Menimbang
: a.
Mengingat
c.
: 1.
2.
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.
2.
3.
-3-
4.
5.
6.
7.
8.
9.
-4-
-5-
18. Menteri
Keuangan
adalah
menteri
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
keuangan.
yang
bidang
BAB II
PEMBENTUKAN, STATUS, DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
(1)
-6-
(2) OJK
adalah
lembaga
yang
independen
dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari
campur tangan pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 3
(1) OJK berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) OJK dapat mempunyai kantor di dalam dan di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
BAB III
TUJUAN, FUNGSI, TUGAS, DAN WEWENANG
Pasal 4
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan:
a.
b.
c.
Pasal 5
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan
di dalam sektor jasa keuangan.
Pasal 6 ...
-7-
Pasal 6
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan
terhadap:
a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya.
Pasal 7
Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di
sektor Perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf a, OJK mempunyai wewenang:
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan
bank yang meliputi:
1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor
bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan,
kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana,
penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di
bidang jasa;
b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank
yang meliputi:
1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset,
rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum
pemberian
kredit,
rasio
pinjaman
terhadap
simpanan, dan pencadangan bank;
2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan
kinerja bank;
3. sistem informasi debitur;
4. pengujian kredit (credit testing); dan
5. standar akuntansi bank;
c. pengaturan ...
-8-
c.
d.
Pasal 8
Untuk melaksanakan tugas pengaturan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Pasal 9 ...
-9-
Pasal 9
Untuk melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, OJK mempunyai wewenang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
yang
1. izin usaha;
2. izin orang perseorangan;
3. efektifnya pernyataan pendaftaran;
4. surat tanda terdaftar;
5. persetujuan melakukan kegiatan usaha;
6. pengesahan;
7. persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
8. penetapan lain,
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan di sektor jasa keuangan.
BAB IV ...
- 10 -
BAB IV
DEWAN KOMISIONER
Bagian Kesatu
Struktur Dewan Komisioner
Pasal 10
(1) OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner.
(2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat kolektif dan kolegial.
(3) Dewan Komisioner beranggotakan 9 (sembilan) orang
anggota yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(4) Susunan Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri atas:
a. seorang Ketua merangkap anggota;
b. seorang Wakil Ketua sebagai Ketua Komite Etik
merangkap anggota;
c. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan
merangkap anggota;
d. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal
merangkap anggota;
e. seorang Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian,
Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga
Jasa Keuangan Lainnya merangkap anggota;
f.
seorang Ketua Dewan Audit merangkap anggota;
g. seorang anggota yang membidangi edukasi dan
perlindungan Konsumen;
h. seorang anggota Ex-officio dari Bank Indonesia yang
merupakan
anggota
Dewan
Gubernur
Bank
Indonesia; dan
i.
seorang
anggota
Ex-officio
dari
Kementerian
Keuangan yang merupakan pejabat setingkat eselon I
Kementerian Keuangan.
(5) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) memiliki hak suara yang sama.
Bagian ...
- 11 -
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian
Pasal 11
(1) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (4) huruf a sampai dengan huruf g
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan calon
anggota yang diusulkan oleh Presiden.
(2) Pemilihan dan penentuan calon anggota Dewan
Komisioner
untuk
diusulkan
kepada
Presiden
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Panitia Seleksi yang dibentuk dengan Keputusan
Presiden:
a.
- 12 -
Pasal 12
(1) Presiden memilih dan menyampaikan calon anggota
Dewan Komisioner sebanyak 2 (dua) orang calon untuk
setiap anggota Dewan Komisioner yang dibutuhkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat, paling lama 12 (dua
belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
nama calon anggota Dewan Komisioner dari Panitia
Seleksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (9).
(2) Dari calon anggota Dewan Komisioner sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Presiden mengajukan sebanyak
2 (dua) orang calon anggota Dewan Komisioner untuk
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagai Ketua
Dewan Komisioner.
(3) Calon anggota Dewan Komisioner yang tidak terpilih
menjadi Ketua Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diikutsertakan untuk dipilih sebagai
anggota Dewan Komisioner oleh Dewan Perwakilan
Rakyat.
(4) Dewan ...
- 13 -
Pasal 13
(1) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (4) huruf h diangkat dan ditetapkan
Presiden berdasarkan usulan Gubernur Bank Indonesia.
(2) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (4) huruf i diangkat dan ditetapkan
Presiden berdasarkan usulan Menteri Keuangan.
Pasal 14
(1) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Komisioner
diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
(2) Pembagian tugas di antara anggota Dewan Komisioner
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf b
sampai dengan huruf g diputuskan berdasarkan rapat
Dewan Komisioner dan ditetapkan dengan Keputusan
Dewan Komisioner.
(3) Anggota ...
- 14 -
Pasal 15
Syarat calon anggota Dewan Komisioner sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) huruf a sampai dengan
huruf g adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
Pasal 16
(1) Ketua, Wakil Ketua, dan anggota Dewan Komisioner
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan
sumpah atau janji menurut agama atau kepercayaannya
di hadapan Mahkamah Agung.
- 15 -
Pasal 17
(1) Anggota Dewan Komisioner tidak dapat diberhentikan
sebelum masa jabatannya berakhir, kecuali apabila
memenuhi alasan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
meninggal dunia;
mengundurkan diri;
masa jabatannya telah berakhir dan tidak dipilih
kembali;
berhalangan
tetap
sehingga
tidak
dapat
melaksanakan tugas atau diperkirakan secara medis
tidak dapat melaksanakan tugas lebih dari 6 (enam)
bulan berturut-turut;
e. tidak ...
- 16 -
e.
f.
g.
h.
i.
j.
- 17 -
Pasal 19
(1)
(2)
(3)
- 18 -
(4)
Pasal 22
Anggota Dewan Komisioner dilarang:
a.
di
Lembaga
Jasa
b. menjadi ...
- 19 -
b.
c.
d.
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
Bagian Keenam
Rapat dan Pengambilan Keputusan
Pasal 24
(1)
Dewan
Komisioner
melaksanakan
rapat
Dewan
Komisioner secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 2 (dua) minggu atau sewaktu-waktu berdasarkan
permintaan salah satu anggota Dewan Komisioner.
(2)
Ketua Dewan
Komisioner.
Komisioner
memimpin
rapat
Dewan
- 20 -
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
penyelenggaraan rapat Dewan Komisioner diatur dengan
Peraturan Dewan Komisioner.
Bagian Ketujuh
Lain-lain
Pasal 25
(1)
(2)
- 21 -
(3)
BAB V
ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN
Pasal 26
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 27
(1)
(2)
(3)
BAB VI ...
- 22 -
BAB VI
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN MASYARAKAT
Pasal 28
Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK
berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian
Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
a.
b.
c.
Pasal 29
OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang
meliputi:
a.
b.
c.
Pasal 30 ...
- 23 -
Pasal 30
(1)
(2)
b.
mengajukan gugatan:
1.
2.
Pasal 31
Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan Konsumen
dan masyarakat diatur dengan Peraturan OJK.
- 24 -
BAB VII
KODE ETIK DAN KERAHASIAAN INFORMASI
Bagian Kesatu
Kode Etik
Pasal 32
(1)
(2)
Bagian Kedua
Kerahasiaan Informasi
Pasal 33
(1) Setiap orang perseorangan yang menjabat atau pernah
menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner, pejabat
atau pegawai OJK dilarang menggunakan atau
mengungkapkan informasi apa pun yang bersifat
rahasia kepada pihak lain, kecuali dalam rangka
pelaksanaan
fungsi,
tugas,
dan
wewenangnya
berdasarkan keputusan OJK atau diwajibkan oleh
Undang-Undang.
(2) Setiap Orang yang bertindak untuk dan atas nama OJK,
yang dipekerjakan di OJK, atau sebagai staf ahli di OJK,
dilarang menggunakan atau mengungkapkan informasi
apa pun yang bersifat rahasia kepada pihak lain,
kecuali dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan
wewenangnya berdasarkan keputusan OJK atau
diwajibkan oleh Undang-Undang.
(3) Setiap ...
- 25 -
- 26 -
Pasal 36
Untuk penetapan anggaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), OJK terlebih dahulu meminta
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 37
(1)
yang
(2)
(3)
(4)
- 27 -
(5)
(6)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pungutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB IX
PELAPORAN DAN AKUNTABILITAS
Pasal 38
(1) OJK wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri
atas laporan keuangan semesteran dan tahunan.
(2) OJK wajib menyusun laporan kegiatan yang terdiri atas
laporan kegiatan bulanan, triwulanan, dan tahunan.
(3) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat memerlukan
penjelasan, OJK wajib menyampaikan laporan.
(4) Periode laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
(5) OJK wajib menyampaikan laporan kegiatan triwulanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada masyarakat.
(6) Laporan kegiatan tahunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) disampaikan kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
(7) Untuk penyusunan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
Dewan
Komisioner
menetapkan standar dan kebijakan akuntansi OJK.
- 28 -
BAB X
HUBUNGAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
Koordinasi dan Kerja Sama
Pasal 39
Dalam melaksanakan tugasnya, OJK berkoordinasi dengan
Bank Indonesia dalam membuat peraturan pengawasan di
bidang Perbankan antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
- 29 -
f.
Pasal 40
(1) Dalam hal Bank Indonesia untuk melaksanakan fungsi,
tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan
khusus terhadap bank tertentu, Bank Indonesia dapat
melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank
tersebut dengan menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis terlebih dahulu kepada OJK.
(2) Dalam melakukan kegiatan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia tidak dapat
memberikan penilaian terhadap tingkat kesehatan
bank.
(3)
Laporan
hasil
pemeriksaan
bank
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada OJK
paling lama 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya laporan
hasil pemeriksaan.
Pasal 41
(1) OJK menginformasikan kepada Lembaga Penjamin
Simpanan mengenai bank bermasalah yang sedang
dalam upaya penyehatan oleh OJK sebagaimana
dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal OJK mengindikasikan bank tertentu
mengalami kesulitan likuiditas dan/atau kondisi
kesehatan
semakin
memburuk,
OJK
segera
menginformasikan
ke
Bank
Indonesia
untuk
melakukan
langkah-langkah
sesuai
dengan
kewenangan Bank Indonesia.
Pasal 42 ...
- 30 -
Pasal 42
Lembaga
Penjamin
Simpanan
dapat
melakukan
pemeriksaan terhadap bank yang terkait dengan fungsi,
tugas dan wewenangnya, serta berkoordinasi terlebih
dahulu dengan OJK.
Pasal 43
OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin Simpanan
wajib membangun dan memelihara sarana pertukaran
informasi secara terintegrasi.
Bagian Kedua
Protokol Koordinasi
Pasal 44
(1) Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dibentuk
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan dengan
anggota terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
- 31 -
Pasal 45
(1) Dalam kondisi normal, Forum Koordinasi Stabilitas
Sistem Keuangan:
a.
b.
c.
d.
- 32 -
(4) Forum
Koordinasi
Stabilitas
Sistem
Keuangan
menetapkan dan melaksanakan kebijakan yang
diperlukan dalam rangka pencegahan dan penanganan
krisis
pada
sistem
keuangan
sesuai
dengan
kewenangan masing-masing.
(5)
Pasal 46
(1)
Kebijakan
Forum
Koordinasi
Stabilitas
Sistem
Keuangan yang terkait dengan keuangan negara wajib
diajukan untuk mendapat
persetujuan
Dewan
Perwakilan Rakyat.
