Disusun Oleh:
SHEVIRA PURNAMA DEWI
( 3311121105 )
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2013 / 2014
Kata Pengantar
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas Obat.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dan mahaiswamahasiswi yang lain dari makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Cimahi, 11 Juni 2013
Penyusun
Shevira Purnama Dewi
Daftar Isi
1. BAB I
2. BAB II
3. BAB III
10
4. Kesimpulan
11
5. Daftar Pustaka
12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu sediaan berada dalam batas spesifikasi
yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas,
kualitas, kekuatan, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat dan kesmetika yang stabil
merupakan sediaan yang masih berada pada batas yang dapat diterima selama periode
penyimpanan dan penggunaan dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang
dimilikinya saat dibuat. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan
dan memberikan dampak negatif bagi pasien. Sebagai seorang farmasis, perlu dipelajari dan
diketahui tentang pengujian stabilitas serta hal-hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan suatu obat sehingga dapat diformulasikan suatu obat yang benar-benar stabil.
Karena obat tidak selamanya stabil, adakalanya obat akan mengalami kerusakan sebelum
dikonsumsi, tergantung dari sediaan farmasinya seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor
lingkungan seperti sifat kimia obat dan faktor-faktor lingkungan khususnya suhu atau
temperatur.
Penjelasan diatas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya kita mengetahui pada
keadaan yang bagaiman suatu obat tersebut aman dapat tahan atau bertahan lama, sehingga
obat tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat
tersebut.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud stabilitas obat?
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap stabilitas obat?
I.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian stabilitas obat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap stabilitas obat
BAB II
Tinjauan Pustaka
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia.
Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan
( Connors,et al.,1986).
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan
katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi.
Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).
Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang
berkhasiat. Bila suau obat stabil artinya dalam waktu relative lama, obat akan berada dalam
keadaan semula, tidak berubah atau bila berubah masuh dalam batas yang diperbolehkan oleh
peryaratan tertentu. Batas kadar obat masih bersisa 90% keatas masih dapat digunakan, tetapi
bila kadarny kurang dari 90% tidak dapat digunakan lagi atau disebut sebagai sub standar
waktu diperlukan sehingga obat tinggal 90% disebut umur obat (Anonim : 2005).
Apabila bentuk sediaan dari suatu obat diubah, (misalnya dengan dilarutkan dalam
suatu cairan, diserbuk atau pun ditambahkan bahan-bahan penolong lain), atau juga
dilakukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan dari obat itu sendiri yaitu misalnya dengan
mengubah-ubah kondisi penyimpanannya dan lain sebagainya, maka dengan demikian
stabilitas obat yang bersangkutan mungkijn juga akan terpengaruh (Howard : 1989).
Terjadinya dekomposisi obat akibat hidrolisis atau solvolisis dari sediaan farmasi cair
adalah adalah hal yang umum terjadi karena kelembaban atau pelarut yang digunakan.
Gugus-gugus fungsional tertentu memudahkan terjadinya reaksi tersebut (Parrot,1970).
Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan untuk
dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi
penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan,
perubahan berat, adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).
Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi (bahan aktif),
kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dan lainnya). Stabilitas
mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi,
dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957 : 73). Adapun efek-efek tidak diinginkan
yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya
konsentrasi zat aktif, bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya
status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional,
serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 8).
Penerapan prinsip fisika kimia tertentu pada pelaksanaan pengkajian stabilitas telah
terbukti sangat mengntungkan pengambangan sediaan stabil. Hanya pendekatan itu yang
memungkinkan pemamfaatan data yang diperoleh dari penyimpanan dalam kondisi yang
melebihi keadaan normal secara tepat dan memadai, untuk maksud meramalkan stablitas
pada penyimpanan normal selama jangka waktu yang lama. Sangat penting bagi produsen
dari produk baru pada penyimpanan normal dari data penyimpanan dipercepat, dikarenakan
keuntungan ekonomis besar yang diperoleh dari pemasaran produk baru secepat mungkin
setelah formulasinya selesai (Connors : 1994).
Ada lima jenis stabilitas yang umum dikenal, yaitu :
1.
Stabilitas Kimia, tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensiasi yang
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang tertera. Zat antimikroba yang ada
mempertahankan efektifitas dalam batas yang ditetapkan.
4.
Stabilitas Farmakologi, efek terapi tidak berubah selama usia guna sediaan.
5.
Stabilitas Toksikologi, tidak terjadi peningkatan bermakna dalam toksisitas selama usia
guna sediaan.
Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk mempertahanakan
integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum pada etiket dalam batas waktu yang
ditentukan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Kimia
1.
Hidrolisis
2.
Epimerisasi
3.
Dekarboksilasi
4.
Dehidrasi
5.
Oksidasi
6.
Dekomposisi fotokimia
7.
Kekuatan Ion
8.
Perubahan Nilai pH
9.
