Radikulopati
Radikulopati
A. Definisi
Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan
gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang
dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan
bersifat dermatomal.
struktur wajah dan cranium anterior berada di daerah bidang saraf trigeminal
belakang kepala, servikal ke-2
leher, servikal ke-3
area diatas pundak, servikal ke-4
area deltoid, servikal ke-5
lengan bawah radial dan ibu jari, servikal ke-6
telunjuk dan jari tengah , servikal ke-7
jari kelingking dan tepi ulnar dari tangan dan lengan bawah, servikal ke-8 dan
torakik ke-1
puting, torakik ke-5
B. Etiologi
Terdapat tiga faktor utama penyebab terjadinya radikulopati, yaitu
proses kompresif, proses inflamasi, dan proses degeneratif sesuai
dengan struktur dan lokasi terjadinya proses patologis.
1. Proses Kompresif
Kelainan-kelainan yang bersifat kompresif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah :
a. Herniated nucleus pulposus (HNP) atau herniasi diskus
b. Dislokasi traumatik
c. Fraktur kompresif
d. Skoliosis
e. Tumor medulla spinalis
f. Neoplasma tulang
g. Spondilosis
h. Spondilolistesis dan Spondilolisis
i. Stenosis spinal
j. Spondilitis tuberkulosis
k. Spondilosis servikal
2. Proses Inflamasi
Kelainan-kelainan inflamasi sehingga mengakibatkan radikulopati
adalah :
a. GuillainBarr syndrome
b. Herpes Zoster
3. Proses Degeneratif
Kelainan yang bersifat degeneratif sehingga mengakibatkan
radikulopati adalah Diabetes Mellitus.
C. Tipe-tipe Radikulopati
1. Radikulopati Lumbar
Radikulopati lumbar merupakan bentuk radikulopati pada daerah
lumbar yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf
lumbal. Radikulopati lumbar sering juga disebut siatika. Pada
radikulopati lumbar, keluhan nyeri punggung bawah (low back pain)
sering didapatkan.
Clinical/Community Science Session Radiculopathy
2. Radikulopati Servikal
Radikulopati servikal umumnya dikenal dengan saraf terjepit
merupakan kompresi pada satu atau lebih radiks saraf pada leher.
Gejala pada radikulopati servikal seringnya disebabkan oleh
spondilosis servikal.
3. Radikulopati Torakal
Radikulopati torakal merupakan bentuk yang relatif jarang dari
kompresi saraf pada punggung tengah. Daerah ini strukturnya tidak
banyak membengkok seperti pada daerah lumbar atau servikal.
Oleh karena itu, area toraks lebih jarang menyebabkan sakit pada
spinal. Namun, kasus yang sering ditemukan pada bagian ini adalah
nyeri pada infeksi herpes zoster.
D. Patofisiologi
1. Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis
Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa
sehingga lebih sering terjadi gangguan. Vertebra lumbalis
memiliki beban yang besar untuk menahan bagian atas tubuh
sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih
besar dan kuat. Pada banyak kasus, proses degenerasi
dimulai pada usia lebih awal seperti pada masa remaja
dengan degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi atau
ekstrasi diskus. Secara klinis yang sangat penting adalah arah
protusi ke posterior, medial, atau ke lateral yang
menyebabkan tarikan malah robekan nukleus fibrosus.
Protusi diskus posterolateral diketahui sebagai penyebab
kompresi dari radiks. Protusi diskus dapat mengenai semua
jenis kelamin dan berhubungan dengan riwayat trauma
sebelumnya. Bila proses ini berlangsung secara progresif
dapat terbentuk osteofit. Permukaan sendi menjadi
malformasi dan tumbuh berlebihan, kemudian terjadi
penebalan dari ligamentum flavum.
Pada pasien dengan kelainan kanal sempit, proses ini terjadi
sepanjang vertebra lumbalis, sehingga menyebabkan kanalis
menjadi tidak bulat dan membentuk trefoil axial shape.
Pada tahap ini prosesnya berhubungan dengan proses
penuaan. Stenosis kanalis vertebra lumbalis sering mengenai
laki-laki pekerja usia tua.
