Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

BAHASA INDONESIA

MAKALAH HIV AIDS

Oleh : Rachmawati Raharjo


NPM : 09 700 099

Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya

1.

Penyakit Menular HIV AIDS dan Pencegahannya

2.

Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Akhir-akhir ini, banyak sekali penyakit-penyakit yang timbul di negaranegara berkembang. Contohnya, penyakit menular HIV AIDS, Flu Babi, Flu
Burung, dsb. Dengan timbulnya penyakit menular yang berbahaya ini, maka perlu
adanya pencegahan yang extra sehingga kita semua dapat tercegah dari penyakitpenyakit yang menular ini.
Dalam makalah ini akan dikhususkan dalam membahas penyakit menular
HIV AIDS yang sekarang berkembang pesat hingga sampai pada lingkungan kita.
Penyakit HIV AIDS ini sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan kematian.
Selain bernahaya bagi diri kita sendiri, juga berbahaya bagi anak yang sedang ada
di dalam kandungan ibu yang terserang penyakit HIV AIDS ini. Penyakit HIV
AIDS ini ditimbulkan karena asanya pergaulan bebas yang tidak memikirkan efek
apa yang akan timbul dikemudian hari.
Topik ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat luas, kerena
jaman sekarang kita sangat mudah sekali terjerumus ke dalam dunia sex bebas.
Penyakit HIV AIDS ini tidak mengenal usia, usia berapapun dapat terserang HIV
AIDS ini. Penyakit HIV AIDS ini sangta perlu mendapatkan penanganan yang
lebih dini sebelum menginjak pada level yang lebih berbahaya. Oleh karena itu,
saya sebagai penulis memilih topik ini agar kita semua dapat menjaga diri sendiri
dan mengetahui bahaya dari penyakit menular HIV AIDS terlebih menyadari akan
efek yang akan ditimbulkan pasa masa kini maupun dimasa yang akan datang
yang dapat menghancurkan generasi muda penerus bangsa.

3.

Rumusan Masalah

1.

Apa yang menjadi gejala-gejala dari penderita HIV AIDS?

2.

Bagaimana cara penularan pentakit HIV AIDS?

3.

Bagaimana cara pencegahan HIV AIDS?

Tujuan

1.

Untuk mengetahui gejala-gejala penderita HIV AIDS

2.

Untuk mengetahui cara penularan penyakit HIV AIDS

3.

Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahannya

Kerangka Teoritik
A. Esti (tanpa tahun, tanpa halaman) mengatakan AIDS adalah penyakit yang
sangat kompleks tidak hanya masalah kesehatan, tetapi juga dampak sosial
dan ekonomi yang ditimbulkan sehingga perlu penanganan dari berbagai
pihak.
B. Menurut MFMER (2008, tanpa halaman) mengatakan Gejalan klinis dari
HIV AIDS dibagi atas bebrapa fase, yaitu:
(1) Fase awal, dimana ditemukan gejala-gejala infeksi. Tapi kadangkadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
(2) Fase lanjut, dimana penderita akan mulai memperlihatkan gejala
kronis seperti diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan dangkal.
(3) Fase akhir, sistem imun akan sangat menurun, yang memungkinkan
penderita untuk mendapatkan infeksi oportunistik, disertai bintikbintik putih disekitar lidah dan mulut.
C. Djoerban (2000,122) mengatakan, Penemuan HIV dalam berbagai cairan
tubuh ini tidak berarti virus dapat ditularkan dengan mudah melalui cairan
tersebut. Sampai sekarang hanya darah dan semen yang jelas terbukti sebagai

sumber penularan HIV, yaitu melalui cara: a. Hubungan seksual: Laki-laki ke


Laki-laki, Laki-laki ke Wanita, Wanita ke Laki-laki; b. Parenteral: transfusi
darah dan komponen-komponennya, jarum suntik yang terkontaminasi; c.
Perinatal dari ibu ke anak: sewaktu melahirkan; Air Susu; transplasenta.
D. Menurut Syafruddin (tanpa tahun, tanpa halaman) mengatakan Dalam hal
ini, untuk mengatasi sesuatu, harus dicari faktor penyebab utamanya. Untuk
mencegah penyakit HIV AIDS adalah:
(1) Menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual
(2) Tidak melakukan perzinahan
(3) Tidak menggunakan jarum suntik secara bersamaan
(4) Tidak memberi ASI kepada anak bila ibu positif HIV
4.