Interionik
Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap kenaikan
10C. Pengaruh temperature terhadap laju ini diberikan dengan persamaan yang pertama kali
dikemukakan oleh Arrhineus.
k = Ae-Ea/RT
atau
log k = log A
Ea
. 1
2,303
RT
Dimana laju spesifik, A adalah konstanta yang disebut faktor frekuensi, Ea adalah
energi aktifasi R adalah konstanta gas, 1,987 kalori/derajat mol, dan T adalah temperature
absolute. Konstanta itu dapat dicari dengan menentukan k pada berbagai temperature dan
memplot 1/T terhadap log k.
Stabilitas Fisika
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu produk yang
tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh dari perubahan fisika antara lain : migrasi
(perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan bau, perubahan tekstur atau penampilan.
Evaluasi dari uji stabilitas fisika meliputi : pemeriksaan organoleptik, homogenitas, ph, bobot
jenis.
Kriteria stabilitas fisika meliputi: warna, bau, rasa, tekstur, bentuk sediaan,
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, suhu, disolusi, kekentalan, bobot jenis dan
visikositas.
Sifat fisik meliputi hubungan tertentu antara molekul dengan bentuk energi yang telah
ditentukan dengan baik atau pengukuran perbandingan standar luar lainnya. Dengan
menghubungkan sifat fisik tertentu dengan sifat kimia dari molekul-molekul yang
hubungannya sangat dekat, kesimpulannya adalah :
memberikan keterangan untuk sifat kimia atau fisik relatif dari sebuah molekul
memberikan metode untuk analisis kualitatif dan kuantitatif untuk suatu zat farmasi
tertentu.
Kestabilan Fisika
1.
Suhu
antara 8 dan 15 C.
Tempat pembeku adalah ruang pendingin yang suhunya diatur antara -20 dan -10 C.
Suhu Kamar Terkendali adalah suhu yang dipertahankan secara termostatik antara 15-
30 C.
degradasi secara fisik maka label yang disertakan pada kemasan harus memuat peringatan
yang sesuai untuk mencegah produk tersebut dibekukan. Kemasan bulk tidak memerlukan
persyaratan penyimpanan bila produk tersebut segera dipakai atau akan dikemas ulang untuk
peracikan atau distribusi. Apabila pada monografi tidak dicantumkan persyaratan
penyimpanan secara khusus, hal tersebut seharusnya telah dipahami, bahwa persyaratan
standar yang wajib (seperti terlindung dari lembab, pembekuan dan lewat panas) sudah
tercantumkan dengan sendirinya didalamnya.
2.
Warna
3.
Bau
4.
Rasa
5.
Kekentalan
6.
Visikositas
7.
Bobot jenis
Ketidakstabilan Fisika
1.
2.
3.
4.
5.
Stabilitas Mikrobiologi
Jenis Mikroorganisme yang Terdapat Pada Obat dan Kosmetik
1.
2.
3.
Fungi
2.
C.
Stabilitas Farmakologi
Fasa farmasetik
2.
Fasa Farmakokinetik
3.
Fasa Farmakodinmik
Stabilitas Toksikologi
Stabilitas
toksikologi
adalah
ukuran
yang
menujukkan
ketahanan
suatu
senyawa/bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika, mikrobiologi dan farmakologi yang tidak
menyebabkan peningkatan toksisitas secara signifikan.
Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Tosikologi
1.
Dosis
2.
3.
4.
masa kadaluwarsa sediaan. Suhu penyimpanan menurut farmakope indonesia, seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya terdiri dari:
(a)
Suhu Kamar adalah penyimpanan pada suhu ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah
suatu sediaan (artikel) dapat menyebabkan kehilangan kekuatan / potensi, atau merusak dan
mengubah sifat sediaan. Pada etiket / label kemasan harus dicantumkan petunjuk untuk
melindungi sediaan / artikel dari pembekuan. Penyimpanan di bawah kondisi tidak khusus
jika tidak ada petunjuk khusus penyimpanan atau pemabatasan dalam monografi, maka
kondisi penyimpanan termasuk perlindungan terhadap kelembapan, pembekuan dan panas
berlebihan.
BAB III
KESIMPULAN
1.
Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan
katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi.
Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan.
2.
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat
kenaikan viskositas pada sediaan cair dan menyebabkan supersaturasi pada kasus lain, dingin
atau beku dapat merubah ukuran droplet pd emulsi, dapat mendenaturasi protein atau pada
kasus tertentu dapat menyebabkan kelarutan beberapa polimerik obat dapat berkurang.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
http://kabamafarbaso.blogspot.com/2011/01/stabilitas-obat.html
http://r-pramayudhapharmacy.blogspot.com/2013/04/stabilitas-obat-farmasi-
fisika.html
3.
Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986, Teori dan Praktek
FarmasiIndustri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta, 760-779, 1514 1587
4.
Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of
Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.
5.
Parrot, N.,1970, Pharmaceutical Technology, Burgers Publishing Company,
Minneapolis, 250-255.
6.
http://putrisalehah.blogspot.com/2010/06/stabilitas-obat.html
7.
http://antometa208.blogspot.com/2011/08/macam-macam-stabilitas_16.html