MEDAN
2011
ABSTRAK
Di daerah Sosopan terdapat potensi bahan galian batugamping yang banyak dibutuhkan
dalam bidang industri. Batugamping merupakan batuan karbonat yang disusun oleh
mineral mineral karbonat terutama mineral kalsit (CaCO3). Berdasarkan hasil analisis
kimia yang dilakukan terhadap contoh batugamping didaerah penelitian menunjukkan
kandungan unsur rata rata CaO 53,87%, MgO 0,4 %. Hadirnya unsur Fe2O2, Al2O3,
Na2O, SiO2, pada batuan tersebut sebagai unsur pengotor yang kehadiranya
tidak
ii
KATA SAMBUTAN
Di daerah Sumatera Utara banyak terdapat bahan galian batugamping yang kualitas dan
kuantitas belum termanfaatkan secara baik dan maksimal. Batugamping merupakan
salah satu bahan galian industri yang banyak dibutuhkan dalam bidang industri seperti
semen, peleburan dan pemurnian baja, pertanian, industri kaca dan berbagai macam
industri lainnya, didalam pemanfaatannya sebagai bahan baku industri sangat ditentukan
oleh sifat fisik dan sifat kimianya.
Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan terutama
untuk pemerintah daerah dan pelaku industri sebagai data awal didalam pengguna dan
pemanfaatan batugamping sebagai bahan baku industri di Sumatera Utara. Adanya
pemanfaatan sumberdaya alam lokal didaerah diharapkan mampu untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat dan pendapatan asli daerah, semoga industri berbasiskan
sumberdaya alam lokal dapat terwujud.
Medan,
2011
iii
KATA PENGANTAR
Meningkatnya pembangunan infrastruktur dan sektor industri yang begitu tinggi harus
diimbangi dengan penyediaan bahan baku (raw material) yang berasal dari sumberdaya
alam lokal. Salah satu industri yang berkembang sekarang adalah industri semen.
Adanya permintaan semen yang meningkat menyebabkan harga bahan baku semen
berfluktuasi. Untuk itu diperlukan pencarian bahan baku industri semen salah satunya
adalah batugamping. Batugamping / batukapur merupakan bahan galian industri yang
banyak digunakan dalam sektor industri konstruksi, semen maupun pertanian, baik
sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan aditif lainnya.
Kiranya laporan ini akan bermanfaat, terutama sebagai base data untuk penelitian
penelitian lanjutan yang lebih detail dari batugamping daerah penelitian. Pada semua
pihak yang turut berperan serta dalam penyusunan laporan ini, diucapkan banyak
terima kasih.
Medan,
2011
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ii
iii
iv
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang penelitian
1.2.
Perumusan masalah
1.3.
Tujuan penelitian
1.4.
Ruang lingkup
1
3
3
4
BAB II
2.1.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.3.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Batugamping
Kegunaan Batugamping
Industri Semen
Pembuatan Karbit
Bahan Pelebur dan Pemurnian Baja
Pengertian Sumberdaya
5
6
7
8
8
9
BAB III.
3.1.
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
3.2.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian
Tahap pendahuluan
Tahap pekerjaan lapangan
Tahap analisa dan interpretasi data
Tahap penyusunan laporan
Lokasi daerah penelitian
12
12
13
13
13
14
BAB
BAB V.
5.1.
KESIMPULAN
Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
16
17
17
19
20
20
21
23
24
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
14
Gambar 3.1.
Gambar 4.1.
16
Gambar 4.2.
Singkapan batugamping
17
Gambar 4.3.
Singkapan batugamping
17
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
11
Tabel 4.1.
