Anda di halaman 1dari 22

IMMUNOMODULATOR

A.

PENDAHULUAN

Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme


pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non
spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral.

Pertahanan non

spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan
penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit
sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu
meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah
makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja
menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung
maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui
produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan
makro (Gambar 1). Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya
saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan
mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.

Gambar 1.mekanisme stimulant imun non spesifik

Karakteristika imunomodulator dan metode penguji


Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 1

Aktivitas suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun tidak tergantung pada
ukuran molekul tertentu. Efek ini dapat diberikan baik oleh senyawa dengan berat
molekul yang kecil maupun oleh senyawa polimer. Karena itu usaha untuk mencari
senyawa semacam ini hanya dapat dilakukan dengan metode uji imunbiologi saja.
Metode pengujian yang dapat dilakukan adalah metode in vitro dan in vivo, yang akan
mengukur pengaruh senyawa kimia terhadap fungsi dan kemampuan sistem
mononuklear, demikian pula kemampuan terstimulasi dari limfosit B dan T.
Metode uji aktivitas imunomoduator yang dapat digunakan,yaitu:
1.

Metode bersihan karbon ("Carbon-Clearance")


Pengukuran secara spektrofluorometrik laju eliminasi partikel karbon dari daerah
hewan. Ini merupakan ukuran aktivitas fagositosis.

2.

Uji granulosit
Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang difagositir
oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini dilakukan
di bawah mikroskop.

3.

Bioluminisensi radikal
Jumlah radikal 02 yang dibebaskan akibat kontak mitogen dengan granulosit atau
makrofag, merupakan ukuran besarnya stimulasi yang dicapai.

4.

Uji transformasi limfosit T


Suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan suatu mitogen. Timidin bertanda ( 3
H) akan masuk ke dalam asam nukleat limfosit 1. Dengan mengukur laju
permbentukan dapat ditentukan besarnya stimulasi dibandingkan dengan
fitohemaglutinin A (PHA) atau konkanavalin A (Con A).

Persyaratan imunomodulator
Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut:
1.

Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.

2.

Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.

3.

Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.

4.

Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek
samping farmakologik yang merugikan.

5.

Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.

Dasar fungsional paramunitas (menurut A. Mayr)


Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 2

1.

Terjadinya peningkatan kerja mikrofag dan makrofag serta pembebasan


mediator.

2.

Menstimulasi limfosit (yang berperan pada imunitas tetapi belum spesifik


terhadap antigen tertentu), terutama mempotensiasi proliferasi dan aktivitas
limfosit.

3.

Mengaktifkan sitotoksisitas spontan.

4.

Induksi pembentukan interferon tubuh sendiri.

5.

Mengaktifkan faktor pertahanan humoral non spesifik (misalnya sistem


komplemen properdin-opsonin).

6.

Pembebasan ataupun peningkatan reaktivitas limfokin dan mediator atau


aktivator lain.

7.

Memperkuat kerja regulasi prostaglandin.

IMUNOSUPRESAN
Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun
seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah
hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan
digunakan sebagai antikanker.
Respon imun
Pada mahkluk tingkat tinggi seperti hewan vertebrata dan manusia, terdapat dua
sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonsepesifik (innate immunity) dan
imunitas spesifik ( adaptive imunity).
1.

Imunitas nonspesifik
Merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa
keutuhan kulit dan mukosa; komponen biokimiawi seperti asam lambung, lisozim,
komploment ; dan komponen seluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag.
Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan
memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain di daerah
infeksi. Selanjutnya benda asing akan dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.

2.

Imunitas spesifik
Memiliki karakterisasi khusus antara lain kemampuannya untuk bereaksi secara
spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan membedakan antigen asing dengan

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 3

antigen sendiri (nonself terhadap self) ; dan kemampuan untuk bereaksi lebih
cepat dan lebih efesien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya. Respon
imun spesifik ini terdiri dari dua sistem imun , yaitu imunitas seluler dan imunitas
humoral. Imunitas seluer melibatkan sel limposit T, sedangkan imunitas humoral
melibatkan limposit B dan sel plasma yang berfungsi memproduksi antibodi.
Aktivitas respon imun spesifik
Aktivitas sistem imun spesifik memerlukan partisipasi kelompok sel yang disebut
sebagai antigen presenting sel
Indikasi imunosupresan
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplanatasi organ,
penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
1.

transplantasi organ

2.

penyakit autoimun

3.

pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus

Prinsip umum terapi imunosupresan


Prinsip umum penggunaan imunosupresan untukmencapai hasil terapi yang optimal
adalah sebagai berikut:
1.

Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan dibandingkan


dengan respon imun sekunder. Tahap awal respon primer mencakup: pengolahan
antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan diferensiasi sel-sel imun.
Tahap ini merupakan yang paling sensitif terhadap obat imunosupresan.
Sebaliknya, begitu terbentuk sel memori, maka efektifitas obat imunosupresan
akan jauh berkurang.

2.

Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang


berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu
antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.

3.

Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan


sebelum paparan terhadap antigen. Sayangnya, hampir semua penyakit autoimun
baru bisa dikenal setelah autoimuitas berkembang, sehingga relatif sulit di atasi.

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 4

IMUNOSTIMULAN
Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi
imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun
humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik
untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efekumumnya lemah. Indikasi
imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang
melibatkan sistem lifatik. (Widianto B Matildha. 1987)

A.

TERAPI HERBAL IMUNOMODULATOR

Nigella sativa L

Gambar 2. Jinten hitam (Nigella sativa L)


Diambil dari www.bh-froe.com/ZC/images/nigella%20sativa.jpg
1.

Klasifikasi

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Bangsa

: Ranunculales

Suku

: Ranunculaceae

Marga

: Nigella

Jenis

: Nigella sativa

Nama umum/dagang: Jinten hitam

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 5

Nama umum : jinten ireng (Jawa), kalonji (India), Haba-ul-sauda (Arab), Black
cumin (Ingris) (Anonim.2000 dan Gillani Anwar-ul Hassan dkk.2004)
2.

Deskripsi tanaman

Habitus

: semak, semusim, tinggi 30 cm

Batang

: tegak, lurus, beralur, berwarna hijau kemerahan

Daun

: tunggal, lonjong, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi,


pertulangan menyirip, berwarna hijau

Bunga

: majemuk, bentuk karang, benang sari banyak, tangkai sari dan


kepala sari kuning, mahkota bentuk corong, berwarna putih
kekuningan

Buah

: polong, bulat panjang, berwarna coklat kehitaman

Biji

: kecil, bulat, warna hitam

Akar

: tunggal, warna coklat (Anonim.2000)

3. Jenis yang ada


Terdapat 14 spesies tersebut diantaranya adalah : Nigella arvensis, Nigella ciliaris,
Nigella damascena, Nigella hispanica, Nigella integrifolia, Nigella nigellastrum,
Nigella orientalis, dan Nigella sativa.
4. Kandungan kimia
Biji jinten hitam mengnadung volatil oil yang berwarna kuning (22,7%), asam amino
seperti albumin, globulin, lysin, leucin, isoleusin, valin, glysin, alanin phenylalanin,
arginin, asparginin, cystine, glutamic acid, aspartic acid, isoleusin, prolin, serin,
treonin, tryptopan, dan tyrosin, gula redusi, musilago, alkaloid, asam organik, tannin,
resin, glukosida toksik, metarbin gykosida saponin, melanthin menyerupai helleborin,
melanthiginin, abu, air dan asam arabik. Dalam biji juga ditemukan lemak, serat,
mineral seperti Fe, Na, Cu, Zn, P,Ca dan vitamin seperti asam ascorbic, thiamin,
niacin, piridoksin, dan asam folat.
Biji jinten hitam mengandung ester asam lemak: seperti asam palmitat, asam oleik,
asam linoleik, dan asam dehidro stearik, terpenoid, alkohol alpipatik, dan -hidroksiketon tidak jenuh, sterol bebas, steril ester, steril glukosida dan glukosida
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 6

steryl terasetilasi. Alkaloid yang telah diisolasi yaitu nigelliene, alkaloid isoquinolin,,
nigellimin, dan alakaloid indazol, nigellidine. Juga mengandung lipase, phytosterol
dan -sitosterol.
Kandungan aktif biji jinten mencakup volatil oil yang terdiri dari carvone, keton tidak
jenuh, terpen atau d-limonen yang dikenal dengan carvene, -pinen dan p- cymene.
Kandungan aktif secara farmakologi pada volatile oil adalah thymoquinone,
ditymoquinone, thymohidroquinone, dan thymol. Kandungan thmoquinone tertinggi
sebesar 57,78% dimana air diberikan selama 12 hari. (Gillani Anwar-ul Hassan dkk,
2004)
5. Rumus Struktur Utama

Gambar 3. Struktur Kimia Utama Jinten hitam (Nigella sativa L)


Diambil dari WHO Monograph volume 1 1999(G63)
6. Khasiat dan kegunaan
Biji jinten hitam umumnya digunakan pada pengobatan tradisional, seperti diuretik,
antihipertensi , memperbaiki proses pencernaan, antidiare, stimulan nafsu makan,
emmenogogue, analgesik, anthelmintik, antibakteri dan digunakan untuk penyakit
kulit. Jinten hitam juga telah dilakukan studi untuk aktivitas biologi dan
memperlihatkan untuk antidiabetes, anticancer dan imunomodulator, analgesik,
antimikroba,

anti-inflamasi,

spasmolitik,

bronchodilatot,

hepatoprotektive,

antihipetensi, pelindung ginjal, dan antioksidan. (Gillani Anwar-ul Hassan dkk, 2004)
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 7

Hasil penelitian Medenica dkk. menunjukkan bahwa Nigella sativa L. mempunyai


aktivitas immunomodulatory kuat dan aktivitas seperti interferon dan mampu
menghambat cancer dan progresi sel

endothelial dan menurunnya produksi

angiogenic, faktor pertumbuhan protein fibroblastic oleh sel tumor.


7. Uji imunomodulator
Prinsip kerja
Diuji efek herbal melanin (ekstrak N.sativa) terhadap produksi 3 jenis sitokin: Tumor
Necrosis Factor Alpha (TNF-); Interleukin 6 (IL-6) dan Vascular Endothelial Growth
Factor (VEGF) pada sel monosit manusia, periferal blood mononuclear cell (PBMC)
dan sel THP-1. Sel mendapat perlakuan melalui berbagai macam variasi konsentrasi
melanin. Diamati ekspresi TNF-2,IL-6,VEGF pada 3 jenis sel. Diamati sekresi protein
pada supernatant kemudian dideteksi dengan RT-PCR dan ELISA
Preparasi dan karakterisasi herbal melanin dari n. Sativa
Melanin diekstraksi dari kulit biji N. sativa melalui solubilisasi alkali dan
agregasi asam. Dimurnikan dengan cara dicuci dengan air destilasi dan vacuum

drying.
Ekstrak dianalisis menggunakan ESR (Electron Spin Resonance),IR,UV-VIS,
NMR, XRD, Fluroscence, uji kelarutan, komposisi asam amino dan analisis

elemental.
Ekstrak kering dilarutkan dalam larutan NaOH 0,1 M pada konsentrasi 1g/L. pH
ekstrak ditetapkan pada 7,4 menggunakan HCl konsentrat dan disaring
menggunakan filter ukuran 0,4m. Larutan stok melanin untuk penggunaan
eksperimental disiapkan dalam air destilasi pada konsentrasi 0,1-1 g/L.

Kondisi sel kultur


Sel THP-1 monosit diperoleh dari American Type Culture Collection (ATCC,

Rockville,MD,USA)
Sel dipelihara dalam RPMI 1640 diberi nutrisi serum bovine fetal dan 1%
penisilin-streptomicin dengan kelembaban 5% pada suhu 370C. 24 jam sebelum
dipakai medium ditempatkan pada RPMI 1640 bebas serum untuk menghindari
efek serum terhadap ekspresi gen.
Isolasi sel darah
Darah dikumpulkan dari sukarelawan sehat (usia 22-45 tahun). Darah diambil
secara aseptis, dikumpulkan dalam tabung steril yang mengandung EDTA.

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 8

PBMC dipisahkan melalui Ficoll-paque density gradients.


Monosit murni diperoleh melalui antiCD14-coated microbeads (kolom
separasi)
Dengan tes flowcytometer menggunakan ekspresi antigen CD-14 dan CD-45,
menunjukkan 90% sel merupakan monosit.
Induksi dan analisis pada tingkat mRNA sitokin
Monosit dan PBMC dicampur dengan larutan ekstrak herbal melanin pada
konsentrasi 50 dan 100g/mL. ekspresi mRNA TNF-alfa, IL-6 dan VEGF
diuji 3 jam berikutnya. Sel THP-1 juga diperlakukan sama, hanya saja ekspresi
mRNA TNF-alfa dilakukan 3 jam berikutnya dan IL-6 serta VEGF dilakukan
setelah 24 jam
Sebagai kontrol positif digunakan E.coli Lipopolisaccharide (LPS).
Total RNA sel diekstraksi dari sel monosit, PBMC, dan THP-1 menggunakan
reagen TRIzol.
Amplifikasi cDNA sitokin menggunakan PCR. Produk yang dihasilkan
dipisahkan pada gel agarose 2% menggunakan elektroforesis dan visualisasi
dengan pengecatan Etidium bromida
Induksi dan analisis pada tingkat protein sitokin

Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan apakah perubahan pada tingkat
mRNA sitokin dikarenakan perlakuan dengan ekstrak sehingga menyebabkan
perubahan juga pada produksi sitokin

Sel ditambahkan ekstrak HM (10,50,100g/mL) atau LPS (10 mg/mL) selama


24 jam sebelum supernatan diambil. Protein sitokin yang terdapat dalam
supernatan diuji menggunakan ELISA

Media RPMI 1640 digunakan sebagai kontrol negatif

Kontrol tambahan diperoleh dengan menginkubasi 100g HM dalam media


RPMI selama 24 jam pada suhu 370C

Rata-rata absorbansi dari 2x pengulangandihitung mneggunakan kurva


standar. Konsentrasi ditentukan melalui ekstrapolasi kurva standar

.Uji toksisitas selular

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 9

Toksisitas HM pada sel THP-1 ditentukan dengan uji proliferasi sel 3-(4,5
dimetiltiazol-2)-2, 5-difeniltetrazolium bromida (MTT).

Sel ditempatkan pada medium dan diinkubasi , kemudian ditambahkan HM


dengan konsentrasi 10,50, 100 g/mL

24 jam sebelum time point, diberi reagen MTT 10 mL

Setelah 2 jam dibiarkan dalam tempat yang gelap, diukur absorbansi pada 570
nm dengan ELISA (El-Obeid, A.,2006)

8. Uji toksisitas
Tenekoon melaporkan bahwa penggunaan oral N. sativa pada tikus jantan (Sprague
Dawley) slm 14 hari, menyebabkan peningkatan kadar enzim hepatic dan perubahan
histopathological. Penggunaan campuran minyak N. sativa seeds berpotensi
menimbulkan toksisitas pada mencit dan tikus dengan determinasi nilai LD50,
perubahan biokimia, hematologi dan histopathologi. Toksisitas kronik dapat terjadi
pada penggunaan oral dose 2 ml/kg body selama 12 minggu pada tikus, yang ditandai
dengan terjadinya perubahan kadar enzim hepatic, peningkatan kadar serum
cholesterol, triglyceride dan glucose, sedangkan jumlah leukocytes dan platelets
menurun drastis dibandingkan nilai control, serta terjadi peningkatan kadar hematocrit
dan hemoglobin. Fischer melaporkan bahwa penggunaan N sativa pada 344 tikus
selama 14 minggu tidak menginduksi perubahan patologi liver, ginjal, limpa atau
organ lain

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 10

Aloe vera (L.)

Gambar 4. Lidah buaya (Aloe vera L)


Diambil dari www.henriettesherbal.com
1. Klasifikasi
Divisi

: Plantae

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocots

Bangsa

: Asparagales

Suku

: Asphodelaceae/Liliaceae

Marga

: Aloe

Jenis

: Aloe vera

Nama umum/dagang: Lidah buaya


2. Deskripsi tanaman
Habitus

: tumbuhan liar di tempat yang berhawa panas

Batang

: berbatang pendek tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun


yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah

Daun

: berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, berdaging tebal,


tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen
(banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir
(gel). Bentuk menyerupai pedang dengan ujung meruncing,
permukaan dilapisi lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 11

mencapai 50 - 75 cm, berat 0,5 kg - 1 kg, daun melingkar rapat di


sekeliling batang bersaf-saf.
Bunga

: berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul,


keluar dari ketiak daun, berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian
berbentuk tandan, panjang mencapai 1 meter. Bunga biasanya
muncul bila ditanam di pegunungan

Akar

: akar serabut yang pendek dan berada di permukaan tanah. Panjang


berkisar antara 50 - 100 cm.

3. Jenis yang ada


Aloe barbadensis Mill., Aloe chinensis Bak., A. elongata Murray, A. indica Royle, A.
officinalis Forsk., A. perfoliata L., A. rubescens DC, A. vera L. var. littoralis Knig ex
Bak., A. vera L. var. chinensis Berger, A. vulgaris Lam
4. Kandungan kimia
Kandunga kimia dari Aloe terdiri dari mono- dan poli sakarida (glucomannan dan
polisakarida yang terdiri dari arabinosa, galaktosa

dan xylosa); tannins, sterols,

organic acids, enzymes (terdiri dari cyclooxygenase), saponins, vitamins dan


minerals, serta terdapat juga lemak (kolesterol, asam gamolenat dan asam
arachidonat). Kandungan kimia terpenting adalah hydroxyanthrone derivatives, yang
utama aloe-emodin-anthrone tipe 10-C-glucoside, barbaloin (aloin) (1540%) (8, 13),
hydroxyaloin (about 3%), Barbaloin (_aloin) campuran dari aloin A (10S) [1] dan B
(10R), aloinoside A dan B.
5. Rumus Struktur Utama

Gambar 5. Struktur Kimia Utama Lidah buaya (Aloe vera L)


Diambil dari WHO monographs on selected medicinal plants)
6. Khasiat dan kegunaan

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 12

Kandungan polisakarida dari A. vera menunjukkan aktivitas immunostimulant, yang


berperan sebagi aktivasi adjuvant terhadap produksi antibody spesifik dan
meningkatkan pelepasan interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis
factor-a (TNF-a), dan interferon-c (INF-c). Pelepasan/release sitokin menstimulasi
peningkatan mencapai 300% dalam replikasi fibroblast pada kultur jaringan dan
meningkatkan fogositosis macrophage. Proliferasi fibroblasts diketahui memberikan
respon terhadap luka bakar, ulcers, dan gangguan saluran cerna. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa perubahan sedikit dala struktur, berat molekul atau konformasi
dari polisakarida mempunyai efek yang dramatic dalam hal potensiasi. Sebagai
contoh perbedaan aktivitas antiviral pada xylo-mannans dari Nothogenia fastigiata.
7.
Uji imunomodulator
Preparasi ekstrak
Daun Aloe vera dicuci dengan air sampai bersih kemudian dipotong-potong
melintang. Bagian epidermis yang tebal dibuang sedangkan bagian gel padat diambil
dan dihomogenkan. Campuran gel yang homogeny diliofiliasi dan diekstraksi dengan
etanol (95%). Filtrat dikumpulkan dan dikeringkan pada rotary evaporator. Residu
disimpan dalam tempat kering yang steril pada suhu 4 0C sebelum dipakai. Ekstrak
disuspensikan kembali dalam air destilasi pada saat akan digunakan.
Hewan
Mencit Swiss albino dengan berat badan 252 gram. Mencit dipelihara pada
lingkungan dengan temperatur 2520 dengan siklus 12 jam gelap/terang, diberi makan
dengan makanan pellet standar, dan air ad libitum.
Pengujian efek ekstrak terhadap sel darah putih (penghitungan)
Mencit dibagi menjadi 3 kelompok secara random, masing-masing kelompok 6
mencit. Mencit pada kelompok A (kelompok control) diberikan larutan garam (5
ml/kg,i.p). Mencit kelompok B dan C diberikan ekstrak AVG i.p dengan dosis 150
mg/kg dan 300 mg/kg selama 5 hari. Darah diambil pada vena ekor sebelum
pemberian pertama dan setiap hari ketiga setelah dosis kelima sampai 1 bulan. Total
sel darah putih ditentukan dengan menggunakan hemositometer.
Pengujian efek ekstrak terhadap produksi antibodi
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 13

Tiga kelompok mencit, masing-masing kelompok terdiri dari 6 mencit,diimunisasi


dengan dengan 2,5 x 108 sel darah merah domba secara i.p. Hewan dari kelompok B1
dan C1 diberi ekstrak 150 mg/kg,i.p dan 300 mg/kg, i.p setiap hari selama 5 hari.
Darah diambil dari vena kaudal sebelum dosis pertama dan setiap hari ke tiga setelah
dosis kelima hingga 1 bulan. Titer antibody ditentukan dengan metode hemaglutinasi.
Hewan pada kelompoka diberikan larutan garam (5ml/kg,i.p)
Pengujian efek ekstrak terhadap sel pembentuk plak
Tiga kelompok mencit masing-masing terdiri dari Sembilan mencit diimunisasi
dengan 2,5 x 108 SRBC i.p. Mencit pada kelompok B2 dan C2 diberikan ekstrak 150
mg/kg,i.p dan 300 mg/kg,i.p setiap hari selama 5 hari. Kelenjar limpa diambil,
kemudian diproses, kemudian jumlah sel pembentuk plak ditentukan menggunakan
metode Jerne dan Nordin. Hewan pada kelompok control menerima larutan garam (5
ml/kg,i.p).
Pengujian terhadap aktivitas fagositik makrofag peritoneal
Makrofag peritoneal dengan sodium kaseinat diberikan pada tiga kelompok mencit
yang telah diberi ekstrak AVG (150 mg/kg,i.p atau 300 mg/kg,i.p)setiap hari selama 5
hari berturut-turut, sementara hewan pada kelompok kontrol diberikan larutan garam.
Makrofag kemudian dikultur pada hari kelima dan aktivitas fagosit diuji
menggunakan metode Mehara dan Vaidya menggunakan opsonized SRBC.
8.

Uji toksisitas

Gejala-gejala over dosis berupa diare dan kehilangan cairan dan elektrolit terutama
terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia. A. vera dikontraindikasikan bagi pasien
cramps, colic, haemorrhoids, nephritis, atau yang mengalami gangguan abdominal
seperti nyeri, mual atau muntah, wanita hamil dan menyusui karena bersifat
gastrointestinal stimulant anthraquinone suatu komponen yang aktif sebagai laxative.

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 14

Rhizoma Curcumae Longae

Gambar 4. Kunyit (Rhizoma Curcumae Longae)


Diambil dari From Wikipedia, the free encyclopedia
1. Klasifikasi
Divisi

: Plantae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Marga

: Curcuma

Jenis

: Curcuma longa

Nama umum/dagang: Saffron (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia);


Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura)
2. Deskripsi tanaman
1. Habitus :

tanaman herbal tinggi mencapai 1.0 m; tegak, menfleshy, main

rhizome nearly ovoid (about 3 cm in diameter and 4 cm long).


2. Batang :

berbatang pendek tidak kelihatan karena tertutup oleh daun-daun

yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah


3. Daun :

berbentuk pita dengan helaian yang memanjang, berdaging tebal,

tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen

(banyak

mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir (gel). Bentuk
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 15

menyerupai pedang dengan ujung meruncing, permukaan dilapisi lilin, dengan


duri lemas dipinggirnya. Panjang mencapai 50 - 75 cm, berat 0,5 kg - 1 kg,
daun melingkar rapat di sekeliling batang bersaf-saf.
4. Bunga :

berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul,

keluar dari ketiak daun, berukuran kecil, tersusun dalam rangkaian berbentuk
tandan, panjang mencapai 1 meter. Bunga biasanya

muncul bila ditanam di

pegunungan
5. Akar

: serabut berwarna coklat muda (Anonim. 2001 dan Anonim. 1999)