(2)
(1)
- 33 -
(3)
(4)
(5)
(6)
- 34 -
Pasal 48
Semua bentuk kerja sama internasional, termasuk di
bidang pengaturan, pengawasan, dan penyidikan, wajib
didasarkan pada prinsip timbal balik yang seimbang.
BAB XI
PENYIDIKAN
Pasal 49
(1)
(2)
(3)
b.
c.
menerima
laporan,
pemberitahuan,
atau
pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana di sektor jasa keuangan;
melakukan penelitian atas kebenaran laporan
atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana
di sektor jasa keuangan;
melakukan penelitian terhadap Setiap Orang yang
diduga melakukan atau terlibat dalam tindak
pidana di sektor jasa keuangan;
d. memanggil ...
- 35 -
d.
Pasal 50 ...
- 36 -
Pasal 50
(1)
(2)
(1)
(2)
- 37 -
Pasal 53
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja mengabaikan, tidak
memenuhi,
atau
menghambat
pelaksanaan
kewenangan OJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, dan/atau
Pasal 30 ayat (1) huruf a, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
atau pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah).
(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh korporasi, dipidana dengan pidana
denda paling sedikit Rp15.000.000.000,00 (lima belas
miliar
rupiah)
atau
paling
banyak
Rp45.000.000.000,00 (empat puluh lima miliar
rupiah).
Pasal 54
(1) Setiap Orang yang dengan sengaja mengabaikan
dan/atau tidak melaksanakan perintah tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d atau
tugas
untuk menggunakan
pengelola
statuter
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf f,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun
dan
pidana
denda
paling
sedikit
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
(2) Apabila pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh korporasi, korporasi dipidana
dengan
pidana
denda
paling
sedikit
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) atau
paling banyak Rp45.000.000.000,00 (empat puluh
lima miliar rupiah).
- 38 -
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55
(1) Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa
keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya beralih dari Menteri Keuangan dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
ke OJK.
(2) Sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa
keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank
Indonesia ke OJK.
Pasal 56
(1) Paling lama 8 (delapan) bulan sejak Undang-Undang
ini
diundangkan,
Presiden
mengangkat
dan
menetapkan anggota Dewan Komisioner untuk
pertama kali dengan susunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (4) sesuai dengan tata cara
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1), ayat (3)
sampai dengan ayat (9), Pasal 12 ayat (1) sampai
dengan ayat (3) dan ayat (6), Pasal 13, dan Pasal 14.
(2) Anggota Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diangkat untuk masa jabatan 5 (lima)
tahun.
(3) Paling lama 60 (enam puluh) hari sejak UndangUndang ini diundangkan, Presiden membentuk Panitia
Seleksi calon anggota Dewan Komisioner untuk
pertama kali dengan keanggotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3).
- 39 -
Pasal 57
(1) Sejak Undang-Undang ini diundangkan sampai
dengan ditetapkannya anggota Dewan Komisioner
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1),
Kementerian Keuangan dibantu oleh Bank Indonesia
menyiapkan:
a.
b.
c.
d.
e.
(2) Kementerian
Keuangan
menyampaikan
hasil
persiapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Dewan Komisioner OJK untuk ditetapkan.
Pasal 58 ...
- 40 -
Pasal 58
Paling lama 7 (tujuh) bulan sejak Undang-undang ini
diundangkan, Gubernur Bank Indonesia dan Menteri
Keuangan masing-masing mengusulkan calon anggota
Dewan Komisioner Ex-officio Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud Pasal 10 ayat (4) huruf h dan Ex-officio
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud Pasal 10
ayat (4) huruf i kepada Presiden untuk diangkat dan
ditetapkan sebagai anggota Dewan Komisioner.
Pasal 59
Sejak
diangkatnya
anggota
Dewan
Komisioner
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) sampai
dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Dewan
Komisioner bertugas:
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 60 ...
- 41 -
Pasal 60
(1) Paling lama 1 (satu) bulan sejak diangkatnya anggota
Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ayat (1), Dewan Komisioner membentuk tim
transisi setelah berkoordinasi dengan Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia.
(2) Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia
wajib mengusulkan kepada Dewan Komisioner orangorang yang menjadi anggota tim transisi paling lama
14 (empat belas) hari sejak diterimanya surat
permintaan anggota tim transisi dari Dewan
Komisioner.
(3) Dewan Komisioner menetapkan anggota tim transisi
berdasarkan usulan Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Indonesia.
Pasal 61
(1) Tim transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (1) bertugas membantu kelancaran pelaksanaan
tugas Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59.
(2) Dalam
melaksanakan
tugasnya,
tim
transisi
berwenang untuk mengindentifikasi dan memverifikasi
kekayaan, infrastruktur, informasi, dokumen, dan hal
lain yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan
Lembaga Jasa Keuangan dan mempersiapkan
pengalihan penggunaannya ke OJK.
(3) Tim
transisi
wajib
melaporkan
kelancaran
pelaksanaan tugas dan wewenangnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Menteri
Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua
Dewan Komisioner OJK.
- 42 -
Pasal 62
Paling lama 2 (dua) bulan sejak diangkatnya anggota
Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ayat (1), Dewan Komisioner menetapkan struktur
organisasi, tugas pokok dan fungsi, standar prosedur
operasional, dan rancang bangun infrastruktur OJK.
Pasal 63
(1) Paling singkat 3 (tiga) bulan sebelum beralihnya
fungsi, tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
55,
Ketua
Dewan
Komisioner
menyampaikan permintaan secara tertulis usulan
nama pejabat dan pegawai kepada Gubernur Bank
Indonesia dan Menteri Keuangan yang akan dialihkan
atau dipekerjakan ke OJK.
- 43 -
Pasal 64
(1) Terhitung sejak beralihnya fungsi, tugas, dan
wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55:
a.
b.
- 44 -
b.
b.