19
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang penelitian
Kebutuhan akan data dan informasi mengenai potensi bahan galian industry dirasakan
cukup besar pada saat ini. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kegiatan
eksplorasi di daerah yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta dalam upaya
memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Bahan galian industri yang konsumsi sangat
dibutuhkan adalah batugamping. Batugamping atau batukapur merupakan salah satu
bahan galian industri yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Penggunaan
dan pemanfaatan batugamping sebagai bahan baku industri terutama sangat ditentukan
oleh sifat fisik dan kimianya. Dalam
bahan baku utama maupun sebagai bahan baku tambahan pada proses industri. Di
Indonesia penggunaan batugamping sebagai bahan baku industri telah banyak
memberikan manfaat kepada pemerintah
Secara umum cadangan batugamping di Sumatera Utara sangat banyak dan memiliki
penyebaran yang begitu luas, hanya saja potensi dan kualitas batugamping tersebut
belum diketahui secara baik dan akurat. Selaman ini konsumsi batugamping didaerah
hanya digunakan sebagai bahan baku pertanian terutama untuk penetralitas tanah yang
memiliki konsentrasi tanah asam tinggi. Kemudian batugamping banyak digunakan
sebagai bahan agregat penimbun jalan terutama didaerah untuk perbaikan sarana
infrastruktur yang ada. Kondisi yang demikian menyebabkan pemanfaatan dan
konsumsi batugamping tidak begitu besar sementara
didaerah cukup melimpah. Untuk itu perlu dilakukan kajian kajian sehinga konsumsi
dan pemenfaatan batugamping dapat digunakan secara optimal dengan memperhatikan
sifat fisik dan kimianya.
Di sektor industri laju pertumbuhan setiap tahunnya berkisar 10,45 %. Industri semen
merupakan industri pemakai utama batugamping, tercatat sekitar 86,84 % jumlah
konsumsi batugamping diserap oleh industri semen. Diperkirakan pada tahun-tahun
mendatang penggunaan batugamping akan semakin meningkat dengan kuantitas yang
cukup besar, baik di sektor industri, konstruksi/jalan maupun di sektor pertanian.
Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai daerah otonom perlu menggali dan mencari sumber
sumber pemasukan didalam menambah dan meningkatkan pendapatan asli didaerah
untuk mendukung pembangunan daerah dan mensejahterakan masyarakat. Salah satu
sector yang perlu diperhatikan dan dicermati adalah sector sumberdaya alam. Potensi
sumberdaya alam terutama sumberdaya mineral didaerah ini belum digali dan
dikembangkan secara baik dan optimal. Didaerah Tapanuli Selatan terdapat
batugamping yang potensi kualitas dan penyebarannya belum diketahui secara akurat.
Hal ini disebabkan oleh belum adanya kajian kajian / penelitian yang dapat mengungkap
tentang potensi dan cadangan batugamping tersebut.
Batugamping yang tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCO3) banyak digunakan
dan dimanfaatkan
Semen, bahan baku industri Pupuk, Keramik, Penetral Tanah, Bahan Bangunan,
Ornament, industri Kertas, Cat, bahan Pemutih dan industri Kimia lainnya. Keberadaan
dan penggunaan batugamping sebagai bahan baku industri sangat ditentukan oleh sifat
fisik dan sifat kimianya. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas dari batugamping
didaerah tersebut, pemerintah daerah dapat memberikan masukan kepada investor
terutama tentang potensi dan penyebaran batugamping tersebut. Disamping itu dapat
memberikan gambaran kepada instansi terkait didalam penyusunan profile investasi
sumberdaya mineral yang terdapat didaerah Tapanuli Selatan dan sekitarnya.
belum
digunakan
secara
baik
dan
optimal,
Skala
1.3.Tujuan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data tentang
keberadaan sumberdaya mineral
terutama tentang
lokasi keterdapatanya,
jenis
sebagai bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Batugamping
Batugamping yang dikenal sebagai batu kapur merupakan bagian dari batuan karbonat
yang disusun oleh dominan mineral mineral karbonat (Kusumadinata, 1983). Penyusun
utama batugamping adalah mineral kalsit (CaCO3), sedangkan mineral karbonat lain
yang dapat hadir adalah dolomit (Ca Mg (CO3)2), aragonit (CaCO3), kalsit yang kaya
akan magnesit, Magnesit (MgCO3) dan siderit (FeCO3). Mineral lain dapat juga hadir
sebagai mineral pengotor yang terbentuk pada saat pengendapan seperti mineral
lempung, kuarsa (silika).
