0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan8 halaman
Penelitian geokimia Gunung Slamet tahun 2012 meliputi pengambilan dan analisis sampel gas, air, dan batuan di sekitar gunung api. Hasil analisis gas solfatara di kawah gunung menunjukkan komposisi utama H2O, CO2, SO2, dan H2S. Suhu solfatara berkisar 86-230°C. Air panas di sekitar gunung bersifat bikarbonat dengan pengaruh kecil dari fluida magmatik. Batuan produk letusan berkomposisi
Penelitian geokimia Gunung Slamet tahun 2012 meliputi pengambilan dan analisis sampel gas, air, dan batuan di sekitar gunung api. Hasil analisis gas solfatara di kawah gunung menunjukkan komposisi utama H2O, CO2, SO2, dan H2S. Suhu solfatara berkisar 86-230°C. Air panas di sekitar gunung bersifat bikarbonat dengan pengaruh kecil dari fluida magmatik. Batuan produk letusan berkomposisi
Penelitian geokimia Gunung Slamet tahun 2012 meliputi pengambilan dan analisis sampel gas, air, dan batuan di sekitar gunung api. Hasil analisis gas solfatara di kawah gunung menunjukkan komposisi utama H2O, CO2, SO2, dan H2S. Suhu solfatara berkisar 86-230°C. Air panas di sekitar gunung bersifat bikarbonat dengan pengaruh kecil dari fluida magmatik. Batuan produk letusan berkomposisi
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Jl. Cendana 15 Yogyakarta
Abstrak Gunung Slamet (3432 m dpl) merupakan gunung api strato yang masuk dalam kategori gunung api tipe A. Gunung api ini memiliki manifestasi vulkanik mulai dari kawah di puncak gunung hingga mata air panas yang berada di sekitar Gunung Slamet. Solfatara Kawah Gunung Slamet memiliki temperatur berkisar antara 86 o C hingga 230 o C. Komposisi gas terbesar pada solfatara di Kawah Gunung Slamet adalah H 2 O diikuti oleh CO 2 , H 2 S, SO 2 , dan NH 3. Batuan produk letusan Gunung Slamet merupakan batuan basaltik hingga andesit dengan komposisi SiO 2 antara 51,66% hingga 58,67%. Mata air panas di sekitar Gunung Slamet merupakan mata air tanah dangkal maupun air permukaan yang ditandai dengan tipe bikarbonat dan kadar magnesium yang relatif besar. Mata air panas ini mendapat pengaruh yang kecil dari fluida maupun gas-gas magmatik.
Abstract Mount Slamet (3432 m dpl) is stratovolcano which is classified into A type volcano. It has many volcanism manifestations such as solfatara and fumarole in the crater and hot springs around of Mount Slamet. The temperature of solfatara at the crater is 86 o C until 230 o C. Major gas composition on the solfatara is H 2 O and followed by CO 2 , H 2 S, SO 2 , dan NH 3 . The rocks from erupsion product of Mount Slamet categorized as basaltic to andesitic rock with concentration of SiO 2 51.66% to 58.67% weight. Hot Springs around it is immature & peripheral water which indicated as bicarbonate type and higher magnesium concentration. This hot springs get small influence of magmatic gas.
Pendahuluan Gunung Slamet terletak pada koordinat geografis 7 o 14,30 LS dan 109 o 12,30 BT. Secara administrasi gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Jawa. Gunung api strato yang memiliki ketinggian sekitar 3432 m di atas permukaan laut ini termasuk dalam kategori gunung api tipe A, yaitu gunung api yang pernah beberapa kali meletus berdasarkan catatan sejarah setelah tahun 1600-an. Gunung Slamet memiliki kawah pada puncaknya yang masih aktif. Catatan sejarah letusan gunung ini dari tahun 1772 hingga saat ini, cirinya adalah letusan abu dengan mengeluarkan lava pijar. Selang antar dua letusan juga relatif pendek, satu hingga hanya beberapa puluh tahun (Direktorat Vulkanologi, 1979). Siklus letusan yang relatif pendek tersebut menjadikan kajian Geokimia Gunung Slamet menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. Kajian ini meliputi kajian geokimia gas vulkanik, air panas, dan batuan beku. Gas vulkanik adalah bagian yang fundamental dari aktivitas vulkanik. Mulai dari emisi dramatis uap asam yang dikeluarkan oleh gunung api yang sangat aktif sampai gas tak tampak, carbon dioksida yang melewati tanah. Gas vulkanik memberikan gambaran karakter dari suatu gunung api. Secara umun peningkatan gas vulkanik seiring dengan peningkatan aktivitas gunung api (Delmelle, P. & Stix, John., 2000) Mata air panas terbentuk dari aktivitas sumber panas dari magma yang ada di dalam bumi. Mata air panas dapat berupa air tanah yang semata-mata hanya mendapat pemanasan secara konduksi, namun bisa juga adanya gas dan fluida magma yang terlarut di dalamnya. Batuan, sebagai produk letusan gunung api dapat memberikan gambaran mengenai sejarah dan tipe letusan suatu gunung api berdasarkan komposisi geokimia batuan tersebut.