- 45 -
- 46 -
a.
b.
Pasal 67
(1) Keputusan mengenai pemberian izin usaha, izin orang
perseorangan, efektifnya pernyataan pendaftaran,
surat tanda terdaftar, persetujuan melakukan
kegiatan usaha, pengesahan, dan persetujuan atau
penetapan pembubaran, dan setiap keputusan yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, Kementerian
Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga
Keuangan
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan
sebelum beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dinyatakan
tetap berlaku.
(2) Permohonan ...
- 47 -
Pasal 68
Sejak
beralihnya
fungsi,
tugas,
dan
wewenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, pemeriksaan
dan/atau penyidikan yang sedang dilakukan oleh Bank
Indonesia, Kementerian Keuangan dan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, penyelesaiannya
dilanjutkan oleh OJK.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
(1) Fungsi, tugas, dan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam:
a.
Bank
Indonesia
sebagaimana ...
- 48 -
b.
c.
- 49 -
- 50 -
Pasal 70
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3467) dan peraturan
pelaksanaannya;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3790) dan peraturan pelaksanaannya;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana
Pensiun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3477) dan peraturan
pelaksanaannya;
4. Undang-Undang ...
- 51 -
4.
5.
6.
7.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar ...
- 52 -
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 22 November 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 November 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 111.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Perekonomian,
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2011
TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN
I.
UMUM
Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh
dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan kesempatan kerja yang luas
dan seimbang di semua sektor perekonomian, serta memberikan
kesejahteraan secara adil kepada seluruh rakyat Indonesia maka program
pembangunan ekonomi nasional harus dilaksanakan secara komprehensif
dan mampu menggerakkan kegiatan perekonomian nasional yang memiliki
jangkauan yang luas dan menyentuh ke seluruh sektor riil dari
perekonomian masyarakat Indonesia. Program pembangunan ekonomi
nasional juga harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel yang
berpedoman pada prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana diamanatkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, program pembangunan ekonomi
nasional perlu didukung oleh tata kelola pemerintahan yang baik yang
secara terus menerus melakukan reformasi terhadap setiap komponen
dalam sistem perekonomian nasional. Salah satu komponen penting dalam
sistem perekonomian nasional dimaksud adalah sistem keuangan dan
seluruh kegiatan jasa keuangan yang menjalankan fungsi intermediasi bagi
berbagai kegiatan produktif di dalam perekonomian nasional.
Fungsi intermediasi yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga jasa
keuangan, dalam perkembangannya telah memberikan kontribusi yang
cukup signifikan dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan
ekonomi nasional. Oleh karena itu, Negara senantiasa memberikan
perhatian yang serius terhadap perkembangan kegiatan sektor jasa
keuangan tersebut, dengan mengupayakan terbentuknya kerangka
peraturan dan pengawasan sektor jasa keuangan yang terintegrasi dan
komprehensif.
Terjadinya ...
-3-
tugas
dan
wewenangnya
5. asas ...
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4 ...
-6Pasal 4
Dengan tujuan ini, OJK diharapkan dapat mendukung kepentingan
sektor jasa keuangan nasional sehingga mampu meningkatkan daya
saing nasional. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan
nasional, antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan,
pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan tetap
mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Huruf b ...
-7Huruf b
-undangan di
-undangan
mengenai Lembaga Jasa Keuangan dan pihak yang melakukan
kegiatan di sektor jasa keuangan.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
perintah tertulis adalah perintah
secara tertulis untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan
kegiatan tertentu guna memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan dan/atau
mencegah dan mengurangi kerugian Konsumen, masyarakat,
dan sektor jasa keuangan.
Perintah tertulis diberikan antara lain untuk mengganti
pengurus atau pihak tertentu di Lembaga Jasa Keuangan,
menghentikan, membatasi, atau memperbaiki kegiatan usaha
atau transaksi, menghentikan atau mengubah perjanjian antara
Lembaga Jasa Keuangan dengan pihak lain yang diduga
merugikan Konsumen, masyarakat, dan sektor jasa keuangan,
serta menyampaikan informasi, dokumen, dan/atau laporan
tertentu kepada OJK.
Huruf g
perseorangan atau badan hukum yang ditetapkan OJK untuk
melaksanakan kewenangan OJK.
Pengelola statuter melaksanakan kewenangan OJK, antara lain,
untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan, mencegah dan mengurangi kerugian
Konsumen, masyarakat, dan sektor jasa keuangan, dan/atau
pemberantasan kejahatan keuangan yang dilakukan pihak
tertentu di sektor jasa keuangan.
Langkah ...
Pasal 9
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pengawasan Dewan Komisioner terhadap pelaksanaan tugas
Kepala
Eksekutif
ditujukan
untuk
mengevaluasi
dan
memperbaiki kinerja dari Kepala Eksekutif. Pengawasan tersebut
tidak dimaksudkan untuk memberi kewenangan kepada Dewan
Komisioner untuk mengintervensi atau turut campur terhadap
pelaksanaan tugas dan wewenang setiap Kepala Eksekutif.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 10 ...
-9Pasal 10
Ayat (1)
Dewan Komisioner merupakan pimpinan tertinggi OJK. Dalam
rangka pelaksanaan kerja sama dengan otoritas lembaga
pengawas lembaga jasa keuangan di negara lain serta organisasi
internasional dan lembaga internasional lainnya di sektor jasa
keuangan, anggota Dewan Komisioner bertindak sebagai pejabat
yang mewakili negara.
Ayat (2)
pengambilan keputusan Dewan Komisioner diputuskan secara
bersama-sama oleh anggota Dewan Komisioner.
pengambilan keputusan Dewan Komisioner berdasarkan
musyawarah untuk mufakat dengan berasaskan kesetaraan dan
kekeluargaan di antara anggota Dewan Komisioner.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan memimpin tugas
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
Perbankan.