pengklasifikasian batugamping.
maka disebut dolomit, bila pengotor mineral lempung disebut batugamping lempungan
dan bila pengotornya kuarsa disebut batugamping kuarsa. Warna dari batugamping
sangat di kontrol oleh persentasi mineral penyusun yang dominan dan mineral
pengotornya. Batugamping yang berwarna putih susu dominan disusun oleh mineral
kalsit, berwarna abu-abu muda tua menunjukan kehadiran unsur magnesium, warna
kemerah-merahan umumnya disebabkan oleh hadirnya mangan dan warna kehitaman
disebabkan oleh hadirnya unsur organik.
Kadar Dolomit
05
5 10
10 50
50 90
90 - 100
40 55 %
- SiO2antara
0,23 18,12 %
- Al2O3
antara
0,20 4,33 %
- Fe2O3
antara
0,1 1,36 %
- MgO
antara
0,05 4,26 %
- CO2 antara
35,74 42,78 %
- H2O antara
0,1 - 0,85 %
- P2O5
- K2O
antara
=
0,072 - 0,109 %
Semen portland merupakan jenis semen yang paling banyak menggunakan bahan baku
batugamping dan merupakan jenis semen yang paling penting. Bahan-bahan untuk
pembuatan semen portland terdiri dari kalsium karbonat = 75 %, lempung = 20 % serta
pasir silika, pasir besi dan gips sekitar 5 %.
Komponen utama, terdiri dari CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3, dimana CaO dari
material batugamping sedangkan SiO2, Al2O3 dan FeO3 dari lempung dan
batupasir.
b.
c.
Berdasarkan komposisi kimia, menurut Sarno Harjanto (1992) semen portland harus
memenuhi persyaratan berikut :
-
Faktor kejenuhan kapur tidak lebih dari 1,02 dan tidak kurang dari 0,66.
Awal pengerasan tidak lebih dari 45 menit, sedang akhir pengerasan tidak
lebih dari 10 jam.
SiO2 maksimum 2 %
pengikat gas-gas seperti SO2, H2S dan HF sehingga diperlukan batugamping yang
mempunyai kadar CaO yang tinggi, dimana batuan tersebut harus sarang dan keras.
Syarat batugamping/dolomit untuk bahan ini adalah :
a. Untuk batugamping CaO minimum 52 %, SiO2 maksimum 4 % (1,5 4 %),
Al2O3 + Fe2O3 maksium 3 %, MgO maksimum 3,5 %, Fe2O5 maksimum 0,65 %,
P maksimum 0,1 %.
b. Untuk dolomit syaratnya MgO 17 19 %, SiO2 maksimum 6 % dan Al2O3 +
Fe2O3 maksimum 3 %.
pertimbangan yang menentukan kelayakan suatu mineral untuk dapat ditambang, seperti
: letak geografi, teknologi penambangan, teknologi pemrosesan, kondisi sosial budaya
dan masalah lingkungan hidup dan lain lain. Mc. Kelvy (1973), menggambarkan
hubungan antara tingkat keekonomisan dengan
tingkat penyelidikannya dari yang paling kasar kepada yang lebih teliti, kita dapat
menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau infered (tereka),
indicated atau terunjuk dan terukur (measured). Sedangkan dari pandangan kelayakan
Mc. Kelvy membagi menjadi marginal (kurang layak), para marginal (tidak terlalu
ekonomis) dan ekonomis atau menguntungkan.
Apabila sumberdaya terunjuk telah diteliti dan ternyata layak untuk ditambang, maka
pada tingkatan tersebut baru berbicara tentang cadangan probable (terkira), sedangkan
apabila berbicara pada tingkat sumberdaya terukur dan studi kelayakan menunjukkan
ekonomis maka disebut dengan cadangan terbukti (proved). Bila dari studi kelayakan
ternyata penambangan bisa menguntungkan, tingkat sumberdaya tereka (infered) dapat
digolongkan sebagai cadangan tingkat mungkin (possoble), dan apabila datanya masih
umum atau data kasar hanya memungkinkan mineral tersebut digolongkan menjadi
sumberdaya ditemukan (discovered).
10
Cadangan Terkira
Cadangan
Sumberdaya
Mungkin
(Probable)
Terbukti (Proved)
(Discovered )
(Possible)
Sumberdaya
Sumberdaya
Sumberdaya
Sumberda
ya
Marginal Umum
(Measured)
Tereka (Infered)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
bentuk
bentang
alam
(morfologi)).
Sedangkan
metode
analisa
3.1.2.
13
seiring dengan adanya otonomi daerah, maka kabupaten Tapanuli Selatan melakukan
pemekaran daerah,
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Eksplorasi batugamping
Eksplorasi batugamping merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan
lapangan, pengambilan sampel dan kemudian dilakukan pemetaan geologi lapangan.
Tujuan dari eksplorasi geologi ini salah satunya adalah untuk mengetahui keberadan
batugamping, prosentase kimianya (kualitas), pola sebaran mineral tersebut yang
akhirnya dapat ditentukan pemanfaatannya berdasarkan komposisi kimia tersebut.
Pekerjaan yang dilakukan dalam tahapan eksplorasi/survey tersebut meliputi pemetaan
untuk mencari dan mendapatkan singkapan batuan, struktur dan target batugamping.
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui seberapa luas penyebaran endapan batugamping,
bentuk morfologi kemudian batas satuan batuan, jenis satuan batuan dan kondisi
dilapangan.
Pendiskripsian mengenai batugamping ini diawali dengan mengamati mengenai sifatsifat fisik batugamping dilapangan,
diperlukan untuk mengetahui kualitas dari batuan yang dimaksud sehingga dapat
ditentukan nantinya didalam skala peruntukannya, Sedangkan pembahasan mengenai
potensi pemanfaatan batugamping tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
mengenai pemanfaatan pada saat ini dan peluang pengembangan pemanfaatan
batugamping pada massa datang dengan mempertimbangkan fungsi dan kandungan
komposisi kimianya.
15
bagian dari
pegunungan bukit barisan, dengan elevasi tertinggi 1225 m diatas permukaan laut
terdapat pada dolok Parbalimbingan, Sianggunan, dan dolok Sitanggoru yang mengalir
sungai
16
4.1.2.Satuan batugamping
Satuan batugamping ini termasuk dalam group Tapanuli formasi Kuantan
yang
berumur Karbon Akhir sampai Permokarbon (Aldis, 1982). Anggota formasi batuan ini
adalah batugamping dicirkan data lapangan berwarna abu abu coklat muda,, tidak
keras dan bersifat kompak dengan struktur massif dengan tekstur kristalin, dengan
komposisi batuan adalah kalsit, pada batuan tersebut terdapat kekar (fracture) yang
telah terisi oleh mineral kalsit, bereaksi (berbuih) jika ditetesi larutan HCl 0,1 N.
Singkapan batugamping ini dapat diamati pada jalan lintas Sosopan-Sibuhua terutama di
daerah Sebab balik Jahe, Hutabaru, Sosopan dan Sosopan Julu.
pengamatan
secara
megaskopis
dilapangan
kemudian
dilakukan
warna. Pada daerah Hutabaru batugamping berwarna abu abu kemerahan, tekstur
klastik, berukuran kalsilutit, komposisi dominan karbonat/kalsit, tidak retas dan terdapat
fracture, beraksi dengan HCl 0,1 N bila ditetesi (foto 4.1). Kemudian pada daerah
Sianggunan berwarna abu abu kecoklatan dan lapuk, dengan tekstur klastik, dengan
komposisi dominan karbonat, bereaksi bila ditetesi larutan HCl dan terdapat frakture.
Secara umum hasil pengamatan megaskopis terhadap singkapan batugamping pada
daerah penelitian mempunyai sifat-sifat fisik sebagai berikut :
Warna segar : abu-abu kemerahan, abu abu hingga
coklat
-
Komposisi
: dominan karbonat
Tekstur
kalkarenit,
-
Struktur
18
4.1.4.Analisa Kimia
Pengujian analisa kimia batuan dilakukan sebanyak 7 (tujuh) sampel batuan yang terdiri
dari GMT-1.GMT-2, GMT-3, Geo-1, Geo-2, Geo-3, Geo-4. Analisis tersebut dilakukan
pada laboratorium kimia Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara Bandung (PPPTM Bandung) terlampir. Tujuan analisa kimia batugamping
dimaksudkan untuk mengetahui komposisi kimia/kualitas
batugamping yang
Kode
Sampel
GMT-1
GMT-2
GMT-3
Geo-1
Geo-2
Geo-3
Geo-4
CaO
54,1
54,4
53,8
54,5
54,3
52,6
53,4
LOI SiO2
43,2 0,12
43,1 0,1
42,6 0,58
43,2 0,025
43,4 0,32
41,9 1,92
42,0 0,42
Hasil
Al2O3
0,096
0,13
0,28
0,035
0,16
0,69
0,12
Analisis
Fe2O3
0,12
0,11
0,13
0,064
0,23
0,26
0,20
Kimia (%)
K2O
0,029
0,039
0,058
0,022
0,046
0,095
0,036
Na2O
0,041
0,064
0,057
0,054
0,056
0,07
0,054
MgO
0,53
0,31
0,31
0,37
0,72
0,58
0,046
TiO2
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
P2O5
tt
tt
tt
tt
tt
tt
tt
19
SO3
0,14
0,17
0,19
0,11
0,15
0,21
nihil
**
tt :tidak terdeteksi
(Fe2O3), Aluminium Trioxide (Al2O3), Silicon Dioxide (SiO2), Sodium Oxide (Na2O),
Potassium Oxide (K2O), merupakan unsure pengotor yang terdapat pada batugamping,
yang kehadirannya kurang diperlukan dalam pemanfaatan dan penggunaannya dalam
proses industry.
4.3.Pemanfaatan Batugamping
Pemanfaatan batugamping, dalam proses industri haruslah memenuhi beberapa
persyaratan yang salah satu parameter atau persyaratannya adalah dari parameter kimia
batuannya.
Berdasarkan
parameter
kimia
tersebut ada
delapan
pemanfataan
batugamping, yaitu untuk bahan semen, bahan bangunan, industri kaca, industri bata
silika, pembuatan karbit, peleburan dan pemurnian baja dan industri gula. Dimana
untuk masing-masing kegunaan, prosentase (%) kehadiran unsur maupun senyawa
kimia
monoksidanya (CaO).