3. Jenis yang ada


Curcuma domestica Valeton., C. rotunda L., C. xanthorrhiza Naves, Amomum
curcuma ( Anonim. 2001)
4. Kandungan kimia
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin dan zat- zat
manfaat lainnya Kandungan Zat : Kurkumin : R1 = R2 = OCH3 10 %
Demetoksikurkumin : R1 = OCH3, R2 = H 1 - 5 % Bisdemetoksikurkumin: R1 = R2
= H sisanya Minyak asiri / Volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron, tumeon 60%,
Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil ) Lemak 1 -3 %, Karbohidrat 3
%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat besi,
fosfor, dan kalsium).
5. Rumus Struktur Utama

(Anonim. 199)

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 16

6. Khasiat dan kegunaan


Curcumin menghambat mediated IL-12 (interleukin 12) Th 1 yang tergantung pada
neuronal demyelination dalam model murine model terhadap berbagai sklerosis oleh
targeting Janus kinase 2, tyrosine kinase 2 , STAT3 and STAT4. Curcumin secara
spesifik melepaskan cytostatic dan efek cytotoxic terhadap tumor.

Curcumin

meningkatkan efek terhadap fungsi utama dari sel T, sel natural killer (NK),
macrophages dan pada splenocytes total in-vivo. Varalakshmi dkk. melaporkan bahwa
terjadi peningkatan efek immunomodulatory dalam hewan coba ascites-bearing. Studi
ini memperkuat bahwa curcumin cukup aman dan dapat digunakan sebagai
immunomodulator untuk system immune.
7.

Uji imunomodulator

Uji in vivo efek immunomodulator curcumin dilakukan pada hewan coba tikus betina
berat 100-150 g dengan usia 5-6 minggu. Pemberian curcumin dilakukan dengan
injeksi (40 mg/kg/hari, i.p) selama 30 hari setiap interval 24 jam. Kelompok hewan
coba terdiri dari:

curcumin, curcumin+cyclosporine (CsA), CsA dan kelompok

kontrol PBS. Pada hewan coba tikus, curcumin diberikan (40 mg/kg/tikus/24 jam
selama 30 hari), cyclosporin A (10 mg/kg, i.p) diinjeksi 48 jam sebelum dikorbankan.
(Varalakshmi Ch,et al. 2008)
Uji apoptosis sel tumor dengan flow cytomety
Induksi apoptosis pada sel tumor dan sel normal ditentukan dengan flow cytometry
dengan pewarna propidium iodide, menunjukan bahwa induksi apoptosis pada CHO
(Chines Hamster Ovary), rat skin fibroblat (RSF), human corneal epithel sel (HCE),
rat lympohocyte dan hepatocyte yang beri curcumin gagal untuk diinduksi apoptosis,
sedangkan induksi apoptosis pada beberapa cell line mengalami perubahan seperti
MDAMB

(breash

carcinoma),

OVCAR-8

(ovarian

carcinoma),

HepG2

(hepatocellular carcinoma) dan HL-60 (leukemia cell line). Induksi apoptosis


curcumin pada semua sel tumor memberikan efek pada kultur utama atau tidak
merubah sel pada kondisi yang sama. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Uji lymphoproliferasi
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 17

Lymphoproliferasi disiapkan dari limpa kelompok kontrol, curcumin+cyclosporine A


(CsA) dan curcumin atau CsA yang diinjeksi pada hewan coba dengan FicollHypaque gradient. 2x105 sel/sumur diinkubasi dengan ConA atau PHA (0,5 2,5
g/mL) selama 48 jam diikuti dengan penambahan 3H tymidinie (1Ci/sumur) dan
diinkubasi hingga 24 jam. Sel kemudian di panen dan disatukan dengan radioaktif
diukur dalam suatu Packard liquid scintillation counter.

