Anda di halaman 1dari 1

Fadila anggraini (1102007105)

Di Itali, G. Bianchini, direktur dari Institut Hukum Kedokteran Universitas Bari menulis
sebuah kontribusi terhadap studi praktis dan eksperimental terhadap fauna pada mayat pada 1929.
Laporan kasus milik Bianchini berhubungan dengan mayat anak usia 4 tahun terdapat lesi kulit pada
telinga, lengan, area perut, dan bagian atas paha yang telah mengering. Arthropoda yang terkumpul
dari tubuh mayat tersebut tungau, kalajengking sangat kecil, kumbang kecil dan semut. Identifikasi
semut-semut dilakukan oleh professor Carlo Minozzi dan setelah eksperimentasi lanjut, Bianchini
menyimpulkan bahwa lesi yang timbul akibat semut dari spesies yang sama seperti yang ditemukan
pada mayat dalam kurun waktu 24 jam. Laporan kasus dari Raimoni dan Rossi berhubungan dengan
pengaruh dari Gammarus pulex, sebuah crustacea air tawar, pada mayat, dapat menghasilkan
sejumlah besar lesi seperti jarum dan disimpulkan bahwa tubuh tersebut telah disimpan dalam
penampung air tawar.
Satu-satunya laporan kasus selama tahun 1930an berasal dari Josef Holzer, pemeriksa medis
dari institut Hukum kedokteran di Innsbruck, Austria. Ia menginvestigasi tipe kerusakan yang
diakibakan oleh lalat caddis yang memakan mayat yang terendam di air tawar. Kasus aktual dari
April 1937, ia menemukan lalat-caddis telah merusak seluruh lapisan kuli paha hingga batas bawah
dari sepasang celana serta sebagian besar kulit wajah. Pada saat itu akhir musim dingin/awal musm
semi dengan temperatur yang rendah dan disana sudah jelas tidak ada lalat belatung yang muncul.
Oleh karena itu, ia mengumpulkan lalat-caddis dari tubuh mayat yang terendam air dan
meletakkannya dalam 3 akarium yang terdapat sebuah janin gugur, tikus dan marmut secara
berurut-turut. Selama melakukannya, ia menunjukkan bahwa lalat-caddis merupakan penyebab lesi
yang ditemukan pada si anak.
K. Walcher dari Institut Hukum Kedokteran di Munich juga melaporkan bahwa ia
menenmukan belatung memasuki spongiosa dari tulang panjang mencapai sumsum tulang
(keadaan: bunuh diri, postmortem interval 100 hari diluar). Selama kerangka utuh, ia menyatakan
bahwa binatang tersebut merayap melalui Foramina nutritia, celah kecil pada tulang yang
memungkinkan pembuluh darah dan saraf untuk masuk ke tulang.

Anda mungkin juga menyukai