Model Kipkomas
Model Kipkomas
MODEL KIPKOMAS
BAGIAN I
PARADIGMA PEMBERDAYAAN USAHA BERSAMA
BIDANG AGRIBISNIS
Paradigma pemberdayaan usaha agribisnis ke depan adalah sistem agribisnis
terintegrasi (hulu-hilir) dan berkelanjutan yang berada dalam lingkup pembangunan
sumberdaya manusia dan pemberdayaan masyarakat.
Paradigma pembangunan seperti ini bertumpu pada kemampuan masyarakat untuk
mewujudkan kesejahteraannya dengan bertumpu pada kemampuan sendiri dan atau kelompok.
Pembangunan agribisnis modern merupakan langkah strategis mewujudkan pembangunan
masyarakat dalam arti luas yang menempatkan pembangunan berorientasi pada manusia dan
masyarakat.
Pembangunan usaha agribisnis perlu dirumuskan untuk optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya alam dan teknologi maju yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan
pengembangan kelembagaan di pedesaan. Pembangunan dengan paradigma baru ini
diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang akan menjadi pendorong
pertumbuhan sektor non-pertanian. Keterkaitan sektor agribisnis dan non-pertanian di pedesaan
akan semakin cepat terjadi apabila tersedia prasarana ekonomi yang mendukung kegiatan
ekonomi di wilayah pedesaan.
Pembangunan usaha agribisnis patut mengedepankan potensi kawasan dan
kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumberdaya alam perlu
diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan
sumberdaya manusia dan masyarakat petani yang semakin profesional. Masyarakat petani,
terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat, perlu terus
dibina dan didampingi untuk dapat menjadi manusia petani yang semakin maju, mandiri,
sejahtera, dan berkeadilan. Sumberdaya alam dan manusia patut menjadi dasar bagi
pengembangan usaha bersama agribisnis di masa depan.
Dengan demikian perlu dirumuskan suatu kebijaksanaan pemberdayaan usaha bersama
di bidang agribisnis yang mengarah pada peningkatan kemampuan dan profesionalitas petani
dan masyarakat pedesaan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan
lestari dengan memanfaatkan rekayasa teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas
agribisnis, pendapatan petani, kesejahteraan masyarakat pedesaan serta menghapus
kemiskinan.
Arah pemberdayaan usaha bersama agribisnis menurut paradigma baru ini dapat
diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan kelompok masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat petani dilakukan sesuai dengan potensi, aspirasi, dan
kebutuhannya.
Sejalan dengan arah pembangunan tersebut, peran pemerintah adalah mempertajam
arah pembangunan untuk rakyat melalui penguatan kelembagaan pembangunan, baik
kelembagaan masyarakat petani, kelembagaan Koperasi-UKM,
maupun kelembagaan
BAGIAN IV
KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI MILIK MASYARAKAT (KIPKOMAS)
MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI
DANA INVESTASI
BOT SYSTEM
LITBANG
Kebun
Teknologi &
SIM-Pasar
Teknol
dana
Kelembagaan
Kemitraan &
Pendampingan
Industri
Hasil Samping/
Komplemen
PABRIK
KOPI
Olahan
Kopi
olahan
Cluster
pangan/
kopi
PASAR
Regional
limbah
Kopi
- Pupuk
- Pestisida
- Herbisida
Bahan bahan
penolong
Pakan
hijauan
Cluster
ternak &
Pakan
Cluster
Pemasaran &
Transportasi
Cluster
Agrokimia
Industri
Makanan
Tradisional
Industri
Pupuk
Organik,
Pakan ternak
Cluster
Kemas &
Packaging
Pasar
Nasional
LATAR BELAKANG:
1.
2.
3.
4.
TUJUAN:
Memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan melalui KIPKOMAS guna peningkatan daya
saing dan kesejahteraan masyarakat:
1. Menginisiasi berkembangnya KIPKOMAS yang didukung oleh adanya techno-industrial
cluster yang relevan
2. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk kopi: Kopi biji kering, Kopi
bubuk, pupuk organik limbah kopi, silage pakan ternak limbah kopi, aneka makanan
tradisional dan lainnya
3. Pengembangan kelembagaan Koperasi Masyarakat pengelola KIPKOMAS
EVALUASI KONDISI PER-KOPI - AN
1. KEKUATAN
a.
Ketersediaan bahan baku kopi yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi
sumberdaya wilayah
b.
Sifat unggul produk kopi bubuk untuk pasar regional dan nasional
c.
Ketersediaan SDM dan masyarakat perkebunan kopi yang unggul
d.
Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap
perkebunan kopi rakyat dan industri pengolahan kopi
e.
Potensi pasar yang sangat besar
2.
a.
b.
c.
KELEMAHAN
Kesenjangan hasil LITBANG ke aplikasi komersial
Industri pengolahan kopi bertindak juga sebagai lembaga pemasaran
Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku
(cluster) perkebunan kopi - industri pengolahan & distribusi produk kopi
d. Produk hilir masih terbatas pada produk tertentu saja.
e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi kopi
3. PELUANG
a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka
b. Diversifikasi produk-produk perkebunan kopi - industri pengolahan kopi
sangat potensial
c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster kebun kopi dengan
cluster industri pengolahan kopi dalam kelembagaan KIPKOMAS
d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan agribisnis kopi
5.
a.
b.
c.
d.
ANCAMAN
Hambatan-hambatan sistem distribusi kopi domestik
Persaingan dengan produk kopi impor
Persaingan dengan komoditi non-kopi dalam penggunaan lahan
Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan kopi yang ada.
PROGRAM PENGEMBANGAN
1. Pemberdayaan KOBISKOP Pengelola KIPKOMAS
2. Pengembangan KIPKOMAS dengan komponen utamanya:
a. Cluster KSP (Kawasan Sentra Produksi) Kopi Rakyat
b. Cluster Pabrik Pengolahan Kopi (PPK)
c. Cluster Industri Pupuk Organik dan Silages Pakan Ternak
d. Cluster Industri Aneka Makanan Tradisional
e. Cluster ALSINTAN & SAPROTAN
f. Cluster Agrokimia/ Bahan-bahan pendukung
g. Cluster LITBANG, Kebun Teknologi dan Sistem Informasi Pasar
h. Cluster Pengemasan dan Pengepakan
g. Cluster Transportasi dan Pemasaran
3. Kajian Keunggulan produk-produk hilir perkebunan kopi dan Pabrik Pengolahan Kopi
4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian
5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA)
OUTCOME
1.
Berkembangnya KIPKOMAS dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang
ada di dalamnya
2.
Terbentuknya Koperasi Masyarakat pengelola KIPKOMAS yang mampu
mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk kopi dan
olahannya.
3.
Berkembangnya Pabrik Pengolahan Kopi
4.
Meningkatnya citra dan keunggulan produk-produk kopi domestik
DAMPAK
1. Sinergi kelembagaan dan industri dalam CLUSTER
2. Sinergi antar pelaku agribisnis dalam KIPKOMAS
3. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi kopi
4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan kopi
5. Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan
BAGIAN V
POLA PEMBIAYAAN
Koperasi Agribisnis Kopi rakyat (KOBISKOP) dapat dijadikan sebagai wadah untuk
pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan ALTERNATIF pola pengembangan sebagai
berikut:
Pola I: Koperasi Pengelola KIPKOMAS
(Kawasan Industri Pengolahan Kopi Milik Masyarakat)
Masyarakat membentuk KOBISKOP, membangun kawasan sentra produksi (KSP)
kebun kopi rakyat dan fasilitas Pabrik Pengolahan Kopi (PPK), serta mengembangkan sarana
dan prasarana penunjangnya. Dalam proses pengembangan koperasi seperti ini masyarakat
anggota dan pengurus koperasi dapat meminta bantuan pihak ke tiga (manajemen profesional)
berdasarkan suatu KONTRAK PEKERJAAN (KP).