Metode Penelitian Metodologi penyelidikan mencakup penyiapan peralatan dan bahan lapangan, penyiapan peralatan (instrumen) dan bahan kimia laboratorium, metode sampling gas, air, dan batuan di lapangan, serta metode analisis di laboratorium. Metoda sampling diawali dengan penentuan titik lokasi. Pengambilan sampel gas, air, Halaman 2 dari 8
dan batuan dilakukan pada titik lokasi yang baik dan representatif. Kemudian dilakukan pengukuran parameter fisik di lapangan yang meliputi pengukuran temperatur udara dan solfatara (sampling gas); pengukuran temperatur udara, air, derajat keasaman (pH) air, pemeriksaan warna, bau, dan rasa (sampling air). Proses pengambilan sampel gas dilakukan dengan metode Giggenbach. Proses pengambilan sampel air dilakukan dengan metode konvensional melalui tahapan pengambilan, penyaringan, pengasaman, dan penyimpanan dalam botol polietilen. Sedangkan pengambilan sampel batuan dilakukan terhadap batuan yang representatif. Sampling dengan metode Giggenbach dilakukan dengan menggunakan tabung vakum yang telah diisi dengan larutan NaOH 4N. Gas-gas yang masuk ke tabung ada yang bereaksi dan terlarut ke dalam larutan NaOH namun ada juga gas innert yang tidak bereaksi dengan larutan NaOH. Gas-gas yang terlarut dalam NaOH tersebut meliputi gas HCl, CO 2 , SO 2 , H 2 S, NH 3 , HF, dan H 2 O. Sedangkan gas yang bersifat innert terdiri dari H 2 , He, O 2 , N 2 , CH 4 , dan CO.
Gambar 1. Skema Sampling Gas Metode Giggenbach 1
1 https://gbank.gsj.jp/volcano/AV/vr/sij/pic/077.html Halaman 3 dari 8
Pemilihan metode Giggenbach didasarkan pada pertimbangan dimana dalam satu kali sampling dapat digunakan untuk menganalisis berbagai macam gas tersebut di atas. Sampling gas harus dilakukan pada solfatara yang memiliki suhu tertinggi di area tersebut. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan terjadinya kondensasi dari gas yang memiliki titik didih tinggi, seperti uap air (H 2 O). Pada sampling gas, pipa silika untuk sampling tersebut dibungkus dengan pipa yang terbuat dari titanium untuk menjamin temperatur gas di dalam pipa tetap panas, sehingga kondensasi dapat diminimalkan. Analisis sampel gas di laboratorium dilakukan dengan kromatografi gas untuk gas-gas yang bersifat inert (H 2 , He, O 2 , N 2 , CH 4 , dan CO). Sedangkan gas-gas yang terlarut dalam NaOH menggunakan spektrofotometri (SO 2 dan NH 3 ) dan volumetri (CO 2 , H 2 S, dan HCl,). Analisis sampel air di laboratorium meliputi unsur- unsur/senyawa mayor seperti Na, K, Li, Ca, Mg, Fe, NH 3 , HCO 3 - , Cl, SO 4 2- , B, dan SiO 2 dilakukan dengan metode spektrofotometri, volumetrik, dan elektroanalisis (pHmetri dan konduktometri). Sedangkan analisis sampel batuan di laboratorium dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri (visibel dan AAS).