10
11
kemungkin besar meliputi jalur poliol, produk akhir glikasi lanjut, dan
stres oksidatif.
a. Jalur Poliol
Hiperglikemia menyebabkan peningkatan kadar glukosa intraseluler
dalam saraf, menyebabkan saturasi pada jalur glikolisis normal.
Glukosa ekstra masuk ke dalam proses jalur poliol dan diubah
menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim aldosa reduktase dan
sorbitol dehidrogenase. Akumulasi dari sorbitol dan fruktosa
menyebabkan myoinositol saraf berkurang, menurunkan aktivitas
membran Na+/ K+-ATPase, mengganggu transportasi aksonal, dan
terjadi gangguan struktural saraf, menyebabkan potensial aksi
menjadi abnormal.
b. Produk Akhir Glikasi Lanjut (Advanced Glycation End Products-AGE)
Reaksi nonenzimatik dari glukosa berlebih dengan protein,
nukleotida, dan hasil lipid pada produk akhir glikasi lanjut (AGE),
kemungkinan memiliki peran dalam mengganggu integritas
neuronal dan mekanisme perbaikan melalui gangguan metabolisme
sel saraf dan transportasi aksonal.
c. Stress Oksidatif
Peningkatan produksi radikal bebas pada diabetes dapat merugikan
melalui beberapa mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami. Ini
termasuk kerusakan langsung pada pembuluh darah yang
menyebabkan iskemia saraf dan memfasilitasi dari reaksi AGE.
Gejala Neuropati Diabetik
a. Gejala Sensoris
Neuropati sensorik biasanya onsetnya perlahan dan menunjukkan
distribusi stoking-dan-sarung tangan (stocking-and-glove
distribution) di ekstremitas distal. Gejala sensorik mungkin negatif
atau positif, fokal atau difus. Gejala sensorik negatif termasuk baal
atau mati rasa, yang mana pasien dapat menggambarkannya
seperti mengenakan sarung tangan atau kaus kaki. Kehilangan
keseimbangan, terutama dengan mata tertutup, dan luka tanpa
rasa sakit akibat hilangnya sensasi yang umum. Gejala positif dapat
digambarkan sebagai rasa terbakar, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
kesemutan, perasaan seperti tersengat listrik, sakit, adanya
keketatan, atau hipersensitivitas terhadap sentuhan.
b. Gejala Motorik
12
13
c.
d.
e.
f.
14
15
c.
d.
e.
f.
g.
16
17
18
19
Lhermittes Test
4. Tes Distraksi
Tes ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri radikuler.
Pembuktian terhadap adanya penjepitan dapat diberikan dengan
tindakan yang mengurangi penjepitan itu, yakni dengan
mengangkat kepala pasien sejenak.
20
Distraction Test
Pemeriksaan Fisik Radikulopati Lumbar
1. Tes Lasegue (Straight Leg Raising Test)
Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
a. Pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua
tungkainya.
b. Secara pasif, satu tungkai yang sakit diangkat lurus, lalu
dibengkokkan (fleksi) pada persendian panggulnya (sendi coxae),
sementara lutut ditahan agar tetap ekstensi.
c. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan lurus
(ekstensi).
d. Fleksi pada sendi panggul/coxae dengan lutut ekstensi akan
menyebabkan stretching nervus iskiadikus (saraf spinal L5-S1).
e. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat atau
lebih sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
f. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan di sepanjang nervus
iskiadikus sebelum tungkai mencapai sudut 70 derajat, maka
disebut tanda Lasegue positif (pada radikulopati lumbal).
2. Modifikasi/Variasi Tes Lasegue (Bragards Sign, Sicards Sign, dan
Spurlings Sign)
Merupakan modifikasi dari tes Lasegue yang mana dilakukan tes
Lasuge disertai dengan dorsofleksi kaki (Bragards Sign) atau dengan
dorsofleksi ibu jari kaki (Sicards Sign). Dengan modifikasi ini,
stretching nervus iskiadikus di daerah tibial menjadi meningkat,
sehingga memperberat nyeri. Gabungan Bragards sign dan Sicards
sign disebut Spurlings sign.