Biaya pembangunan KSP Kebun kopi rakyat, fasilitas industri pengolahan kopi,
sarana dan prasarana agroindustri serta biaya KP, 100 persen bersumber dari dana/investasi
masyarakat per kopi an, yakni ANGGOTA dan PENGURUS KOPERASI.
KIPKOMAS
ANGGOTA
PENGURUS
PPK
Penunjang
Komplemen
10
BAGIAN VI
PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI
(KSP) KEBUN KOPI RAKYAT
6.1. PENDAHULUAN
Sejalan dengan proses desentralisasi pembangunan yang di dalamnya terkandung
tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah, maka kemampuan pemerintah daerah dalam
melaksanakan pembangunan dengan Pendekatan pengembangan wilayah perlu terus
ditingkatkan. Hal tersebut dimaksudkan agar pembangunari daerah dapat dilaksanakan secara
efisien dan efektif dalam pemanfaatan sumberdaya dan sumberdana pembangunan di daerah.
Dalam rangka itu pengembangan kawasan-kawasan yarig strategis dan potensial yang salah
satunya diidentifikasi sebagai kawasan sentra produksi perlu dilakukan secara intensif sebagai
salah satu strategi untuk meningkatkan kinerja pembangunan daerah dan kesejahtaraan
masyarakat.
Dalam kaitan itu, pengembangan kawasan sentra produksi (KSP) merupakan upaya
nyata agar pemerintah daerah mampu memadukan, menyerasikan dan mengkoordinasikan
berbagai masukan (input) pembangunan baik berupa program sektoral, program pembangunan
daerah maupun program-program khusus dengan upaya pembangunan yang telah disusun
pemerintah daerah berdasarkan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat.
Dengan keberhasilan pengelolaan pengembangan kawasan sentra produksi diharapkan
dalam jangka panjang kemampuan pemerintah daerah dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi pembangunan di wilayahnya akan semakin meningkat, terutama
dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan kinerja pembangunan
ekonomi di daerah. Keberhasilan tersebut merupakan modal yang penting bagi pemerintah
daerah dalam menterjemahkan, mengisi dan mengaplikasikan prinsip-prinsip otonomi daerah
secara langsung, nyata dan bertanggung jawab sehingga penerapan otonomi daerah melalui
Undang-Undang Otonomi Daerah akan memberikan dampak positif yang sebesar-besarnya
bagi kepentingan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat secara luas.
6.2.
Konsep Kawasan Sentra Produksi Kebun Kopi Rakyat
Sentra Produksi adalah suatu kawasan kebun kopi rakyat yang memiliki potensi dan
memungkinkan memperoleh investasi pemerintah/ swasta/masyarakat, yang prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut serta menjadi sebaran pengembangan kegiatan produksi , jasa dan
permukiman, prasarana wilayah pendukung dan prasarana wilayah pengembangannya.
a.
b
c.
d.
Besar kecilnya Kawasan Sentra Produksi tidak terlepas dari pada faktor potensi dan
fungsi kawasan jarak geografis. Adanya perbedaan jarak yang panjang memungkinkan
perlunya pemisahan kawasan, sedangkan jarak terpendek antar kawasan potensial cenderung
membentuk satu kesatuan Kawasan Sentra Produksi.
11
Dalam kaitannya antara batas administratif dengan faktor jarak geografis terhadap
kemungkinan terbentuknya kawasan, ada kemungkinan ditemukannya pemisahan dari suatu
wilayah kecamatan dan masuk membentuk kawasan baru di suatu wilayah kecamatan lain.
Kemungkinan ini dapat saja terjadi di seluruh wilayah kabupaten, terutama wilayah-wilayah
yang berbatasan langsung secara fisik. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1 berikut.
6.2.2.
