Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi Kesehatan

Penerapan Komunikasi Interpersonal pada Klien dan Keluarga


Nama : Ayu Suciah Khaerani
NPM : 1406527702
Kelas : Komkes-3

Pendahuluan
Komunikasi interpersonal adalah suatu bentuk komunikasi yang terjadi antara dua arah
dan bukan merupakan komunikasi satu arah atau monolog. 1,2 Komunikasi interpersonal juga
dapat diartikan sebagai suatu proses mengirim pesan dari pengirim dimana penerima akan
menerjemahkan pesan dari pengirim tersebut. Komunikasi interpersonal dalam bidang kesehatan
berarti komunikasi yang terjadi diantara pasien dengan petugas kesehatan atau komunikasi yang
terjadi antar petugas kesehatan yang bertujuan untuk membiasakan keadaan pada kedua belah
pihak sehingga dapat tercipta hubungan yang dapat terus berlanjut.1
Komunikasi dalam arti umum dapat terjadi melalui berbagai macam cara seperti
komunikasi tidak langsung yang melalui media massa (TV, radio) dan komunikasi langsung
dengan kelompok kecil seperti grup diskusi atau dengan kelompok besar seperti ceramah.2
Komponen dari komunikasi interpersonal antara lain pengirim pesan, pesan yang
dipertukarkan antara kedua belah pihak yang berkomunikasi (pesan dapat berupa ide, informasi,
dan hal lain yang dapat dikirimkan dengan menggunakan bahasa atau verbal dan menggunakan
gerakan tubuh atau nonverbal), penerima pesan, feedback (proses dimana penerima mengulang
pesan yang diterima atau memastikan bahwa pesan yang diterima sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh pengirim pesan, sehingga tidak terjadi misunderstanding atau perbedaan persepsi
diantara keduanya), dan penghalang yang mempengaruhi proses pengiriman dan penerimaan
pesan diantara kedua pihak sehingga menurunkan ketepatan dari pesan tersebut.2

Fungsi komunikasi interpersonal secara umum adalah untuk memberikan dan menerima
informasi atau pengetahuan, mempengaruhi sikap dan kebiasaan, menambah relasi, membuat
keputusan, menyelesaikan masalah dan memberi atau menerima dukungan secara psikologis.3

Isi
Komunikasi interpersonal yang terjadi diantara petugas kesehatan dengan pasien, dengan
petugas kesehatan lainnya, atau dengan petugas publik harus berjalan efektif dan merupakan hal
yang penting terjadi, karena apabila ada perbedaan pemahaman diantara kedua pihak maka dapat
menimbulkan akibat yang sangat fatal.4 Oleh karena itu, sebelum memberitahukan beberapa
informasi kepada orang lain, petugas kesehatan harus mengenali latar belakang pengetahuan dari
lawan bicaranya. Perbedaan pemahaman yang sering terjadi antara petugas kesehatan dengan
pasien adalah cara meminum obat yang sesuai petunjuk. Sebagai contoh adalah penulisan kata
sampai habis yang terdapat di label antibiotik. Banyak orang yang mengartikan bahwa
antibiotik harus diminum hingga penyakit atau gejala yang diderita sudah hilang atau sampai
habis penyakitnya, walaupun seharusnya maksud kedua kata tersebut adalah antibiotik harus
diminum hingga seluruh antibiotik yang diberikan habis. Oleh karena itu, untuk mencegah
terjadinya perawatan dengan menggunakan obat-obatan yang salah, maka petugas kesehatan
harus meminta feedback mengenai sejauh mana pemahaman yang dimiliki oleh pasien setelah
diberitahukan akan hal tersebut.2
Hal yang dapat dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasiennya agar terjalin
komunikasi interpersonal diantara kedua pihak antara lain menanyakan hal apa saja yang sudah
diketahui sehingga dokter dapat mengetahui apakah pemahaman yang dimiliki pasien selama ini
sudah benar atau memiliki beberapa hal yang perlu untuk diperbaiki, menanyakan apa saja hal
yang ingin diketahui oleh pasien, bersikap empati, menjelaskan hal baru dengan pelan-pelan dan
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga tidak sulit untuk dimengerti (misalkan penjelasan
mengenai risiko, efek samping, dan keuntungan dari suatu tindakan yang akan diambil oleh
dokter untuk mengobati penyakit yang ada di tubuh pasien tersebut), mengatakan segala
sesuatunya dengan jujur, memberikan harapan dan semangat kepada pasien, dan memperhatikan
mimik wajah pasien untuk mengetahui perasaan dari pasien sehingga dapat diketahui metode
pengobatan apa yang sesuai dengan keadaan pasien tersebut.5

