mereka
miliki
akan
dapat
mengembangkan
pemahaman
atau
pengetahuannya itu dengan adanya program dan pembelajaran yang baru. Strategi
pembelajaran POE dapat digunakan untuk menggali pengetahuan awal siswa
kemudian merekonstruksi ke dalam pemahaman baru yang mereka dapat dari
hasil kegiatan observasi.
Strategi pembelajaran POE menggali pemahaman siswa melalui tiga tugas
utama, yaitu memprediksi (predict), mengamati (observasi) dan menjelaskan
(explain). Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 45), ketiga tugas siswa dalam
strategi pembelajaran POE yaitu:
1. Predict : pada tahap ini peserta didik diminta untuk menduga apa yang akan
terjadi terhadap suatu fenomena yang akan dipelajari.
2. Observe: pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan, menunjukkan proses
atau demonstrasi dan peserta didik diminta untuk mencatat apa yang terjadi
dan mencocokkan dengan dugaannya.
3. Explain: pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk mengajukan
hipotesis mengenai mengapa terjadi seperti yang mereka lakukan dan
menjelaskan perbedaan antara prediksi yang dibuatnya dengan hasil
observasinya.
Pada tahap explain, siswa diminta untuk menjelaskan mengapa terjadi
seperti yang mereka lakukan dan menjelaskan perbedaan antara prediksi yang
dibuatnya dengan hasil observasinya. Jika dugaan mereka sama dengan hasil
10
pengamatan maka akan terjadi penguatan konsep yang dimiliki siswa, sebaliknya
jika yang diamati berbeda dengan yang diduga siswa maka akan terjadi kognitif
konflik yang perlu adanya proses akomodasi kognitif dalam pikiran siswa (Piaget,
1972 dalam Wahyudhi, 2011). Perbedaan ini adalah hasil dari perbedaan konsep
yang menjadi konsep alternatif bagi siswa, dan bukan merupakan kesalahan
konsep (Ausubel, 1990 dalam Wahyudhi, 2011). Hal ini juga menunjukkan
kepada guru bahwa siswa telah mempunyai pengetahuan dan pengertian
awal (existing knowledge and understanding) dan dapat dijadikan sebagai starting
point untuk membangun ide-ide baru berdasarkan bukti yang mereka saksikan
(White & Gunstone, 1992 dalam Wahyudhi, 2011).
Kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
strategi POE ini adalah mengatur demonstrasi yang berhubungan dengan topik
pembelajaran dan menyampaikan apa yang harus dilakukan oleh siswa. Menurut
Joyce (2006) tahapan yang harus dilakukan guru dalam strategi pembelajran POE
adalah :
Tahap 1: Predict (Membuat prediksi)
a. Meminta siswa untuk menuliskan prediksi mereka tentang sesuatu yang akan
terjadi secara bebas menurut masing-masing siswa.
b. Menanyakan kepada siswa apa yang mereka pikirkan tentang apa yang
mereka lihat dan alasan mereka menjawab demikian.
Tahap 2: Observe (Mengamati)
a. Melakukan demonstrasi.
b. Memberi waktu kepada siswa untuk melakukan pengamatan.
11
Perilaku guru
Fase 1
Menjelaskan tujuan, alat bahan yang
Orientasi
siswa
kepada diperlukan, memotivasi siswa agar menduga
fenomena yang akan terjadi
apa yang akan terjadi terhadap kegiatan yang
akan dilakukan guru
Fase 2
Siswa mengamati apa yang
dilakukan guru
Fase 3
Siswa menjelaskan apa yang
terjadi dengan kegiatan guru
12
13
memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan
konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui keterampilan proses akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan,
tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan; (3)
Keterampilan proses dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan
sekaligus produk ilmu pengetahuan.
Beberapa alasan yang melandasi pentingnya penerapan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran (Semiawan et al., 1986: 14) di antaranya
yaitu:
a. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, menyebabkan semakin
sedikit kemungkinan guru untuk mengajarkan semua fakta dan konsep kepada
siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa siswa dapat dengan mudah
memahami konsep yang rumit dan abstrak apabila disertai dengan contoh
yang konkret.
c. Penemuan-penemuan pengetahuan yang tidak bersifat mutlak benar,
penemuannya hanya bersifat relatif.
d. Pengembangan konsep dalam proses belajar mengajar sebaiknya tidak
terlepas dari pengembangan sikap dan nilai yang ada dalam diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan kepada siswa
untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuwan (Dimyati & Mudjiono,
2009: 139). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dengan penerapan
pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-
14
intelektual siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga
mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan
dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan. Dengan
demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan
nilai (Semiawan et al., 1986: 18).