1)
2)
3)
12
Wilayah makro
DEVELOPMENT
AREA PPK
MARKET
AREA I
OUTLET
(Pelabuhan / Pasar)
Peningkatan produktivitas dan nilai tambah produksi kopi dan kopi yang dapat
dilakukan melalui pengembangan kelembagaan peningkatan produksi kopi rakyat
dan pengembangan kegiatan industri kopi mini.
Peningkatan pemasaran hasil-hasil produksi (kopi pasir dan hasil-hasil
sampingannya) melalui pengembangan kelembagaan pemasaran, sistem informasi
13
c)
d)
dan jaringan kerja pemasaran dengan dunia usaha, dan dlikungan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
Pemanfaatan hasil-hasil pembangunan sektoral, pembangunan daerah, dan
program-program khusus pemberdayaani ekonomi masyarakat yang telah ada
secara optimal dalam rangka mendukung efisiensi dan efektivitas pengembangan
KSP kopi rakyat.
Pengerhbangan kegiatan-kegiatan promosi dan publikasi master plan KSP kopi
rakyat agar tercipta keterkaitan dan keterlibatan dunia usaha / usaha swasta yang
dapat mendukung perekonomian rakyat.
C. Lingkup Materi
Ruang lingkup materi pengembangan KSP kopi rakyat adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
14
2. Menentukan alokasi budidaya komoditi subsektor pertanian tanaman pangan (padi dan
palawija), subsektor perkebunan (Kopi rakyat), subsektor perindustrian (pengolahan
produk kopi), dan subsektor perdagangan di KSP
3. Menyusun konsep peningkatan intensitas pertanaman lahan basah dan lahan kering untuk
meningkatkan produksi padi, palawija dan kopi rakyat, dalam upaya memperkuat
ketahanan pangan daerah, memanfaatkan peluang pasar dan penggalian sumber-sumber
ekonomi masyarakat.
4. Menyusun konsep KOBISKOP sebagai pengelola KSP Kopi Rakyat untuk meningkatkan
nilai tambah produk primer kopi yang dihasilkan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
6.3.2. Sasaran
Sasaran kegiatan pengembangan Kawasan Sentra Produksi Kopi Rakyat adalah
Tertatanya KSP Kopi rakyat yang terpilih melalui pendekatan ruang dan pengisian ruang
melalui skenario pengembangan kawasan (berjenjang) dan jenis komoditas utama dan
penunjang yang dikembangkan pada kawasan itu.
Tertatanya pengarahan pemanfaatan ruang dan lahan sesuai dengan pengembangan
subsektor pertanian tanaman pangan, sub-sektor perkebunan, subsektor perindustrian
dan subsektor perdagangan
Tertatanya peluang bursa lapangan usaha yang lebih luas, kompetitif terhadap
penerimaan dan penyerapan tenaga kerja yang cenderung mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun
Tertatanya tenaga kerja siap pakai, terampil dan memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam berusahatani, sistem produksi komoditi pangan dan kopi rakyat yang berkesinambungan, bergulir sepanjang tahun guna menjamin persediaan pangan dalam
meningkatkan ketahanan pangan masyarakat serta menjamin permintaan kebutuhan
pangsa pasar kopi.
Program peningkatan produksi bahan pangan dan kopi, serta memperhitungkan seberapa
besar produksi kopi yang dapat diproses menjadi kopi pasir, juga pemanfaatan limbah
potensial dari usahatani kopi rakyat dan industri kopi.
Penyediaan benih unggul kopi-rakyat yang memiliki: umur pendek, produktivitas tinggi
dan ketahanan kondisi alam yang tidak menentu (iklim dan curah hujan) serta resisten
terhadap hama dan penyakit.
Tertatanya sarana produksi termasuk pestisida, hipertisida dan herbisida yang mudah
diperoleh di kawasan, relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat petani setempat
dalam rangka mendukung peningkatan produksi kopi rakyat dan meningkatkan
ketahanan kopi.
