekuensi RAPI Rp 54.000,00/2 tahun
d. Ijin Penggunaan Frekuensi Point To Multi
Point :
1) Handy Talky Rp 100.000,00/tahun
2) Reapeter
- Ibukota Propinsi Jabar (kota Bandung) Rp2.000.000,00/unit/thn
- Kota/Kabupaten Rp1.000.000,00/unit/thn
3) RIG Rp 300.000,00/unit/thn
e. Ijin Penggunaan Radio Taksi Rp 50.000,00/unit/thn
f. Perpanjangan Penggunaan Radio Taksi Rp 40.000,00/unit/thn
g. Biaya Rekomendasi
- Rekomendasi Teknis Ijin Usaha Radio Siaran Rp1.000.000,00
- Rekomendasi Teknis Ijin Usaha Jasa Titipan Rp 250.0000,00
- Rekomendasi teknis ijin untuk penggunaan
Frekuensi Radio Skala Nasional Rp 100.000,00
teknis ijin untuk penggunaan Frekuensi yang
bersifat nasional
h. Ijin Instalatur Kabel Rumah/Gedung Rp 250.000,00
i. Peragaan Perangkat Komunikasi Radio (SPPK) Rp 100.000,00/tahun
ttd.
R. NURIANA
19