Anda di halaman 1dari 2

Asean Economic Community (AEC) diberlakukan di tahun 2015.

Dengan
adanya AEC, salah satunya mengakibatkan semakin ketatnya daya saing
pekerja atau SDM di lingkup ASEAN. Disaat AEC berlaku akan banyak tenaga
kerja dari luar negeri masuk ke Indonesia dengan mudahnya. Mereka akan
bersaing demi mendapat pekerjaan di perusahaan yang ada di Indonesia.
Yang terampil dan ahli tentu akan terpilih dan SDM yang kurang pasti akan
tergerus.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi di AEC 2015
sangat dibutuhkan strategi khusus dalam pengembangan SDM, karena tanpa
adanya skill yang memadai akan sulit bagi tenaga kerja Indonesi untuk
bersaing.
Saat AEC sudah diimplementasikan, perpindahan skilled labour akan bebas
diantara negara ASEAN. Dalamn artian supply tenaga kerja semakin banyak
sedangkan mereka yang memiliki kualitas lebih baik akan menjadi pilihan
yang tidak memiliki keahlian dan kompentesi akan tersikir maka dampak
negative nya adalah pengangguran akan meningkat.
Dari data UNDP, Tahun 2012 Kondisi Kesiapan SDM indonesia dalam
menghadapi

AEC

memprihatinkan.

Human

Development

Index

(HDI)

Indonesia menempati peringkat 121 dari 187 negara yang di komparasikan


oleh lembaga dibawah PBB UNDP. UNDP menilainya dari kualitas bobot
dimensi kesehatan (0,785), pendidikan (0,577) dan ekonomi (0,550), dengan
total HDI adalah 0,629.
Di tingkat ASEAN sendiri Indonesia ada diperingkat ke-6 (enam) dan berada
di bawah Singapore, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipines.
Sedangkan dibawah Indonesia terdapat Vietnam dan Myanmar.

Sementara itu, dari data Asian Productivity Organization (APO) mencatat,


dari setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia pada tahun 2012, hanya ada sekitar

4,3% tenaga kerja yang terampil. Jumlah itu kalah jauh dibandingkan dengan
Filipina yang mencapai 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%.
(gk/ain/ipg)

Anda mungkin juga menyukai