Informasi jasa pelayanan perbankan dan sistem informasinya mengenai kendala dan
persoalan dalam upaya pem-berdayaan kegiatan usahatani kopi rakyat dan industri
pengolahan kopi mini
Tertatanya sarana jasa pelayanan KUD, Dolog sebagai mitra petani dan berperan dalam
meningkatkan daya beli hasil-hasil produksi komoditi, dengan harga dasar ketetapan
nasional sehingga harga dapat terkendali dan tidak dikendalikan oleh para tengkulak
yang selama ini menjerat para petani di wilayah sentra produksi.
Tertatanya prasarana produksi bila mungkin tersedianya jaringan irigasi, listrik, air
bersih, telekomunikasi di Kawasan Sentra Produksi dalam upaya pengembangan industri
pengolahan kopi sekala mini.
Tertatanya sistem transportasi dan pola aliran barang dari sentra produksi ke industri
pengolahan kopi, ke tempat distribusi barang hingga ke tempat tujuan (pedagang, pasar
dan konsumen akhir).
6.4. Operasional Pengembangan KSP Kopi Rakyat
15
16
Gambar 2. Diagram alir penyusunan rencana induk, rencana aksi dan rencana implementasi
KSP Kebun Kopi Rakyat
Penentuan Kawasan Sentra Produksi dikembangkan dari pe-ngertian fungsi pertanian
dalam arti luas. Semua wilayah kecamatan memiliki potensi yang sama untuk diseleksi
berdasarkan potensi pertanian, perkebunan, perindustrian dan perdagangan, berikut sarana dan
prasarana penunjang yang telah ada.
Skenario pengembangan KSP terpilih ditempuh melalui skala pengembangan kawasan.
Pertama, pemilihan KSP prioritas, ditujukan untuk memudahkan pengarahan pemanfaatan
ruang yang bergulir / bertahap, terarah guna mengantisipasi kemampuan pembangunan
terbatas. Ke dua, pengisian ruang sejalan dengan kemampuan pem-bangunan yang terbatas,
sehingga diperlukan adanya sekala prioritas dalam pengembangan KIPKOMAS dan cluster
pendukungnya.
BAGIAN VII
PEMBERDAYAAN KOPERASI KOPI RAKYAT (KOBISKOP)
SEBAGAI PENGELOLA KAWASAN INDUSTRI KOPI MINI MILIK
MASYARAKAT (KIPKOMAS)
7.1. PENDAHULUAN
17
18
4.
5.
Pada sebagian KOBISKOP juga telah tumbuh dan berkembang unit usaha WASERDA
yang melayani saprodi dan kebutuhan bahan pokok masyarakat. Selain itu juga telah
berkembang unit usaha Lembaga Keuangan khusus bagi kelompok petani kopi. Sebagai
lembaga keuangan alternatif keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan,
terutama untuk memerangi praktek para rentenir.
Sejalan dengan upaya Pemerintah untuk membangun sistem produksi kopi dan jaringan
distribusi kopi dalam rangka menghindari kelangkaan akibat ulah para spekulan
menimbun barang, maka keberadaan KOBISKOP dapat diberdayakan sebagai pengelola
KIPKOMAS.
(1).
(2).
(3).
(4).
7.2.1. Tujuan
a. Jangka Pendek
Ikut menggerakkan roda perekonomian rakyat pada tingkat akar rumput (grass - roots)
Memberdayakan KOBISKOP di wilayah sentra produksi kopi rakyat Kabupaten
Jeneponto dengan dukungan investasi sosial-masyarakat untuk menerapkan MODEL
TIGA RODA (Unit usaha KSP kopi rakyat, Unit usaha PGM, dan Unit usaha Jasa-jasa
penunjang) untuk mempermudah akses terhadap peluang-peluang bisnis perkopian dan
perkopian.