Huruf d
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal memimpin tugas
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor
Pasar Modal.
Huruf e
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
memimpin ...
Pasal 11
Ayat (1)
Dalam penyampaian calon anggota Dewan Komisioner kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden menyampaikan nama-nama
calon Dewan Komisioner.
Yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat adalah alat
kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi
keuangan dan perbankan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
sektor jasa keuangan, masyarakat industri Perbankan, industri
Pasar Modal, dan/atau Industri Keuangan Non-Bank yang
meliputi Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan,
dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
- 11 -
Ayat (4)
Di samping mengumumkan penerimaan calon anggota Dewan
Komisioner, Panitia Seleksi secara aktif dapat mencari caloncalon yang memenuhi persyaratan dan keterwakilan sesuai
dengan keahliannya dari sektor jasa keuangan yang diawasi
OJK.
Ayat (5)
Pendaftaran calon anggota Dewan Komisioner dilakukan dengan
memperhatikan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan
terhadap calon anggota Dewan Komisioner sesuai dengan
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
tiap
calon, Panitia Seleksi menyampaikan 3 (tiga) orang calon untuk
setiap anggota Dewan Komisioner dengan kualifikasi keahlian
dan pengalaman yang proporsional dalam industri jasa
keuangan. Untuk 7 (tujuh) orang anggota Dewan Komisioner
yang dibutuhkan, Panitia Seleksi mengajukan kepada Presiden
sebanyak 21 (dua puluh satu) orang calon anggota Dewan
Komisioner.
Pasal 12
Ayat (1)
Untuk 7 (tujuh) orang anggota Dewan Komisioner yang
dibutuhkan, Presiden mengajukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat sebanyak 14 (empat belas) orang calon anggota Dewan
Komisioner.
Ayat (2) ...
- 12 Ayat (2)
Ketentuan ini hanya berlaku apabila terdapat kebutuhan untuk
mengisi jabatan Ketua Dewan Komisioner.
Ayat (3)
Ketentuan ini hanya berlaku apabila terdapat kebutuhan untuk
mengisi jabatan Ketua Dewan Komisioner dan paling sedikit 1
(satu) orang anggota Dewan Komisioner.
Ayat (4)
Dalam rangka memilih calon anggota Dewan Komisioner, Dewan
Perwakilan Rakyat dapat meminta calon anggota Dewan
Komisioner untuk melakukan presentasi dalam sidang Dewan
Perwakilan Rakyat menyangkut visi, pengalaman, keahlian atau
kemampuan, serta hal-hal yang berkaitan dengan moral dan
akhlak anggota Dewan Komisioner.
tidak
termasuk masa reses.
Ayat (5)
tercela.
Huruf c ...
- 13 -
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Anggota Dewan Komisioner tidak terkendala oleh kondisi jasmani
yang secara permanen menyebabkan yang bersangkutan tidak
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
ng memiliki
pengalaman, keilmuan, atau keahlian yang memadai di sektor
jasa keuangan.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pengunduran diri anggota Dewan Komisioner berlaku
efektif sejak tanggal pengunduran diri tersebut disetujui
oleh Presiden.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
fisik dan/atau cacat mental yang tidak memungkinkan
yang bersangkutan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pemberhentian ...
Pasal 18 ...
- 15 Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang d
adalah sisa masa jabatan terhitung sejak tanggal penetapan
pemberhentian anggota Dewan Komisioner.
Pasal 19
Ayat (1)
Wakil Ketua yang bertindak sebagai pejabat sementara Ketua
Dewan Komisioner memiliki kewenangan sebagai Ketua dan
Wakil Ketua Dewan Komisioner, tetapi hanya memiliki 1 (satu)
hak suara.
Ayat (2)
Ketua yang bertindak sebagai pejabat sementara Wakil Ketua
Dewan Komisioner memiliki kewenangan sebagai Ketua dan
Wakil Ketua Dewan Komisioner, tetapi hanya memiliki 1 (satu)
hak suara.
Ayat (3)
Anggota Dewan Komisioner yang bertindak sebagai pejabat
sementara Ketua dan/atau Wakil Ketua Dewan Komisioner
memiliki kewenangan sebagai anggota, Ketua, dan/atau Wakil
Ketua Dewan Komisioner, tetapi hanya memiliki 1 (satu) hak
suara.
Ayat (4)
Anggota Dewan Komisioner yang bertindak sebagai pejabat
sementara dari anggota Dewan Komisioner yang kosong
sebagaimana dimaksud ayat ini, memiliki kewenangan sebagai
anggota Dewan Komisioner dan anggota Dewan Komisioner yang
dijabat sementara, tetapi hanya memiliki 1 (satu) hak suara.
Pasal 20 ...
- 16 Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Huruf a
di Lembaga
saat menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner:
1)
2)
3)
Huruf b
Apabila seseorang diangkat menjadi anggota Dewan Komisioner
dan yang bersangkutan merupakan pengurus salah satu
organisasi pelaku atau profesi di Lembaga Jasa Keuangan, yang
bersangkutan wajib terlebih dahulu melepaskan jabatan
kepengurusan pada organisasi pelaku atau profesi di Lembaga
Jasa Keuangan tersebut sebelum ditetapkan menjadi anggota
Dewan Komisioner.
Huruf c
Apabila seseorang diangkat menjadi anggota Dewan Komisioner
dan yang bersangkutan merupakan pengurus salah satu partai
politik, yang bersangkutan wajib terlebih dahulu melepaskan
jabatan kepengurusan pada partai politik tersebut sebelum
ditetapkan menjadi anggota Dewan Komisioner.
Huruf d ...
- 17 Huruf d
Mengingat anggota Dewan Komisioner memiliki tugas yang
sangat strategis dalam pengaturan dan pengawasan sektor jasa
keuangan, anggota Dewan Komisioner harus bertindak
profesional dan loyal terhadap pelaksanaan tugasnya.