Kimia Gas di Kawah Gunung Slamet Kawah Gunung Slamet merupakan area di puncak Gunung Slamet dengan luas sekitar 12 ha atau 120.000 m 2 . Di kawah ini terlihat manifestasi vulkanik berupa solfatara yang besar, seperti terlihat pada gambar 2. Dari pengukuran temperatur solfatara di sisi sebelah utara kawah terukur suhu yang bervariasi antara 86- 230 0 C.
Gambar 2. Kondisi di Kawah Gunung Slamet Sampling gas dilakukan pada beberapa titik solfatara yang memiliki temperatur yang tinggi. Tabel 1 memperlihatkan pengukuran temperatur dan hasil analisis kimia gas di Kawah Gunung Slamet. Dari data pada tabel 1 terlihat bahwa sampel 2 memiliki perbedaan yang sangat signifikan dari yang lainnya. Pada sampel 2 ini kadar O 2 dan N 2 sangat besar sedangkan kadar H 2 O sangat kecil. Hal ini disebabkan temperatur dan tekanan solfatara yang rendah sehingga gas-gas yang keluar dari solfatara tidak bisa masuk ke dalam tabung secara optimal, misalkan terjadi kondensasi uap air sebelum masuk tabung Giggenbach.Tekanan sumber yang rendah juga secara tidak langsung menyebabkan peluang kontaminasi udara atmosfer menjadi semakin besar, yang tampak pada kadar O 2 dan N 2 yang sangat besar. Kontaminasi udara atmosfer juga kemungkinan terjadi pula pada sampel Slamet 3. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kadar O 2 dan N 2 yang masih cukup besar dibandingkan dengan sampel Slamet 1, 4, dan 5. Sehingga dari kelima sampel gas tersebut, sampel Slamet 1, 4, dan 5 merupakan sampel yang paling representatif.
Tabel 1. Hasil analisis sampel gas solfatara Kawah Gunung Slamet (dalam % mol) Unsur Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Tu* 19 19 19 19 19 Tg** 130.10 86,50 206,60 216,00 230,00 He ttd 0,04 0,09 ttd 0,03 H 2 0,05 ttd ttd 0,09 ttd O 2 + Ar ttd 18,72 1,53 ttd 0,00 N 2 0,08 32,31 4,20 0,07 0,08 CH 4 ttd 0,07 ttd ttd ttd CO ttd ttd ttd ttd ttd CO 2 6,23 42,02 2,30 5,73 5,36 SO 2 0,82 ttd ttd 0,89 0,80 H 2 S 0,35 ttd 0,70 0,21 0,29 HCl ttd ttd ttd ttd ttd NH 3 0,34 0,42 0,03 0,35 0,54 H 2 O 92,13 6,41 91,15 92,65 92,89 Halaman 4 dari 8
Lokasi S 7 o 1424.8 E109 o 1252.8 S 7 o 1431.9 E109 o 1246.2 S 7 o 1425.2 E109 o 1252.7 S 7 o 1424.9 E109 o 252.7 S 7 o 1424.9 E109 o 1252.6 * ) temperatur udara ( o C), ** ) temperatur solfatara ( o C)
Hasil analisis gas di solfatara Kawah Gunung Slamet pada penyelidikan ini maupun penyelidikan sebelumnya, karakteristik gas vulkanik Gunung Slamet ini dicirikan dengan komposisi gas yang terdiri dari CO 2 , SO 2 , H 2 S, dan uap air. Gas HCl pernah teramati pada sampling bulan Mei 1996, namun pada sampling setelahnya, yakni Januari 2009 dan Oktober 2012 sudah tidak terdeteksi. Karakter lain adalah kadar gas SO 2
yang lebih besar dari pada H 2 S. Di kedalaman SO 2 dan H 2 S berada dalam kesetimbangan reaksi sebagai berikut: SO 2 + 3H 2 H 2 S + 2H 2 O Model termodinamika mengindikasikan bahwa reaksi akan bergeser ke sebelah kanan pada tekanan yang tinggi (seperti degassing magma pada kedalaman), sehingga komposisi H 2 S akan lebih dominan dari pada SO 2 . Sebaliknya, gas panas dari magma yang keluar dari tempat yang lebih dangkal akan cenderung didominasi oleh SO 2 . Kandungan gas SO 2 yang dominan pada magma yang dangkal ini tentu saja karena semakin mendekati atmosfer, semakin meningkatnya komposisi H 2 O dan O 2 yang menyebabkan reaksi bergeser ke arah kiri (Delmelle, P. & Stix, John., 2000). Pada Januari 2009, ketika terjadi kenaikan aktivitas, sebelum Gunung Slamet meletus, terjadi suplai magma dari kedalaman menuju kantong magma yang terletak dekat dengan permukaan.Temperatur solfatara pada saat itu terukur 701 o C. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan rasio SO 2 /H 2 S. Pada bulan Oktober 2012, ketika aktivitas vulkanik Gunung Slamet normal, tidak ada suplai magma ke kantong magma yang lebih dangkal, sehingga rasio SO 2 /H 2 S menurun.
