Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amebiasis adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica
dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan (Food Borne Disease). Amebiasis
merupakan penyebab ketiga kematian akibat infeksi parasit di dunia setelah malaria
dan skistomiasis. Pada dasar global, amebiasis mengenai 50 juta orang per tahun, dan
menyebabkan hampir 100,000 kematian (Dhawan, 2008).
Amebiasis terjadi di seluruh dunia, namun prevalensi tertinggi terjadi pada
daerah tropis, negara berkembang dengan keadaan sanitasi buruk, status sosial
ekonomi yang rendah dan status gizi yang kurang baik serta di mana strain virulensi E
histolytica masih tinggi. Kebanyakan mortalitas dan morbiditas penyakit infeksi
berlaku di Afrika, Asia, Amerika Selatan dan Amerika Sentral. Prevalensi E
histolytica di berbagai daerah di Indonesia berkisar di antara 10-18% (Junita et al,
2006). Hanya 10% penderita menjadi simptomatik dan berbeda simptomnya
mengikut geografi. Prevalensi penderita asimptomatik berkisar sebanyak 90%,
namun berbeda prevalensinya mengikut geografi (Markel et al, 1999).
Persentase mortalitas bagi pasien dengan abses hepar nonkomplikasi adalah
kurang dari 1%,

manakala fulminan kollitis amebiasis lebih dari 50%.

Pleuropulmonar amebiasis mempunyai persentase mortalitas 15-20%, perikarditis


amebik pula sebanyak 40%. Amebiasis serebral mempunyai persentase yang paling
tinggi iaitu 90% (Dhawan, 2008).
Di antara semua amebae intestinal, hanya entamoeba histolytica yang bersifat
patogen dan signifikan terhadap kesehatan manusia. Protozoa ini juga merupakan
penyebab utama disentri amebik (Yulfi, 2006).
Entamoeba histolytica ditransmisi terutamanya melalui fecal-oral secara
direk, kontak orang ke orang seperti menukar lampin bayi dan praktis seksual oralanal atau indirek melalui ingesti makanan atau minuman terkontaminasi. Faktor

Universitas Sumatera Utara

transmisi fekal-oral ialah higine individu yang buruk terutama pada anak-anak yang
dijaga di tempat penitipan anak-anak, kemudian institusi seperti penjara, rawat inap
psikiatri, dan rumah anak yatim akibat displin kebersihan yang tidak terjaga. Faktor
lain ialah kawasan water-borne epidemics, diare migrans dan wisatawan serta pria
homoseksual yang melakukan kontak oral-anal.
Penyaji makanan ialah seseorang yang bertanggungjawab dalam menyajikan
makanan, berperan penting dalam penularan amebiasis jika menderita amebiasis
asimptomatis sehingga diperlukan higienis dan sanitasi yang baik dan etis sebagai
usaha pencegahan. Atas dasar kenyataan tersebut di atas maka perlu diketahui
gambaran pengetahuan penyaji makanan amebiasis (disentri ameba).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran pengetahuan penyaji makanan di rumah-rumah
makan di Jalan dr Mansur kota Medan tentang Amebiasis?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan penyaji makanan (food handler)
pada rumah-rumah makan di Jalan dr Mansur Medan tentang amebiasis.

1.3.2Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1.

Mengetahui gambaran pengetahuan penyaji makanan tentang gejala klinis


amebiasis.

2.

Mengetahui gambaran pengetahuan penyaji makanan tentang cara penularan


amebiasis

3.

Mengetahui gambaran pengetahuan penyaji makanan tentang cara pencegahan


amebiasis.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai :


1.

Menambahkan wawasan pengetahuan penyaji makanan di Jalan dr Mansur


tentang tanda dan gejala, cara penularan serta cara pencegahan terhadap
amebiasis.

2.

Sebagai bahan informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk upaya
peningkatan dan perbaikan sistem surveilans epidemiologi serta dapat
dirumuskan

strategi

yang

efisien,

efektif

dan

komprehensif

dalam

penanggulangan amebiasis di Kota Medan.


3.

Sebagai informasi tambahan mengenai cara penularan, tanda dan gejala serta
cara pencegahan terhadap amebiasis bagi peneliti lain.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai