Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan Titrasi Coulometri

Titrasi Netralisasi
Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan
ion hidroksida membentuk air. Pada penentuan titik akhir, titrasi netralisasi sangat berguna
untuk menganalisis campuran asam atau asam polyprotic . Hal yang sama juga terjadi pada
basa.
H+ + OH-> H2O
H3O+ + OH-> 2H2O
Prinsip Titrasi Netralisasi Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrasi dilakukan hinggal
mencapai titik ekuivalen dimana Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa
(ion hidroksida). Dengan menggunakan data volume titran yang digunakan, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
Ion Hidroksida dapat dihasilkan pada permukaan katoda platinum direndam dalam
larutan yang mengandung analit asam :
2H2O + 2e- 2OH- + H2
Anoda platinum harus diisolasi oleh diafragma untuk menghilangkan gangguan potensial
dari ion hidrogen yang dihasilkan oleh oksidasi anodik air . Sebagai alternatif , kawat perak
dapat digantikan untuk anoda platinum, asalkan ion klorida atau bromida ditambahkan ke
dalam larutan analit . Reaksi anoda kemudian menjadi:
Ag ( s ) + Br- + AgBr ( s ) + ePerak bromida tidak mengganggu reaksi netralisasi. Ion hidrogen yang dihasilkan pada
permukaan anoda platinum dapat digunakan untuk
titrasi coulometri basa kuat atau lemah serta :

2H2O O2 + 4 H+ + 4eDi sini , katoda harus diisolasi dari larutan anayte untuk mencegah interferensi dari ion
hidroksida .
Contoh Analit
Penetapan Zat anorganik
Garam ammonium
Nitrat dan Nitrit
Karbonat dan Karbonat Campuran
natrium karbonat, natrium hidrogen karbonat, dan natrium hidroksida
Penentuan Grup Fungsional Organik
Karboksilat dan sulfonat Kelompok Acid: Asam Sulfonat
Amine Grup: piridin dan turunannya . piperidin

Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau
garam yang sukar larut.
Prinsip Prinsip dasar titrasi pengendapan adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu dan
diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
Titrasi Pengendapan merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu. Perak nitrat (AgNO3) berlebihan ditambahkan ke sampel yang mengandung
ion klorida atau bromida. Sisa AgNO3 selanjutnya ditirasi kembali dengan menggunakan
ammonium tiosianat menggunakan indikator besi(III) ammonium sulfat. Reaksi yang terjadi
pada penentuan ion klorida dengan cara titrasi kembali adalah sebagai berikut :
AgNO3 berlebih + Cl- ---------->
gCl(s) + NO3Sisa AgNO3 + NH4SCN ----------> AgSCN(s) + NH4NO3

3NH4SCN + FeNH4(SO4)2 ---------->

Fe(SCN)3 merah + 2(NH4)2SO4

Metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, metode K.Fajans, dan
metode Leibig.
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai
indikator.
2. Metode Volhard
Pada prinsipnya, penentuan titik akhir ditandai dengan pembentukan senyawa berwarna yang
larut. Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromida, dan iodida
dalam suasana asam.
3. Metode K. Fajans
Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, senyawa yang biasa digunakan adalah
fluoresein dan eosin.
4. Metode Leibig
Cara Leibig ini tidak dapat dilakukan pada larutan amoni-akalis karena ion perak akan
membentuk kompleks Ag(NH3)2+ yang larut.
Indikator
1. Ion Kromat (The Mohr Metode)
Sodium kromat dapat berfungsi sebagai indikator untuk penentuan argentometric dari
klorida, bromida, dan sianida ion dengan bereaksi dengan ion perak untuk membentuk batamerah kromat silver (Ag2Cr04) mengendap
2. Indikator adsorpsi: The Fajans Metode
Indikator adsorpsi merupakan senyawa organik yang cenderung teradsorbsi ke permukaan
padat dalam titrasi presipitasi. Idealnya, adsorpsi (atau desorpsi) terjadi di dekat titik ekivalen
dan hasil tidak hanya dalam perubahan warna tetapi juga dalam transfer warna dari larutan ke
padatan (atau sebaliknya).
3. Ion Besi; The Volhard Metode
Dalam metode Volhard, ion perak dititrasi dengan larutan standar ion tiosianat.
Contoh Analit

Titrasi Pembentukan kompleks


Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan
yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa.Kompleks senyawa ini
dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada
titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Senyawa Pengompleks umum yang digunakan adalah EDTA ( disodium
ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Senyawa ini dengan banyak kation
membentuk kompleks dengan perbandingan 1 : 1, Beberapa valensinya:
M2+ + (H2Y)= (MY)2- + 2 H+
M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2 H+
M4+ + (H2Y)= (MY) + 2 H+
Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat
dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
Titrasi Coulometri dengan EDTA dilakukan oleh pengurangan kelat amina-merkuri (II)
EDTA pada katoda merkuri:

Karena kelat merkuri lebih stabil daripada kompleks kation seperti kalsium, seng, timah, atau
tembaga, kompleksasi ion ini terjadi hanya setelah ligan dibebaskan oleh proses elektroda.
Yang paling banyak digunakan di antaranya adalah ion perak, yang dihasilkan pada anoda
perak.
Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah:
a. Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa
ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri
berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya
titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10.
b. Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali.
Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
suasana asam.
c. Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12 13 dan
menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat
membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks
dilakukan titrasi kembali.

Titrasi Redoks (Reduksi-oksidasi)


Reaksi redoks dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat
menggunakan perubahan potensial untuk mengamati titik akhir satu titrasi. Selain itu cara
sederhana juga dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
Sebagai contoh, generasi coulometri brom membentuk dasar untuk sejumlah besar
metode coulometri. Selain itu juga gunakan reagen seperti perak (ll), mangan (III), dan
kompleks klorida tembaga (I) yang tidak terlalu stabil untuk digunakan dalam analisis
volumetrik konvensional.
Prinsip Kerja Titrasi Redoks Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang
melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron
yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh
oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan
oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron). Hubungan reaksi redoks dan
perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron;
Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik,
contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel
galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia.
Penggunaan Titrasi Redoks
1.
Penetapan Besi dalam Bijih Besi Bijih besi terdiriatas Fe2O3 (hematite), Fe3O4
(magnetit), FeCO3 (siderat), Fe2O3. nH2O (limonet), dan Fe3O4.nH2O (goethite).
2. Penetapan Klor dalam Kaporit/Kapur Klor atau Klorox
Indikator Redoks
Auto indikator
Contoh : KMnO4
Indikator spesifik
Contoh : Indikator kanji untuk Iodium
Indikator redoks
yang dapat berbeda warna pada keadaan tereduksi dan teroksidasi.
Contoh : difenilamin dan feroin.
In+
+e
In
warna A
warna B
Jika In+/In >/= 10, warna B yang tampak
Jika In+/In </= 0,1, warna A yang tampak
Jadi daerah perubahan warna (E indikator) : 2 x 0,059 = 0,12 V

Anda mungkin juga menyukai