Tabel 2. Perbandingan gas beberapa tahun terakhir gas 09A 09B 12A 12B 12C 12D SO 2 / H 2 S 16.29 53 2.34 ~ 0 4.24 2.76 CO 2 / H 2 O 0.04 0.04 0.07 0.02 0.06 0.06 09A & 09B: tahun 2009, 12A-12D: tahun 2012
Gambar 3. Grafik komposisi gas beberapa tahun terakhir
Melihat komposisi kimia gas dan temperatur di permukaannya, maka solfatara Kawah Gunung Slamet ini dikelompokkan ke dalam gas vulkanik temperatur rendah. Hal ini terlihat pada kontribusi gas-gas magmatik seperti gas SO 2 , HCl, dan HF hadir dalam jumlah yang sangat kecil. Sementara itu gas CO 2 terdapat dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan gas-gas lainnya, hal ini sangat umum terjadi pada gas bertemperatur rendah.
Geokimia Batuan Gunung Slamet Batuan gunung api dapat memberikan gambaran mengenai sejarah dan tipe letusan Gunung Slamet berdasarkan komposisi geokimia batuan tersebut. Tipe batuan yang diambil adalah batuan beku yang merupakan manifestasi aktivitas magmatik yang terbawa dan membeku ke permukaan. Analisis batuan ini menjadi sangat penting dalam interpretasi tipe letusan yang pernah terjadi. Tabel 3 memperlihatkan hasil analisis kimia batuan Gunung Slamet. Tabel 3. Hasil analisis batuan Gunung Slamet (dalam % w/w) Halaman 5 dari 8
Senyawa Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 SiO 2 54,73 51,66 56,12 58,57 Al 2 O 3 17,21 17,04 17,14 15,72 Fe 2 O 3 8,86 10,26 9,66 9,08 CaO 6,31 6,10 6,35 6,00 MgO 2,67 4,21 4,22 3,58 Na 2 O 3,07 3,04 3,39 2,76 K 2 O 1,33 1,23 1,34 1,43 MnO 0,11 0,16 0,16 0,15 TiO 2 1,11 1,20 1,13 1,16 P 2 O 5 0,35 0,34 0,34 0,34 H 2 O 0,33 0,34 0,15 0,28 HD 3,72 4,42 0,00 0,97 Posisi S7 0 1425.2 E109 0 1252.1 S7 0 1430.8 E109 0 1245.3 S7 0 1431.9 E109 0 1246.2 S7 0 1432.0 E109 0 1232.7 Klasifikasi Berdasarkan total alkali-silika, batuan yang di sampling bervariasi dari basaltik hingga andesit. Sampel batu-2 merupakan batuan bertipe basaltik, sampel batu-1 dan 3 merupakan batuan basaltik- andesit, sedangkan sampel batu-4 merupakan batuan andesit. Tipe batuan dari keempat sampel batu Gunung Slamet dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Tipe batuan sampel Gunung Slamet, klasifikasi berdasar total alkali-silika (Le Bass, dkk, 1986)
Menurut Neuman van Padang (1951) dan Whitford (1975), kedalaman magma asal dapat diprediksi berdasarkan komposisi SiO 2 dan K 2 O dalam batuan. Persamaan dalam penentuan kedalaman magma asal ini berlaku untuk batuan yang bersifat andesit basaltik dan andesit dimana kandungan silikanya sebesar 52 % - 63 %. H (km) = 320 (3.65 x % SiO 2 ) + (25.52 x % K 2 O) Dari rumus tersebut, dapat dihitung secara rata-rata kedalaman magma asal Gunung Slamet sekitar 153 km di bawah permukaan bumi.
Geokimia Air Gunung Slamet Mata air panas terbentuk dari hasil pemanasan air tanah yang ada di dalam bumi. Pemanasan ini dapat terjadi oleh magma yang sudah mendingin maupun masih aktif yang lokasinya dekat dengan sumber air tersebut. Pemanasan ini dapat terjadi semata-mata kerena proses konduksi batuan yang menutup magma tersebut. Sumber mata air panas juga dapat terjadi karena pengaruh fluida (baik gas maupun cairan) magmatik yang menerobos celah-celah batuan dan bercampur dengan air tanah maupun permukaan. Sehingga air tersebut memiliki kandungan ion maupun gas yang berasal dari gas magmatik. Dengan pengkajian aspek geokimia air kita dapat memprediksi tipe mata air panas tersebut dan asal- usulnya. Komposisi kimia dalam mata air panas tersebut merupakan suatu sidik jari asal-usul air dan kaitannya dengan aktivitas vulkanik. Gunung Slamet merupakan gunung api aktif di Indonesia yang mempunyai banyak manifestasi vulkanisme di Gunung Slamet maupun daerah di sekitarnya. Di sekitar Gunung Slamet ini banyak ditemukan sumber mata air panas, yang oleh karenanya kawasan di sekitar Gunung Slamet ini banyak dijadikan sebagai tempat wisata mata air panas. Mata air panas (MAP) yang terdapat di kawasan Gunung Slamet ini antara lain Halaman 6 dari 8
terlihat pada tabel 4. Lokasi, hasil pengukuran lapangan dan analisis kimia mata air panas tersebut dapat dilihat pada tabel 4. Untuk mempelajari tipe air dan genesis dari air dari berbagai lokasi pengambilan sampel tersebut, maka kita dapat membuat diagram segitiga terner SO 4 -Cl-HCO 3 dari data yang disajikan pada tabel 4. Sedangkan diagram terner system Na-10K-1000Mg dapat digunakan untuk melengkapi data diagram SO 4 -Cl-HCO 3.
Gambar 5. Diagram Terner Sintem Cl-SO4-HCO3 (kode sampel pada tabel 4) Halaman 7 dari 8
Tabel 4. Hasil analisis kimia mata air panas dan mata air dingin di Gunung Slamet Senyawa / Unsur MAP Pengasihan MAP. Kesepuhan MAD Guci Air terjun MAP Gua Guci MAP Pancuran 13 Guci MAP Sendang sari P5 MAP Sikaya (dkt air terjun) MAP Pancuran 3 Baturaden MAD Pancuran 3 Batu raden MAP Pancuran 7 Baturaden Kode: A B C D E F G H I J SiO 2 97,50 132,10 73,56 88,92 101,20 99,00 152,10 134,00 54,41 150,80 Al ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd ttd Fe 0,19 0,12 0,10 ttd ttd ttd 0,12 4,12 ttd 5,35 Ca 55,40 50,60 33,12 46,18 45,35 41,37 49,51 246,00 36,54 275,90 Mg 38,40 40,90 12,96 23,60 20,79 20,09 33,80 168,00 18,46 124,50 Na 176,40 144,95 39,36 96,30 105,30 105,20 184,90 490,00 45,08 496,00 K 67,19 71,17 21,94 38,93 53,61 55,87 71,54 97,87 20,35 97,31 Mn ttd 0,24 ttd ttd ttd ttd 0,07 0,30 ttd 0,26 NH 3 4,07 8,18 4,53 4,13 3,53 4,07 2,80 2,31 3,67 1,60 Cl 234,93 79,46 51,82 62,19 86,37 68,29 92,55 749,70 114,01 746,24 SO 4 66,51 73,49 21,98 33,49 34,41 34,19 67,91 588,37 44,42 570,93 HCO 3 541,37 593,70 192,13 341,45 396,67 384,39 526,58 718,28 110,52 758,90 H 2 S ttd ttd ttd 2,74 1,36 2,74 ttd ttd 4,78 2,05 B 5,83 4,24 6,89 1,06 2,65 1,80 3,29 1,64 1,06 5,30 Li ttd 0,06 ttd ttd ttd ttd 0,16 0,59 ttd 0,67 PH lab. 7,26 7,07 7,43 6,23 6,34 6,37 6,87 6,27 6,76 7,01 DHL, 400 400 2300 1400 1100 1100 400 1400 1400 1700 Posisi GPS S7 o 120.2 E109 o 0946 S7 o 1159.3 E109 o 0944.4 S07 0 1158.6 E109 0 0952.5 S07 0 1158.6 E109 0 0952.5 S07 0 1156.8 E109 0 0952.2 S07 0 1331.0 E109 0 0905.7 S7 o 1133.3 E109 o 0939. 8 S7 o 1835.4 E109 o 1334.2 - S7 o 1837.6 E109 o 1304.8 Tudara 22,5 27 20.1 20.1 22.1 24.3 31,5 29,4 - 30,3 Tair 43,8 56,7 17.9 34.7-37.8 40.5-40.9 39.6 61,7 46,5 - 51,1 Elevasi - - 1175 1175 1229 1222 - - - 771
Halaman 8 dari 8
Berdasarkan diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3 di atas, hampir semua Mata Air Panas di Gunung Slamet merupakan tipe bikarbonat. Hal ini diperkuat dengan diagram segitiga Na-10K-1000Mg, dimana semua sampel termasuk dalam kategori immature water dan berasal dari air tanah dangkal maupun air permukaan yang terpanaskan secara konduksi oleh magma yang ada di dalam. Sedangkan untuk Mata Air Panas di Pancuran tiga dan tujuh (H & J), didominasi oleh ion HCO 3 - dan Cl - dengan kandungan ion SO 4 2- yang cukup banyak. Mata air panas ini merupakan campuran air tanah dangkal maupun air permukaan dengan sedikit pengaruh dari gas vulkanik (SO 4 2- ) yang berhasil menerobos melalui celah-celah batuan. Pengaruh gas vulkanik ini sangat kecil sehingga terlihat pada diagram Cl-SO 4 -HCO 3 sampel H maupun J tidak terletak pada daerah volcanic water. Data mata air panas tersebut, mengindikasikan bahwa kemungkinan kantong magma di Gunung Slamet ini masih berada di lokasi yang cukup dalam atau komposisi batuan penyusunnya cukup solid sehingga fluida magmatik memiliki pengaruh yang kecil terhadap air tanah di sekitarnya.
Gambar 6. Diagram terner Na-10K-1000Mg (Kode A-J, semua berada di sudut 1000Mg)
KESIMPULAN Telah dilakukan penyelidikan geokimia terhadap Gunung Slamet, Jawa Tengah. Penyelidikan meliputi pengamatan dan pengukuran di lapangan serta pengambilan sampel baik gas di solfatara Kawah Gunung Slamet, batuan beku produk letusan, maupun sampel air panas yang diperkirakan merupakan manifestasi vulkanik Gunung Slamet ini. Dari hasil analisis kimia menunjukkan bahwa batuan produk letusan Gunung Slamet umumnya basaltik- andesit. Air yang keluar sebagai mata air panas di sekitar Gunung Slamet umumnya air tanah dangkal atau air permukaan yang ditandai dengan tingginya kadar HCO 3 - . Sedangkan dari analisis gas menunjukkan bahwa karakteristik gas vulkanik Gunung Slamet ini dicirikan dengan komposisi gas yang terdiri dari CO 2 , SO 2 , H 2 S dan uap air. Geokimia merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam vulkanologi. Kajian geokimia tersebut dapat digunakan sebagai parameter pemantauan aktivitas gunung api aktif.
DAFTAR PUSTAKA Data-data Lapangan Data-data Dasar Gunung Indonesia, Direktorat Vulkanologi: Bandung 1979 Delmelle, P. & Stix, John., 2000, Encyclopedia of Volcanoes: Volcanic Gases, Academic Press, p.805 https://gbank.gsj.jp/volcano/AV/vr/sij/pic/077.html http://nationalgeographic.co.id Le Bas,M.J., Le Maitre,R.W.,Streckeisen, A. & Zanettin,B., 1986. A Chemical Classification of Volcanic Rocks Based on The Total Alkali-Silica Diagram. Journal of Petrology.Oxford. Vol. 27, p.745-750. Neumann van Padang, M., 1951, Catalogue of the active volcanoes of the world including solfatara fields, Part 1, Internat. Volc. Assoc., Napoli, 271 p. Whitford, D.J., 1975, Geochemistry and Petrology of Volcanic Rocks From Sunda Arc, Indonesia. Ph.D Thesis (unpubl). Australia National University.