21
a) Bragards sign
b) Spurlings sign
22
23
NSAIDs
Contoh : Ibuprofen
Mekanisme Aksi : Menghambat reaksi inflamasi dan nyeri
dengan cara menurunkan sintesis prostaglandin
Dosis dan penggunaan :
24
25
26
NYERI
A. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual
atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Nyeri bisa bersifat akut
(sembuh dalam beberapa hari atau minggu) atau kronik (berlangsung
3-6 bulan).
B. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan Waktu
a. Nyeri Akut
Berlangsung dalam beberapa detik, atau paling lama sampai
beberapa minggu, biasanya bersifat nosiseptif
b. Nyeri Kronik
Nyeri yang menetap, berlangsung selama 3-6 bulan, dapat
bersifat nosiseptif, neuropatik, atau gabungan keduanya.
2. Berdasarkan Mekanisme Klinis
1. Nyeri Nosiseptif
2. Nyeri Neuropatik
3. Nyeri Psikogenik
C. Tipe Nyeri (Berdasarkan Mekanisme Klinis)
1. Nyeri Nosiseptif (Nyeri Inflamasi)
Nyeri yang disebabkan oleh aktivasi atau sensitisasi dari nosiseptor
perifer, yaitu suatu reseptor khusus yang mentransduksi stimulus
noksius, yang timbul akibat adanya kerusakan jaringan. Kata
nosiseptif berasal dari kata noci dari Bahasa Latin yang artinya
luka atau trauma. Kata ini digunakan untuk menggambarkan respon
saraf yang hanya timbul pada saat terjadi traumatik atau stimulus
27
noksius. Ada dua jenis nyeri nosiseptif, yaitu nyeri "somatik" dan
nyeri "viseral".
a. Nyeri Somatik
Nyeri somatik disebabkan oleh adanya luka atau cedera yang
mengenai kulit, otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat. Nyeri
somatic bagian dalam biasanya digambarkan sebagai nyeri
tumpul atau pegal, dan terlokalisir pada satu area. Nyeri somatik
yang berasal dari kulit atau jaringan dibawahnya biasanya
memiliki kualitas nyeri yang tajam dan perasaan seperti terbakar
atau tertusuk.
Nyeri somatik biasanya melibatkan inflamasi dari jaringan yang
mengalami luka atau cedera. Meskipun peradangan adalah
respon normal tubuh terhadap cedera, dan sangat penting untuk
penyembuhan, peradangan yang tidak hilang seiring dengan
waktu dapat menyebabkan penyakit kronis menyakitkan. Contoh
nyeri nosiseptif somatik ialah nyeri sendi yang disebabkan oleh
rematoid arthritis.
b. Nyeri Viseral
Nyeri viseral diistilahkan sebagai nyeri yang berasal dari cedera
yang sedang berlangsung pada organ bagian dalam atau
jaringan penyokongnya. Ketika jaringan yang mengalami luka
tersebut merupakan suatu struktur berongga, seperti usus atau
kantung empedu, nyerinya seringkali kurang baik dalam hal
lokasi dan sering terjadi kram. Jika cederanya mengenai struktur
yang tidak berongga, maka nyerinya tersebut dapat berupa nyeri
tekan, dalam, dan seperti ditusuk.
2. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer
pada sistem saraf, baik sentral maupun perifer. Beberapa pasien
yang mengalami nyeri neuropatik menggambarkan nyerinya
sebagai nyeri yang aneh, tidak biasa, yang mungkin dapat berupa
sensasi nyeri terbakar atau tersengat listrik.
