Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERWATAN GANGGUAN SISTEM UROLOGI DENGAN HIPERPLASIA

PROSTAT PADA TN.R DI RUANGAN SANTA MELANIA RUMAH SAKIT SANTA


ELISABETH MEDAN 21-22NOVEMBER 2011

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
JODIE JESSICA NOVIA
2009.060

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
a. Hiperplasia prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar
prostat, bersifat jinak, dan disebutkan oleh hiperplasia beberapa
atau semua komponen prostat.
( muttaqin,arif.2009)
b. Hiperplasia prostat adalah pembesaran kelenjar dan jaringan
seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan.
(suharyanto,toto.2009)
c. Hiperplasia prostat adalah organ ini membantu uretra pars
prostatika dan menyebabkan terhambatnya urine keluar dari bulibuli.
(purnomo,basuki.2008)
2.

Anatomi fisiologi
a. Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuk
nya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan berat nya + 20 grterbagi dalam beberapa daerah atau zona yaitu zona
perifer,zona sentral,zona transmisional,zona prepostatik sfingter
dan zona anterior secara histologik kelenjar prostate terdiri atas
otot polos, fibrolast,pembuluh darah,saraf dan jaringan penyanggah
yang lain.
b. Fisiologi
Prostate menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu
komponen dari cairan ejakulat. Caiarn ini dialirkan melalui duktus
sekretarius dan bermuara di uretra posterior untukkemudian di
keluarkan bersama cairan segmen yang lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prosatat merupakan -+ 25% dari seluruh volume
ejakulasi
Prostat mendapatkan intervensi intervensi otonomik simpatik dan
parasimpatik dari pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus (pleksus
pelvikus) menerima masukan serabut parasimpatikndari korda
spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-I2).
Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel
prostate, sedangkan rangsangan parasimpatik menyebabkan
pengeluaran cairan prostate ke dalam uretra posterior seperti pada
saat ejakulasi. Sistem simpatik memberikan intervensi pada otot
polos prostate, kapsula prostate dan leher buli-buli di tempat itu
banyak reseptor adrenergik dan rangsangan simpatik menyebabkan
di pertahankan tonus otot polos tersebut.

c. Etiologi
penyebabBPH belum diketahui secara pasti, tetapi dapat di kaitkan
dengan keberadaan hormonal laki-laki (endrogen yaitu testoteren).
Diketahui bahwa hormon estrogen juga ikut berperan sebagai
penyebab BPH.hal ini, didasarkan pada fakta bahwa BPH terjadi
ketika seorang laki-laki kadar hormon meningkat dan kadar hormon
testoteron menurun, dan ketika jaringan prostat menjadi lebih
sensitiv terhadap estrogen serta kurang responsif terhadap:
dihydrotestosterone (DHT, yang merupakan testosteron eksogen.
(suharyanto,toto,2009).
d. Patofisiologi
Bagan pengaruh hiperplasia prostat
Hiperplasia prostat
Penyempitan lumen uretra posterior
Tekanan intravesikal meningkat
Buli-buli
ginjal dan uretra
-

Hipertropi otot destrusor


refluks vesiko-ureter
Trabekulasi
hidroureter
Selula
hidronefrosis
Diventrikel buli-buli
pyelonefritis

gagal jantung
(Basuki,B.purnomo,2003)

e. Manifestasi klinis
Kompleks gejala obstruksi (disebut protatisme) mencakup
peningkatan frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin
berkemih, anyang-anyangan, abdomen tegang,volume urine
menurun dan harus mengejan saat berkemih,aliran urine tidak
lancar,dribling (dimana urine terus menetes-netes setelah
berkemih), rasa seperti kandung kemih tidak kosong dengan
baik,retensi urine akut (bila lebih dari 60 ml urine tetap berada
dalam kandung kemih setelah berkemih). Dan kekambuhan infeksi
saluran kemih, pada akhirnya dapat terjadi azotemia (akumulasi
produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urine

kronis dan volume residu yang besar. Gejala generalisata juga


mungkin tampak, termasuk keletihan,anoreksia, mual dam muntah,
dan rasa tidak nyaman pada epigastrium.
(Suddarth and Brunner,2002)

f.

Pemeriksaan medis
a. Pemeriksaan rektum
Yaitu melakukan palpasi pada prostal melalui rectum atau rectal
tuacher,untuk mengetahui pembesaran prostat.
b. Urinalisis
Untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih.
c. Pemeriksaan laboratorium
Yaitu untuk mengetahui adanya peningkatan kadar prostat
spesific antigen (PSA).
d. Cystoscopy
Untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan
dinding kandung kemih.
e. Transrectal ultrasonography
Dilakukan untuk mengetahui pembesaran dan adanya
hidronefrosis.
f. Intravenous pyelografy (IVP)
Untuk mengetahui struktur kaliks, pelvis dan ureter. Struktur ini
akan mengalami distorsi bentukan apabila terdapat kista, lesi
dan obstruksi.

Anda mungkin juga menyukai