Keterampilan
Indikator
proses
Mengamati atau a. Menggunakan sebanyak mungkin indera
observasi
b. Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang
relevan
2.
3.
15
No.
4.
Keterampilan
Indikator
proses
Meramalkan atau a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
prediksi
b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
5.
Mengajukan
pertanyaan
6.
Berhipotesis
7.
Merencanakan
a. Menentukan alat atau bahan atau sumber yang
percobaan
atau
akan digunakan
penelitian
b. Menentukan variabel atau faktor penentu
c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan
dicatat
d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa
langkah kerja
8.
Menggunakan
alat atau bahan
9.
Menerapkan
konsep
10.
Berkomunikasi
16
No.
11.
Keterampilan
proses
Melaksakan
percobaan
atau
eksperimen
Indikator
Mencakup seluruh keterampilan proses sains
proses
memprediksi,
mengamati
(observasi)
dan
meramalkan
atau
prediksi
mencakup
keterampilan
mengamati
atau
observasi
merupakan
salah
satu
kemampuan
melakukan
pengamatan
dengan
menggunakan
beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal di
sekitarnya akan berkembang. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih
17
18
19
20
3. Mengaplikasikan (apply)
Mengaplikasikan (apply) adalah mengambil atau menggunakan suatu
prosedur tertentu bergantung situasi yang dihadapi (Nana, 2010). Suatu situasi
akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi pemecahan masalah
(Sudjana, 2010: 25). Kemampuan mengaplikasikan sangat dibutuhkan ketika
siswa menemukan permasalahan yang baru mereka ketahui.
4. Menganalisis (analyze)
Menganalisis (analyze) adalah memecah-mecah materi hingga ke bagian
yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang berhubungan satu sama lain
menuju satu struktur atau maksud tertentu (Nana, 2010).
5. Mengevaluasi (evaluate)
Mengevaluasi (evaluate) adalah membuat pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar (Nana, 2010). Soal evaluasi adalah soal yang berhubungan
dengan menilai, mengambil kesimpulan, menerangkan, memutuskan dan
menafsirkan.
6. Menciptakan (create)
Menciptakan (create) adalah menyusun elemen-elemen untuk membentuk
sesuatu yang berbeda atau membuat produk original (Nana, 2010). Jenjang
kognitif mencipta adalah jenjang kognitif tertinggi dalam taksonomi Bloom.
Jenjang kognitif ini melibatkan jenjang kognitif pada tingkat sebelumnya seperti
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
21
1. Pengetahuan Faktual
a. Pengetahuan tentang terminologi
2. Pengetahuan Konseptual
a. Pengetahuan tentang klasifikasi
dan kategori
b. Pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi
c. Pengetahuan tentang teori,
3. Pengetahuan Prosedural
1.2 Mengimplementasikan
a. Pengetahuan tentang
keterampilan khusus yang
berhubungan dengan suatu
(Implementing)
C4 Menganalisis (Analyze)
algoritma
metode
c. Pengetahuan tentang kriteria
penggunaan suatu prosedur
C5 Evaluasi (Evaluate)
1.1 Memeriksa (Checking)
1.2 Mengkritik (Critiquing)
4. Pengetahuan Metakognitif
C6 Membuat (Create)
a. Pengetahuan strategi
b. Pengetahuan tentang operasi
kognitif
c. Pengetahuan tentang diri sendiri
22
23
24
berlangsung dari larutan yang konsentrasi airnya tinggi menuju kelarutan yang
konsentrasi airnya rendah melalui selaput selektif permeabel. Larutan yang
konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel
dikatakan sebagai larutan hipertonis, sedangkan larutan yang konsentrasinya sama
dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis. Jika larutan yang terdapat di
luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel dikatakan
sebagai larutan hipotonis (Kirei, 2008).
Peristiwa osmosis terjadi pada penyerapan air tanah ke dalam sel akar. Jika
sel dimasukkan ke dalam larutan isotonis, bentuk sel tetap karena keadaan
seimbang. Akan tetapi, jika sel tumbuhan berada dalam larutan hipertonis
(konsentrasi larutan lebih tinggi daripada cairan sel), air dalam plasma sel akan
berosmosis
keluar
sehingga
sel
mengerut/menyusut.
Protoplasma
yang
25
26
meningkatkan
keterampilan
berpikir
kritis
siswa
dibandingkan
dengan