3. Nyeri Psikogenik
Sebagian besar pasien dengan nyeri kronik memiliki gangguan
psikologis. Pasien kemungkinan dapat menjadi cemas atau depresi,
atau mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah. Masalah
psikologis bukan hanya suatu konsekuensi nyeri, tetapi juga
berkontribusi terhadap nyeri itu sendiri. Nyeri psikogenik
merupakan suatu istilah sederhana untuk semua jenis nyeri yang
Clinical/Community Science Session Radiculopathy
28
29
30
31
G. Nyeri Neuropatik
Dua ciri khas dari nyeri neuropatik, yaitu respon yang berlebihan
terhadap stimulus nyeri yang umum (hyperalgia), atau sensasi nyeri
terhadap stimulus yang biasanya tidak menimbulkan nyeri (allodynia).
Nyeri neuropatik adalah suatu respon yang tidak tepat, akibat adanya
Clinical/Community Science Session Radiculopathy
32
cedera atau disfungsi pada sistem saraf. Nyeri neuropatik adalah suatu
sensasi panas menetap (misalnya, seperti terbakar atau sangat
panas), suatu sensasi tertusuk, atau suatu perasaan tidak nyaman,
atau khawatir, atau gelisah, yang tidak dapat dimengerti. Biasanya
disertai oleh mati rasa, hypesthesia (penurunan sensitivitas),
hyperesthesia (peningkatan sensitivitas), dan kelemahan otot
(penurunan kekuatan), atau paralisis menyeluruh. Pada area yang
terkena akan tampak perubahan trofik dan kutaneus, dan jika
dilakukan tes konduksi saraf, maka akan menunjukkan tanda disfungsi.
Klasifikasi Nyeri Neuropatik
a. Berdasarkan Intensitas Nyeri
- Verbal Rating Scale (VRS)
Pasien ditanya bagaimana sifat dari nyeri yang dirasakannya.
Skor terdiri dari empat poin, yaitu :
0 = Tidak ada nyeri atau perasaan tidak enak ketika
ditanya
1 = Nyeri yang ringan yang dilaporkan pasien ketika
ditanya
2 = Nyeri sedang yang dilaporkan pasien ketika ditanya
3 = Nyeri dihubungkan dengan respon suara, tangan atau
lengan, wajah
merintih atau menangis
Untuk pasien dengan gangguan kognitif, skala nyeri verbal ini
sulit digunakan.
-
33
34
Penyebabnya :
CVA (cerebrovascular accident)
Cedera medulla spinalis
Multiple Sclerosis
Tumor
Nyeri neuropatik perifer
Penyebabnya :
Lesi atau cedera akibat trauma, prosedur bedah, atau
penekanan
Kelainan metabolik (contohnya : DM, uremia, porfiria,
hipotiroidisme,
dan amiloidosis)
Infeksi (contohnya : herpes zoster, HIV, difteri, lepra,dll)
Kanker
Racun, obat-obatan, atau alkohol
Penyakit vaskular (contohnya : stroke)
c. Berdasarkan Gejala dan Tanda
Stimulus Independent Pain (gejala nyeri diutarakan oleh
pasien), seperti :
- Rasa terbakar
- Nyeri seperti ditusuk
- Nyeri seperti tersetrum
- Parestesia (sensasi tidak nyaman yang tiba-tiba, biasanya
digambarkan sebagai rasa kesemutan oleh pasien)
- Disestesia (sensasi abnormal yang digambarkan sebagai
ketidaknyamanan oleh pasien)
Stimulus Evoked Pain (nyeri dibangkitkan pada pemeriksaan) :
- Alodinia : Nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara
normal tidak menimbulkan stimulus
35
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology 11th Edition
2. Adams and Victors. Principle of Neurology 8th Edition
3. Richard S. Snell. Clinical Neuroanatomy 6th Edition
4. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga
5. http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical . Cervical
Radiculopathy Clinical Presentation. Diakses 20 Oktober 2012, pkl :
08.00 WIB
6. http://emedicine.medscape.com/article/95025-overview. Lumbosacral
Radiculopathy. Diakses 20 Oktober 2012, pkl : 09.00 WIB
7. http://www.theacpa.org/default.aspx. American Chronic Pain
Association - The ACPA American Chronic Pain Association. Diakses
pkl : 10.00 WIB
8. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/pain.html#cat59 . Pain:
MedlinePlus. Diakses 20 Oktober 2012, pkl : 13.00 WIB
37
38