Memberdayakan KOBISKOP dengan dukungan Kredit Semi-Komersial guna membantu
memperlancar Produksi dan distribusi kopi dan ikut melindungi kepentingan petani kopi
dan masyarakat luas,
Mengembangkan mekanisme kemitraan yang adil di antara CLUSTER yang terkait
dalam KIPKOMAS.
b. Jangka panjang
(1).
(2).
(3).
Ikut membangun sistem produksi dan jaringan distribusi kopi nasional yang lebih adil,
komplementer dengan Industri Kopi yang ada
Meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pembinaan dan pemberdayaan
lembaga-lembaga tradisional yang telah mengakar, terutama yang terkait dengan
KOBISKOP yang telah ada.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan
berusaha yang dapat diakses langsung oleh masyarakat pedesaan.
7.2.2. Kelompok sasaran
19
a.
b.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
20
4.
5.
6.
Sosialisasi konsep KIPKOMAS - KOBISKOP sebagai mata rantai utama dalam sistem
produksi dan distribusi kopi.
Rekruitmen tenaga terampil terdidik untuk dijadikan petugas pendamping profesional
Pelaksanaan kegiatan LITBANG dan DIKLAT antara lain meliputi:
(a) Sistem produksi Kebun kopi rakyat;
(b) Sistem Pabrik Pengolahan Kopi
(c) Sistem distribusi produk-produk kopi
Penyaluran modal bergulir dengan pendampingan untuk KOBISKOP dengan model tiga
roda.
Penyaluran fasilitas kredit Agribisnis Kopi kepada KOBISKOP sesuai dengan tahapan
pelaksanaan program.
Tim Konsultasi dan Tim Koordinasi melaksanakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan program dan menyampaikan laporan kemajuan program secara periodik
(bulanan dan triwulanan).
7. 5. Bagan Kelembagaan
KOBISKOP
PENERAPAN MODEL TIGA RODA
TIPOLOGI WILAYAH SEKITAR KOBISKOP
Petani
dan POKTANI
kopi rakyat
tokoh masyarakat
kontak tani pedesaan
KOBISKOP
Unit
KSP kopi-rakyat
200-500 ha
Unit
PPK
Unit
Jasa-jasa
Penunjang
21
masyarakat luas
22
MITRA EKSTERNAL
KOBISKOP:
*) Amanah
*) Profesional
UNIT USAHA
Kebun KOPI RAKYAT
200-500 ha
UNIT USAHA
JASA-JASA
PENUNJANG/
KOMPLEMEN
PETANI
UNIT USAHA
PABRIK PENGOLAHAN KOPI
(PPK)
MASYARAKAT
23
Mitra
sharing modal
eksternal
KOBISKOP
kopi
Unit Perdagangan
Pembelian kopi
penjualan kopi
SISTEM
PELELANGAN
KOPI
PPK
SISTEM
DISTRIBUSI
KOPI
24
BAGIAN VIII
ORGANISASI DAN TAHAPAN
PENGEMBANGAN KIPKOMAS
8.1. Tim Koordinasi Pembangunan KIPKOMAS
Leading Sector:
Supporting Sectors:
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
2. Dinas Perkebunan Daerah
3. Dinas Pertanian
4. Dinas Peternakan
5. Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)
6. BKPMD
8.2. Tahapan Operasional Pembangunan KIPKOMAS
Tahapa
n
I
Kegiatan
Pelaksana
Sasaran
Persiapan
Instansi terkait
II
Tim Koordinasi
Tim Konsultasi
Tim Koordinasi
Tim Konsultasi
Tim Pendamping Teknis
Fabrikasi
PPK
Ujicoba PPK
MONEV
Pemantapan
Kelembagaan
Pemberdayaan
Masyarakat
(PENMAS)
III
IV
V
VI
VII
VIII
Waktu
Forum Publik
1 bulan
KOBISKOP
Wilayah kecamatan
2-3 bulan
KIPKOMAS
4 6 Bulan
KIPKOMAS
2 3 Bulan
KIPKOMAS
KIPKOMAS
Rutin
Rutin
TPT + KOBISKOP
Masyarakat
Rutin