Namun, berdasarkan keterkaitan tugas dan jabatannya anggota
Dewan Komisioner dapat merangkap jabatan pada lembagalembaga
tertentu,
misalnya
jabatan
pada
organisasi
internasional.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam hal hubungan keluarga terjadi pada 2 (dua) orang atau
lebih anggota Dewan Komisioner, hanya 1 (satu) orang yang
dapat tetap menjabat sebagai anggota Dewan Komisioner.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
- 18 Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Risalah rapat paling sedikit memuat hari dan tanggal
pelaksanaan rapat, pimpinan dan peserta rapat, agenda rapat,
dan keputusan rapat. Dalam risalah rapat tersebut, dituangkan
pendapat seluruh peserta rapat, baik yang menyatakan
persetujuan, tidak memberikan persetujuan, atau tidak
berpendapat terhadap materi yang diputuskan dalam rapat,
disertai dengan alasannya.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dewan Komisioner yang ditunjuk mewakili OJK, antara lain
dalam pelaksanaan kerja sama antarinstansi dan hubungan
internasional.
institusi, atau orang, baik dari dalam maupun luar OJK.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Yang dimaksud d
membentuk lembaga tertentu untuk antara lain mendukung
kegiatan, pengembangan dan pembinaan pegawai dan
pensiunan. Untuk tujuan ini, OJK dapat bekerja sama dengan
lembaga lain.
- 19 Ayat (2)
Dewan Komisioner yang antara lain membidangi tugas umum,
keuangan, sumber daya manusia, organisasi, serta hubungan
masyarakat dan kelembagaan.
Organ pendukung yang dibentuk oleh Dewan Komisioner
diketuai atau dikoordinasikan oleh salah seorang anggota Dewan
Komisioner berdasarkan rapat Dewan Komisioner.
remunerasi, komite manajemen risiko, serta komite teknologi
informasi dan komunikasi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
pejabat dan pegawai baik tetap maupun dipekerjakan. Pejabat
OJK merupakan pejabat struktural ataupun fungsional di
lingkungan OJK antara lain deputi komisioner, direktur, dan
pejabat di bawahnya.
Ayat (2)
Untuk mengefektifkan tugas dan wewenangnya, OJK dapat
mempekerjakan pegawai negeri dari instansi lain atau dengan
status lainnya.
Pegawai negeri yang bekerja pada OJK dapat berstatus
dipekerjakan atau status lainnya dalam rangka menunjang
kewenangan OJK di bidang pemeriksaan, penyidikan, atau
tugas-tugas yang bersifat khusus. Pegawai negeri tersebut antara
lain berasal dari pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan/atau
Pejabat Penyidik Kepolisian. Hak dan kewajiban pegawai negeri
tersebut disetarakan dengan hak dan kewajiban pegawai OJK.
- 20 Ayat (3)
pengangkatan, kepangkatan, jenjang karier, sistem remunerasi,
pemberhentian, usia pensiun, tata cara mempekerjakan pegawai
negeri, serta hak dan kewajiban lain pejabat dan pegawai OJK.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Dalam rangka penyelesaian pengaduan Konsumen, OJK dapat
melakukan antara lain verifikasi dan pemeriksaan khusus atas
pengaduan dimaksud.
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Angka 1
itikad tidak baik berdasarkan penilaian OJK.
Angka 2
Pengajuan gugatan dilakukan berdasarkan penilaian
OJK bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh suatu
pihak terhadap peraturan perundang-undangan di
sektor jasa keuangan mengakibatkan kerugian
materi bagi Konsumen, masyarakat, atau sektor jasa
keuangan.
Ayat (2)
Konsumen dan/atau industri jasa keuangan karena pelanggaran
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan. Ganti
kerugian diberikan sesuai dengan nilai yang ditetapkan pihak
yang berwenang.
Pasal 31 ...
- 21 Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Sejalan dengan praktik tata kelola yang baik, OJK merumuskan
dan menerapkan kode etik. Kode etik antara lain memuat
ketentuan mengenai larangan untuk melakukan tindakan yang
tidak terpuji dan ketentuan umum mengenai perilaku yang
diharapkan dari anggota Dewan Komisioner, pejabat, dan
pegawai OJK. Kode etik ini dievaluasi secara berkala.
Pemberlakuan kode etik disesuaikan dengan tingkatan jabatan
dan kewenangan dari setiap anggota Dewan Komisioner, pejabat,
dan pegawai OJK.
Pelanggaran kode etik terdiri atas 3 (tiga) kategori pelanggaran,
yaitu pelanggaran ringan, pelanggaran sedang, dan pelanggaran
berat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
peraturan perundang-undangan harus dirahasiakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Setiap Orang yang mengetahui informasi yang bersifat rahasia
karena kedudukannya misalnya, pejabat dari lembaga yang
berkoordinasi atau bekerja sama dengan OJK.
Setiap Orang yang mengetahui informasi yang bersifat rahasia
karena profesinya misalnya, auditor, penilai, notaris, atau
aktuaris di industri jasa keuangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
- 22 Ayat (5)
Peraturan
Dewan
Komisioner
mengenai
kerahasiaan,
penggunaan, dan pengungkapan informasi ditetapkan dengan
memperhatikan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
ang melakukan kegiatan di
orang perseorangan atau badan
kegiatan di sektor jasa keuangan.
hukum
yang
melakukan
Yang ...
- 23 -
Pasal 37 ...
- 24 Pasal 37
Ayat (1)
biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, dan pengesahan,
biaya pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, serta penelitian
dan transaksi perdagangan efek.
Pungutan digunakan untuk membiayai anggaran OJK yang tidak
dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pungutan
OJK digunakan untuk membiayai kegiatan operasional,
administrasi dan pengadaan aset serta kegiatan pendukung
lainnya untuk penyesuaian biaya-biaya dimaksud terhadap
standar yang wajar di industri jasa keuangan.
