Abstrak
Determination of forest fire danger area as early warning in East Kutai District. As the results of extensive forest
exploitation and conversion, forest and land fire almost occur every year in East Kutai district, especially during dry
season. Due to the changes in ecosystem, these catastrophe has negative impacts in both environment and economy.
Determination of zonation of forest fire danger is needed to plan forest fire prevention and suppression activities,
especially to give early warning in dry season. Further more, these zonation can be used to base planning forest
rehabilitation and preparation of equipment and infrastructure for forest fire suppression.
By overlaying the maps of land cover, precipitation and elevation, forest fire danger map can be delineated accurately
by the use of geographic information systems. The result of forest fire danger mapping shows that around 53% of East
Kutai district area has an extreme potential fire danger, 27% in a high level, 12% moderate, and other 8% in a low level.
The extreme and high fire prone zones are mainly located along the east coastal area to the middle area of the district.
1. PENDAHULUAN
Dalam lima belas tahun terakhir, di wilayah
Indonesia mengalami lima kali kebakaran hutan
yang cukup besar yaitu pada tahun 1982-1983,
1987, 1991, 1994 dan yang terakhir tahun 19971998 (Anonim, 1998). Disebutkan bahwa
kebakaran hutan ini tidak hanya merupakan
bencana lokal ataupun nasional, melainkan juga
menjadi bencana regional. Asap dari kebakaran
itu menimbulkan kerugian sosial-ekonomi bagi
masyarakat di beberapa negara kawasan Asia
Tenggara
(Singapura,
Malaysia,
Brunei
Darussalam, dan bahkan sampai ke negara
Filipina).
Menurut EEP (1998) kerugian sosial, ekonomi
dan ekologi yang ditimbulkan cukup besar,
bahkan dalam beberapa hal sulit untuk diukur
dengan nilai uang. Secara ekologi insiden
MBA - 87
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Lokasi penelitian
Lokasi atau wilayah penelitian adalah meliputi
wilayah/daerah Kabupaten Kutai Timur. Dalam
penelitian ini memerlukan dua tipe kelompok data
yang
harus
dimasukkan,
yaitu
data
spasial/keruangan, berupa batas administrasi
wilayah, jaringan sungai dan jalan, posisi kota,
dan penggunaan lahan dan data non-spasial
berupa tipe vegetasi dan penutupan lahan serta
kondisinya setelah pernah mengalami kebakaran
untuk menjelaskan data keruangan yang terkait.
2.2. Pemetaan Bahaya Kebakaran
Identifikasi/analisis zone bahaya kebakaran
hutan
dan
lahan yang didasarkan faktor
penentunya dengan tingkat kerawanan yaitu
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan
nilai skoring yang telah ditetapkan. Penjelasan
mengenai pemetaan bahaya kebakaran hutan dan
pembobotan faktor-faktornya dapat diikuti
sebagai berikut:
Vegetasi Atau Penutupan Lahan
Untuk tipe vegetasi atau penutupan lahan
pemberian bobot dilakukan dengan berdasarkan
kepada kepekaan tipe vegetasi yang bersangkutan
terhadap terjadinya kebakaran. Nilai bobot 1
diberikan kepada tipe vegetasi yang sangat peka
yaitu yang sangat mudah terbakar, sampai nilai 7
untuk sulit terbakar. Di sini pembobotan mengacu
pada klasifikasi dan pembobotan yang dilakukan
oleh Ruecker (2002), Hoffmann (2000) serta
Barus dan Gandasasmita (1996), seperti terlihat
pada tabel 1.
Untuk peta tentang sebaran tipe vegetasi atau
penutupan lahan di wilayah Kabupaten Kutai
Timur dapat dilihat pada gambar 1.
MBA - 88
Kelas/
Bobot
1
2
6
5
4
2
2
3
4
3
1
2
7
7
6
1
Kelas/
Bobot
1
2
3
3
4
5
nilai bobot
1
2
3
4
5
6
Curah hujan
Pembobotan untuk faktor curah hujan didasarkan
pada peta iklim yang disusun berdasarkan kisaran
curah hujan tahunan rata-rata yang di Kabupaten
Kutai Timur diklasifikasikan dalam 6 kelas.