Pembahasan
A. Pengertian HIV AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4
sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak
dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh
makhluk hidup. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusaki oleh virus HIV.

B. Tanda-tanda atau gejala penyakit HIV AIDS

Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV
sesudah masa inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah
terinfeksi. Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah
sedangkan jumlah sel T semakin berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika
jumlah sel T makin sedikit.
Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama pertama setelah
HIV masuk kedalam aliran darah, disebut masa jendela / Window Period.
Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan, pada rentang waktu ini tes HIV akan
menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang menditeksi anti body HIV belum
dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi HIV baru pada tahap
jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Tahap kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang
tidak menunjukkan gejala-gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV
yang dapat dideteksi melalui tes. Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun,
dan tahap inipun seseorang yang positif bisa menularkan HIVnya pada orang lain.
Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe yang menetap
dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis seseorang
yang sel T 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada
dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam
penyakit, terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik.
Sebenarnya infeksi oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang
mencapai masa AIDS, tetapi dia belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS
apabila sel T 4 didalam darahnya masih diatas 200 / microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan
dalam mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor.
Gejala minor atau ringan antara lain :
batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal dipermukaan
kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus
yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan
pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan
pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejalagejala mayor antara lain : demam yang berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare
kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang maupun terus-menerus dan penurunan
berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga bulan.
Selain itu, gejala HIV AIDS dapat memberikan tanda dan gejala yang
khas, penderita hanya mengalami demam selama 3-6 minggu. Setelah kondisi
membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun
dan perlahan kekebalan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena
serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah
dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutama jika seseorang merasa telah
melakukan aktifitas yang beresiko terkena virus HIV.
C. Cara penularan HIV AIDS
Ada satu kondisi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang
sudah terkena satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum
adalah sifilis, gonore / GO, herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa

membuat seorang rentan terhadap penularan HIV karena penyakit yang sudah ada
padanya bisa menyebabkan Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak menular
yang menular adalah
Ada empat cara penularan HIV.
(1) Melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap HIV
HIV adalah virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai masa
AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina,
dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan
tubuh lain konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media
atau saluran penularan. Apabila melakukan hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom, makan akan lebih rentan terkena virus HIV.
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara
sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat
kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya. Hubungan seksual
reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan seksual insertif
tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko
hubungan seks biasa dan seks oral. Seks oral tidak berarti tak berisiko karena
HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif. Kekerasan
seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung
umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga
vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari
pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan

penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan
antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti
bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali
penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81%
peningkatan laju transmisi HIV. Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1
karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan
kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.Orang yang terinfeksi
dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.
(2) Menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV
Kontaminasi patogen melalui darah Jalur penularan ini terutama
berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien
transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum
suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme
biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan risiko utama
atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan
jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan
50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa
Timur. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang
digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Postexposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi
risiko itu.
Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan
lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang. Jalur penularan ini dapat

juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.
Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara
maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak
mencukupi. WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub
Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak
aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung
oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia
menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui
fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di
negara maju. Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan
pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas
populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara
5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang
terinfeksi".
(3) Menular melalui ASI
Seorang ibu yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi
yang dikandung, begitu juga kepada bayi yang telah dilahirkan yaitu melalui
pemberian ASI. Ibu yang dapat menularkan HIV AIDS pada bayi yang
dikandunginya itu tidak berarti HIV /AIDS merupakan penyakit turunan,
karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia.
Berikut ini adalah tabel cara penularan HIV AIDS:

Penularan melalui

Kemungkinan
terinfeksi

per

kontak (%)
89,5

Tranfusi darah yang terinfeksi HIV

Dari ibu yang HIV + ke anak yang dikandungnya 15 30


Jarum

Jarum suntik

3.1

Jarum tusuk

0,67

3.2

Jarum suntik pada pecandu narkotika

0,29

3.3

Hubungan seksual

0,5 10

Laki-laki ke laki-laki

4.1

Laki-laki ke perempuan

0,06 5,10

4.2

Perempuan ke laki-laki

0,05 0,23

4.3

Anal seks*

0,03 5,60

4.4

Oral seks*

Belum

4.5

Penis ke mulut*

dipastikan

4.5.1

Mulut ke Vagina*

Idem

4.5.2

dapat

Idem
Idem

Sumber : TIME (23/6-1997) dan AIDS and Men : Taking Risk of Taking Responsibility
(Panos, London, 1999) serta sumber-sumber lain. Pengolahan data oleh
penulis.

Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila


seseorang mendapat tranfusi dengan darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5%
akan terinfeksi, antara 15-30% ibu hamil yang positif akan infeksi saluran
reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.

D. Cara Pencegahan HIV AIDS


1.

Menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual


Tidak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman adalah

menyangkut kewaspadaan untuk menurunkan potensi penularan dan terkena IMS,


termasuk HIV saat melakukan hubungan seks. Penularan HIV ini hanya terjadi
apabila salah satu dari pasangan mengidap HIV. Resiko penularan HIV akan
semakin tinggi apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan.
Penggunaan kondom secara tepat dan konsisten selama melakukan
hubungan seks dianggap sebagai seks yang lebih aman. Kondom yang kualitasnya
terjamin menjadi satu-satunya produk yang saat ini tersedia untuk melindungi
pemakai dari infeksi seksual yang disebabkan oleh HIV. Ketika digunakan secara
tepat kondom dapat menjadi alat yang efektif untuk mencegah infeksi HIV di
kalangan perempuan dan laki-laki.
Diharapkan ketika melakukan hubungan seks, pasangan:
1. tidak berganti-ganti pasangan
2. memiliki hubungan monogamy dengan pasangan yang tidak terinfeksi
HIV
3. seks non-penetratif jika pasangan terinfeksi HIV

4. penggunaan kondom pria atau wanita


Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari
poliuretan, yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan
dasar minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan
memiliki sebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk
dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin bagian dalam yang
membuat kondom tetap di dalam vagina untuk memasukkan kondom wanita,
cincin ini harus ditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masih
jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah besar wanita.
Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita,
hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif
terhadap hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan
strategi pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan
bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap
pasangan yang belum terinfeksi adalah di bawah 1% per tahun. Strategi
pencegahan telah dikenal dengan baik di negara-negara maju. Namun, penelitian
atas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan
keberadaan kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan
berisiko tinggi meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga
mengabaikan risiko yang mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun demikian,
transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh
transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara maju.

2.

Menghindari pemberian ASI


Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu

penyandang HIV-positif sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu


formula guna mengurangi resiko terhadap anak. Namun demikian ini hanya
dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.
Badan Kesehatan Dunia, WHO merekomendasikan apabila makanan
pengganti dapat diterima, layak, harga terjangkau berkesinambungan, dan aman
sangat dianjurkan bagi ibu penderita HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya.
Namun, apabila keadaan sebaliknya maka pemberian ASI eksklusif
direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi, dan diputus sesegera
mungkin.
3.

Tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian


Pastikan apabila anda ingin menggunakan produk dengan jarum maka

jarum tersebut bukan jarum bekas. Pastikan jarum tersebut baru atau telah
disterilkan dengan baik dan benar sesuai prosedur. Jika akan transfuse darah maka
pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui tes HIV dan standar
keamanan darah pun telah dilaksanakan. Selain itu, resiko penularan luka akibat
alat cukur pun dapat menularkan HIV.
5.

Kesimpulan
Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas,
jelaslah bahwa penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun
bisa mematikan. Untuk itu kita semua harus selalu waspada dengan cara

menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dapat menyebabkan penularan


HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

DAFTAR PUSTAKA
Esti. Tanpa tahun, tanpa halaman.http://www.surabayaehealth.org/dkksurabaya/berita/workshop-pengembangan-kurikulum-hivaids-dilingkungan-lembaga-pendidikan-ma%E2%80%99arif(arti aids esti)
Amir, Syafruddin. Tanpa tahun, tanpa halaman.
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=pendapat+ahli+tentang+gejala+hi
v+aids&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=dce0aee2c6a53390
(penularan hiv aids)
http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS
MFMER.2008.http://www.scribd.com/doc/15083685/gejala-HIV-AIDS
(tanda dan gejala HIV AIDS)
Djoerban, Zubairi. 2008,122. Ikhtisar Memahami HIV dan ODHA, Yayasan Galang,
Yogyakarta,2000.

http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/serba-serbi-hivaids

Anda mungkin juga menyukai