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Laporan kegiatan yang disusun OJK antara lain memuat:
a. pelaksanaan ...
- 25 -
a.
pelaksanaan
sebelumnya.
tugas
dan
wewenangnya
pada
periode
b.
Ayat (3)
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK.
kelengkapan Dewan Perwakilan
keuangan dan perbankan.
Rakyat
yang
membidangi
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Penyampaian laporan OJK kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan
Rakyat
dimaksudkan
untuk
menjelaskan
pelaksanaan kegiatan dan kinerja OJK selama tahun berjalan.
Ayat (7)
Penyusunan standar dan kebijakan akuntansi oleh OJK
dilakukan dengan memperhatikan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Dalam rangka menyusun laporan keuangan yang terkait dengan
pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Dewan Komisioner harus memperhatikan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39 ...
- 26 -
Pasal 39
Tata cara koordinasi OJK dengan Bank Indonesia diatur bersama
antara OJK dan Bank Indonesia.
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
lain adalah kartu kredit, kartu debit, dan internet banking.
Huruf e
Yang dimaksud dengan
adalah
suatu bank yang karena ukuran aset, modal, dan kewajiban,
luas jaringan, atau kompleksitas transaksi atas jasa perbankan
serta keterkaitan dengan sektor keuangan lain dapat
mengakibatkan gagalnya sebagian atau keseluruhan bank-bank
lain atau sektor jasa keuangan, baik secara operasional
maupun finansial, apabila bank tersebut mengalami gangguan
atau gagal.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Pada dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah
wewenang
OJK.
Namun, dalam
hal
Bank
Indonesia
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya membutuhkan
informasi melalui kegiatan pemeriksaan bank, Bank Indonesia
dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank
tertentu yang masuk systemically important bank dan/atau bank
lainnya sesuai dengan kewenangan Bank Indonesia di bidang
macroprudential.
Untuk ...
- 27 -
tingkat
kesehatan
bank
merupakan
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
-langkah sesuai kewenangan
pendek dalam menjalankan fungsi Bank Indonesia sebagai lender
of last resort. Dalam menjalankan fungsi dimaksud, Bank
Indonesia dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank dengan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada OJK.
Pasal 42
Pada dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah
wewenang OJK. Dalam hal Lembaga Penjamin Simpanan
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya membutuhkan
kegiatan pemeriksaan bank, Lembaga Penjamin Simpanan dapat
melakukan pemeriksaan bank dan tetap berkoordinasi dengan OJK
terlebih dahulu.
Lingkup pemeriksaan meliputi pemeriksaan premi, posisi simpanan
bank, tingkat bunga, kredit macet dan tercatat, bank bermasalah,
kualitas aset, dan kejahatan di sektor perbankan.
Pasal 43 ...
- 28 Pasal 43
Pada prinsipnya OJK membangun, memelihara dan mengembangkan
sistem informasi sesuai dengan tugas dan kewenangnya.
dibangun oleh OJK, Bank Indonesia, dan Lembaga Penjamin
Simpanan saling terhubung satu sama lain, sehingga setiap institusi
dapat saling bertukar informasi dan mengakses informasi perbankan
yang dibutuhkan setiap saat (timely basis). Informasi tersebut meliputi
informasi umum dan khusus tentang bank, laporan keuangan bank,
laporan hasil pemeriksaan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
Lembaga Penjamin Simpanan atau oleh OJK, dan informasi lain
dengan tetap menjaga dan mempertimbangkan kerahasiaan informasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 44
Ayat (1)
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan
Komisioner OJK, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga
Penjamin Simpanan masing-masing mewakili Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan Lembaga Penjamin
Simpanan.
Ayat (2)
Cakupan kerja, sumber daya, dan anggaran kesekretariatan
disepakati oleh setiap anggota Forum Koordinasi Stabilitas
Sistem Keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Keputusan yang diambil Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
Keuangan mengikat seluruh anggota forum.
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas.
- 29 Ayat (2)
kondisi sistem keuangan yang sudah gagal menjalankan fungsi
dan perannya secara efektif dalam perekonomian nasional yang
ditunjukkan dengan memburuknya berbagai indikator ekonomi
dan keuangan antara lain berupa kesulitan likuiditas, masalah
solvabilitas, dan/atau penurunan kepercayaan publik terhadap
sistem keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
mengalami
kesulitan
keuangan
dan
membahayakan
kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi
disehatkan oleh OJK sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya.
Pasal 46
Ayat (1)
Pendapatan dan Belanja Negara pada saat kebijakan Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan ditetapkan dan/atau
dilaksanakan.
kelengkapan Dewan Perwakilan
keuangan dan perbankan.
Rakyat
yang
membidangi
Rakyat
yang
membidangi
Ayat (2)
kelengkapan Dewan Perwakilan
keuangan dan perbankan.
membidangi ...
Pasal 47
Ayat (1)
OJK dapat bekerja sama antara lain dengan:
organisasi internasional seperti International Organization of
Securities Commissions (IOSCO), International Organization
of Pension Supervisors (IOPS), International Association of
Insurance Supervisors (IAIS), organisasi pengawas dan
pengatur perbankan internasional; dan
lembaga internasional seperti Asian Development Bank (ADB),
World Bank, Islamic Development Bank (IDB), dan Financial
Action Task Force on Money Laundering (FATF).
Ayat (2)
Pembiayaan terkait keanggotaan organisasi dibebankan dalam
anggaran OJK.
Ayat (3)
Perjanjian internasional yang berdampak pada sistem keuangan
nasional termasuk perjanjian internasional yang berdampak
pada kepentingan nasional di bidang sumber daya manusia,
pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan.
kelengkapan
Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi
keuangan dan perbankan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 48 ...