Untuk wilayah yang paling kering akan lebih
sensitif untuk terbakar, khususnya pada waktu
musim kemarau dan diberi nilai bobot 1, sedang
wilayah yang paling basah tidak akan mudah
terbakar walaupun mengalami musim kemarau
yang panjang..
Klasifikasi kisaran curah hujan di wilayah
Kabupaten Kutai Timur dengan nilai bobotnya
adalah sebagai berikut:
MBA - 89
nilai robot
1
2
3
4
5
6
= V + T + CH
dimana:
B = bahaya kebakaran hutan dan lahan
V = tipe vegetasi/penggunaan lahan
T = ketinggian
CH = Curah hujan tahunan rata-rata
Kelas bahaya kebakaran hutan dan lahan
ditentukan oleh penjumlahan dari semua
nilai/bobot faktor-faktor (elemen) dalam suatu
analisis tumpang susun. Penyusunan dengan
kisaran tingkat bahaya kebakarannya adalah
sebagai berikut:
Tingkatan bahaya
Sangat tinggi
Tinggi
Menengah/sedang
Rendah
kisaran bobot
3-7
8 - 11
12 - 15
16 - 19
2.4. Evaluasi/Verifikasi
Zona-zone rawan kebakaran dari peta hasil
analisis tumpang susun (overlay) kemudian
dievaluasi atau verifikasi. Verifikasi dilakukan
dengan menggunakan data dan peta titik panas
(hotspots) yang telah diolah Proyek IFFM/gtz dan
Kantor UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan Samarinda, baik yang bersumber dari hasil
penerimaan stasiun penerima satelit NOAA
sendiri di Samarinda, maupun dari Proyek
FFPMP2/JICA
Jakarta
(sipongisubscribe@yahoogroups.com)
dan
National
Environment Agency (NEA) Singapura. Peta
hotspot yang digunakan adalah peta tahun 1999,
2000, 2001, 2002 dan 2003.
Untuk verifikasi lapangan, dilakukan pengecekan
lapangan terhadap titik-titik koordinat batas
kabupaten, sungai, posisi desa dan kondisi
lapangan berdasarkan tingkat kerawanan setelah
pengolahan data dan peta.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Anonim (1998) bahaya kebakaran
didasarkan pada data cuaca, tingkat stress dan
status vegetasi, sehingga lebih berhubungan
kondisi mudahnya terjadi kebakaran. Deeming
(1995) menyebutkan bahaya kebakaran adalah
jumlah dari efek faktor-faktor yang menyebabkan
kemudahan pembakaran.
Dalam identifikasi untuk mengetahui zone-zone
bahaya kebakaran hutan dan lahan di Kutai Timur
dilakukan dengan men-sintesa terhadap peta-peta
vegetasi, ketinggian tempat dari permukaan laut
dan curah hujan.
Dari hasil sintesa yang hasilnya dapat dilihat pada
gambar 5, hasil analisis spasial menunjukkan
lebih kurang 53% wilayah Kutai Timur
mempunyai potensi bahaya kebakaran dengan
tingkat klasifikasi sangat tinggi, sekitar 26%
dengan tingkat klasifikasi bahaya kebakaran
tinggi, sekitar 12% dengan klasifikasi potensi
bahaya kebakaran sedang dan sekitar 7% dengan
MBA - 90
MBA - 91
MBA - 92
Gambar 2. Peta kebakaran hutan dan lahan dan hotspots di Wilayah Kabupaten Kutai Timur
MBA - 93
Gambar 3. Peta ketinggian tempat di atas permukaan laut Wilayah Kabupaten Kutai Timur
Gambar 4. Peta curah hujan rata-rata tahunan Wilayah Kabupaten Kutai Timur
MBA - 94
Gambar 6. Peta bahaya kebakaran hutan dan sebaran hot spots di Wilayah Kabupaten Kutai Timur
MBA - 95