Petugas kesehatan tidak hanya membangun komunikasi interpersonal dengan pasien saja,
melainkan juga dengan keluarga pasien tersebut. Beberapa fasilitas kesehatan di dunia telah
menggunakan semboyan Respond with H.E.A.R.T dalam berkomunikasi dengan pasien
maupun keluarganya. HEART mempunyai

kepanjangan Hear the story, Emphatize,

Apologize, Respond to the problem, and Thank them. Semboyan tersebut mengajak para
petugas kesehatan untuk mendengarkan pasien dan keluarganya dengan empati dan membantu
untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Selain itu, keluarga dari pasien harus
diberitahukan dengan jujur bagaimana keadaan pasien dan informasi mengenai hal yang
berhubungan dengan pasien seperti kapan pasien harus melakukan beberapa treatment seperti
cuci darah dan sebagainya. Memberitahukan keluarga mengenai keadaan pasien bukanlah hal
yang buruk, hal ini ditujukan agar keluarga pasien tersebut tidak merasa kebingungan mengenai
apa yang sudah terjadi dengan anggota keluarga mereka. Cara untuk memberitahukan informasi
keadaan pasien harus dilakukan dengan penuh empati dan tetap memberikan semangat sehingga
keluarga pasien tidak semakin terpuruk apabila keadaan pasien semakin buruk.6
Apabila komunikasi interpersonal dapat terjalin dengan baik antara dokter atau petugas
kesehatan dengan pasien, maka hal ini dapat meningkatkan kualitas dari kesehatan pasien
tersebut karena melalui hubungan baik yang terjalin diantara keduanya, pasien dapat mengerti
apa yang menjadi masalah (apa penyakit yang diderita olehnya), bagaimana cara pengobatannya,
mengubah kebiasaannya, dan berusaha mengikuti seluruh instruksi dari para petugas kesehatan.6

Penutup
Usaha untuk melakukan komunikasi interpersonal dan membangun hubungan diantara
petugas kesehatan, pasien, dan keluarganya dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
mendengarkan dengan baik keluhan mereka, menatap mereka dengan pandangan penuh empati
dan penuh pengertian apabila mereka sedang menyampaikan keluhannya, tidak mendominasi
percakapan dengan pasien dan memberikan mereka peluang untuk bertanya dan mengetahui
lebih dalam tentang penyakit yang diderita, dan menjelaskan informasi baru dengan bahasa
sederhana dan tidak terburu-buru. Hal ini dikarenakan apabila pasien dan keluarganya paham
akan hal tersebut, maka proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.7

Daftar Pustaka
1. Schiavo R. Health Communication : From Theory to Practice. Second Edition. Jossey-

Bass Publisher; November 2013.


2. William N, Beard RS, Carole L. Communication Skills in Pharmacy Practice. Third

Edition. Baltimore, Maryland : Williams and Wilkins; 1994.


3. Skills You Need. Interpersonal Communication Skill. [internet] cited at September 15,

2014.

Available

at

http://www.skillsyouneed.com/ips/interpersonal-

communication.html
4. Medical Council. Good Professional Practice. [internet] cited at September 15, 2014.

Available at : http://www.medicalcouncil.ie/Information-for-Doctors/Good-ProfessionalPractice/
5. The Journal of Osteopathic Association. Patient-Physician Communication: Why and

How.

[internet]

cited

at

September

15,

2014.

Available

at

http://www.jaoa.osteopathic.org/content/105/1/13.full
6. Practical Approaches for Building A Patient Centered Culture. [internet] cited at

September

15,

2014.

Available

at

http://www.patient-

centeredcare.org/chapters/chapter7a.pdf#page=7&zoom=auto,0,676
7. The Wall Street Journal. The Experts: How to Improve Doctor-Patient Communication.

[internet]

cited

at

September

15,

2014.

Available

at

http://online.wsj.com/news/articles/SB10001424127887324050304578411251805908228

Anda mungkin juga menyukai