20
sedangkan
ketebalan rata rata lapisan batugamping dipermukaan adalah 3,8 meter. Besar cadangan
(tonase) batugamping di lakukan dengan mengalikan total volume batugamping
terhadap densitas batugamping (2,65 ton/m3). Adanya factor koreksi 40% dalam
perhitungan cadangan dengan asumsi adanya control struktur, bentuk morfologi yang
tidak sama, sehingga ketebalan lapisan tidak merata. Berdasarkan data tersebut kita
dapat menghitung volume dan tonage dengan menggunakan formulasi setengah daerah
pengaruh:
21
(V) = S x T
Tonage = V x
Dimana
:
V
: volume (m3)
: kedalaman (ketebalan m)
Cadangan batugamping :
= 1 Ha; 10.000 m 2
= 5.347 Ha X 10.000 m
= 53.470.000 m2
= 53.470.000 X 3,8 m
= 113.346.000 m3
Volume batugamping = 113.346.000 X 2,65 = 290.366.900 m3 juta ton
Dengan factor koreksi 40%
= 290.366.900 m3 X 40% = 116.146.460. m3 juta ton
= 290.366.900 m3 116.146.460 m3 juta ton
Cadangan batugamping
Menurut Prajartoro (1992), untuk membuat satu (1) ton semen diperlukan bahan baku
padat dan air seluruhnya 2507,1 kg, dimana 63 % daripadanya adalah jumlah bahan
22
padatan, maka total kebutuhan bahan padatan adalah 63 % x 2507,1 kg = 1579,416 kg.
Seluruh bahan padatan tersebut 80 % daripadanya adalah batugamping dan dikurangi
dengan jumlah air yang dikandung dalam batugamping tersebut sebesar 4,5 %.
Selanjutnya kebutuahan bahan baku batugamping dapat dicari dengan perhitungan :
(100 % - 4,5 %) x 80 % = 76,40 %, dan berat total kering setelah dikurangi kadar air
adalah sebesar 92,85 %.
Berdasarkan perhitungan tersebut, selanjutnya dapat dicari jumlah batugamping yang
diperlukan untuk membuat satu (1) ton semen adalah = (76,40 % / 92,85 %) x
1579,416 kg = 1.229,595 kg. Bila di bulatkan, maka jumlah batugamping yang
diperlukan untuk membuat satu (1) ton semen adalah 1.230 ton. Secara umum untuk
industri semen yang besar, jumlah minimum produksi semen yang dihasilkan pertahun
adalah 2 juta ton. Namun ada juga industri semen yang produksi semen pertahunnya
hanya 750.000 ton.
batugamping sebesar 2,46 ton ( 1.230 ton x 2 juta ton ). Bila cadangan batugamping
daerah penelitian
23
BAB V
KESIMPULAN
Dikecamatan Sosopan Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara terdapat
bahan galian industri batugamping yang belum dikelola dan di manfaatkan
secara baik dan optimal. Berdasarkan hasil analsis kimia batugamping terhadap
tujuh sampel GMT-1, GMT-2, GMT-3, GMT-4, Geo-1, Geo-2 dan Geo-3
didapatkan kandungan unsur rata rata CaO 53,87%, MgO 0,4 %, dengan jumlah
cadangan hipotetik 174.220.440 m3 juta ton. Hadirnya unsur Fe2O2, Al2O3,
Na2O, SiO2, pada batuan tersebut sebagai unsur pengotor yang kehadiranya
tidak diperlukan dalam proses industri (diminimalisir). Hasil analisis tersebut
menunjukan batuan yang terdapat didaerah penelitian merupakan batugamping
dengan komposisi mineral adalah kalsit (CaCO3), sifat fisik berwarna abu abu
kemerahan,
tekstur
klastik,
berukuran
kalsilutit,
komposisi
dominan
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Aldiss D.T at al, 1983, Peta Geologi Lembar Padangsidempuan dan Sibolga, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Direktorat Jendral
Pertambangan Umum dan Departemen Pertambangan dan Energi,
Bandung.
Adjat Sudradjat., 1991. The Strategy of Mineral Exploration in Indonesia Toward The
Year 2000. IMA, Bandung.
Albertus Prajartoro, 1992, Penelitian Geologi dalam Industri Semen, Majalah
Mahasiswa Teknik Geologi Nebula No.16-1992 HMTG UGM,
Yokyakarta.
Blunden S.J.,Cusack P.A.1985, The Industrial Uses of tin Chemicals, The Royal
Society of Chemical
Supriatna Suhala dan M.Arifin, 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), Bandung
24