- 31 Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Yang dim
kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l ...
- 32 Huruf l
Cukup jelas.
Huruf m
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan
kepolisian dan pengadilan.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Ayat (1)
Anggota Dewan
Presiden.
Komisioner
ditetapkan
dengan
Keputusan
- 33 Ayat (2)
Yang di
masa jabatan anggota Dewan Komisioner selain anggota Dewan
Komisioner Ex-officio Kementerian Keuangan dan Bank
Indonesia.
Ayat (3)
Pembentukan Panitia Seleksi ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
Ayat (4)
Dalam rangka memilih calon anggota Dewan Komisioner, Dewan
Perwakilan Rakyat dapat meminta calon anggota Dewan
Komisioner untuk melakukan presentasi dalam sidang Dewan
Perwakilan Rakyat menyangkut visi, pengalaman, keahlian atau
kemampuan, serta hal-hal yang berkaitan dengan moral dan
akhlak anggota Dewan Komisioner.
masa reses.
Ayat (5)
rapat
paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.
Pasal 57
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
pejabat dan pegawai OJK yang dialihkan dari Bank
Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, Kementerian Keuangan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e ...
- 34 Huruf e
Cukup jelas.
Ayat (2)
Penyampaian hasil persiapan dimaksud dilakukan segera setelah
Dewan Komisioner ditetapkan. Dewan Komisioner dapat
melakukan kajian dan penyempurnaan terhadap hasil persiapan
dimaksud.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Pembiayaan rencana kerja dan anggaran OJK bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Huruf c
pejabat dan pegawai OJK yang dialihkan dari Bank Indonesia
dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,
Kementerian Keuangan, dan dari rekrutmen secara terbuka.
Pengangkatan jabatan pegawai OJK dilakukan dengan Surat
Keputusan Dewan Komisioner.
Huruf d
Pengangkatan jabatan
Komisioner dilakukan
Komisioner.
pegawai
dengan
organ
Surat
pendukung
Keputusan
Dewan
Dewan
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas.
- 35 -
Ayat (2)
Keanggotaan tim transisi berasal dari Bank Indonesia dan
Kementerian Keuangan dalam proporsi yang seimbang
berdasarkan usulan Gubernur Bank Indonesia dan Menteri
Keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 61
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan tugasnya,
tim transisi dapat menggunakan pihak lain yang relevan atas
biaya tim transisi.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
kelengkapan Dewan Perwakilan
keuangan dan perbankan.
Rakyat
yang
membidangi
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Ayat (1)
dan pegawai Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan di Kementerian Keuangan yang saat ini
atau berpengalaman menangani pengaturan dan pengawasan
perbankan ...
- 37 Ayat (3)
Huruf a
Penetapan jangka waktu 3 (tiga) bulan dimaksudkan untuk
memberi kesempatan bagi OJK untuk melakukan proses
rekrutmen untuk mengisi kekosongan dari pejabat dan
pegawai yang tetap memilih status sebagai pegawai
Kementerian Keuangan.
Pejabat dan pegawai yang berasal dari Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yang tetap memilih
sebagai pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan
dikembalikan ke Kementerian Keuangan pada akhir tahun
pertama.
Huruf b
Penetapan jangka waktu 2 (dua) tahun dimaksudkan untuk
memberi kesempatan bagi OJK untuk melakukan proses
rekrutmen untuk mengisi kekosongan dari pejabat dan
pegawai yang tetap memilih status sebagai pegawai Bank
Indonesia.
Pejabat dan pegawai yang berasal dari Bank Indonesia yang
tetap memilih sebagai pejabat dan pegawai Bank Indonesia
dikembalikan ke Bank Indonesia pada akhir tahun ketiga.
Ayat (4)
hak atas pengakuan masa kerja, kepangkatan, pensiun,
asuransi, penghasilan, tunjangan dan hak lain sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, yang telah menjadi hak
pegawai yang bersangkutan.
Sejak pejabat dan pegawai dari Bank Indonesia dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dipekerjakan di
OJK, pejabat dan pegawai dimaksud memiliki hak yang
distandardisasi berdasarkan Peraturan Dewan Komisioner.
Hak pejabat dan pegawai setelah menjadi pejabat dan pegawai
OJK selanjutnya mengikuti ketentuan mengenai hak pejabat dan
pegawai dengan ketentuan:
a. Bank ...
- 39 -
Ayat (2)
Keputusan bersama atau keputusan Menteri Keuangan,
Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Dewan Komisioner antara
lain keputusan mengenai jenis kekayaan, kekayaan negara, dan
dokumen yang dapat digunakan, mekanisme penggunaan, status
kepemilikan, dan tata cara penggunaan secara bersama-sama.
Pasal 66
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan agar Dewan Komisioner dapat
menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara efektif pada
saat fungsi, tugas, dan wewenang tersebut beralih ke OJK dari
Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan.
Hal yang diinformasikan antara lain meliputi:
a. pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor
Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya;
b. kondisi terkini dan kecenderungan yang akan terjadi di
Perbankan, Pasar Modal, Usaha Perasuransian, Dana
Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa
Keuangan Lainnya;
c. kejadian penting yang terkait dengan Perbankan, Pasar
Modal, Usaha Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga
Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya yang
patut diketahui Dewan Komisioner; dan
d. kebijakan strategis yang telah dan akan diambil oleh Bank
Indonesia, Kementerian Keuangan, dan/atau Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Pembagian pembiayaan diatur bersama antara Pemerintah dan
Bank Indonesia.
Pasal 67 ...
- 40 Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Ayat (1)
Huruf a
Tugas Bank Indonesia dalam mengatur dan mengawasi
bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c yang
dialihkan ke OJK adalah tugas pengaturan dan
pengawasan yang berkaitan dengan microprudential
sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini.
Bank Indonesia tetap memiliki tugas pengaturan
perbankan terkait macroprudential.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.