Dari hasil uji

lymphoproliferasi memperlihatkan tidak ada perbedaan yang signifikan 3H


tymidinie antara kelompok perlakuan curcumin dan kontrol yang diamati secara in
vitro.
Untuk mengecek kemampuan efek in vivo curcumin terhadap kemampuan proliferasi
sel T, curcumin diinjeksi pada hewan coba (i.p) selama 30 hari dan splenocyte dari
kelompok kontrol dan perlakuan injeksi-curcumin dipanen. Mitogen seperti PHA dan
ConA diketahui secara spesifik dapat menginduksi proliferasi sel T. Lymphocyte dari
kelompok kontrol dan hewan coba yang diinjeksi-curcumin di panen pada hari ke-30,
dan dilakukan dengan perbedaan konsentrasi PHA (0, 1, dan 1.2 g/mL). Hasil
menunjukan peningkatan kemampuan lympoproliferasi sel T yang diamati pada
hewan perlakuan injeksi curcumin. Selanjutnya untuk menkonfirmasi efek proliferasi
curcumin secara in vivo, jumlah splenocyte di stimulasi dengan mitogen lain ConA (0
dan 2.0 g/mL) dari hewan coba yang menerima curcumin hingga hari ke-20 dan 30.
Seperti pada pengamatan dengan PHA, terjadi juga peningkatan efek lympoproliferasi
yang

meningkat

dengan

ConA.

Konfirmasi

dilakukan

juga

menggunakan

immunosupresan cyclosporine A (CsA). Injeksi CsA memberikan hasil penurunan


induksi proliferasi ConA sel T pada kelompok injeksi curcumin, juga memberikan
efek yang tidak berarti pada kelompok kontrol. Peningkatan Ag-spesifik proliferasi sel
T diamati juga pada hewan coba tikus yang diberi injeksi curcumin yang diinjeksi
dengan sel tumor AK-5 sebagai sumber tumor Ag. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Penentuan Reactive Oxygen Species (ROS)


Macrophag plate (Ms) 2x106 sel/sumur dalam 150 L phenol-red bebas IMDM dan
anion superoksida ditetapkan dalam 80M sitokrom C dengan/tanpa SOD (300

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 18

U/mL).

Reduksi

superoxide-induced

pada

ferrisitokrom

ditetapkan

dengan

spektrofotometri pada 550 nm.


Hasil penentuan jumlah ROS secara ektraselluler tidak memberikan efek pada
kelompok hewan coba yang diinjeksi dengan curcumin dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Efek null pada curcumin ini telah dikonfirmasi dalam isolat
macrophage dari dua lokasi anatomi yang berbeda yaitu ruang peritoneal dan limpa.
Pada hari ke-10 dan 20 terjadi peningkatan jumlah ROS secara intraselluler pada
macrophage peritoneal, dimana pada hari ke-30 tingkatnya sama dengan kelompok
kontrol. Pada macrophage limpa tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan
antara kelompok kontrol dan kelompok injeksi-cucumin. ROS intraselluler yang
tinggi dalam magrophage peritoneal pada hari ke-20 dan 30, memperlihatkan
pencerminkan efek lokal curcumin dalam ruang peritoneal sejak efek yang sama tidak
diamati pada splenic macrophage.
Pengamatan tingkat ROS secara intraselluler dilakukan juga pada hewan coba tikus
dalam magrophage peritonel dan limpa yang mendapatkan curcumin, curcumin+CsA
atau CsA. Dengan adanya CsA, meningkatkan jumlah ROS yang dapat ditemukan
dalam magrophage peritoneal dan limpa pada hari ke-20 tetapi tidak ditemukan pada
hari ke-30. Bagaimanapun peningkatan oksidatif juga diamati dengan CsA pada hari
ke-20, karena data menujukan efek yang sinergis pada curcumin yang dihubungkan
dengan CsA pada hari ke-20.
Evalusi modulasi pada ROS generation dalam Magrophage melalui curcumin dan
tumor, kami mentransplantasi sel tumor

AK-5 (i.p) pada kelompok kontrol dan

injeksi curcumin (30 hari diberikan curcumin). Pada hari ke-5 setelah tumor
ditransplantasi, tidak ada efek tumor AK-5 yang diamati ada jumlah ROS dalam limpa
magrophage yang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jadi tingkat ROS pada
transplantasi AK-5 pada injeksi-curcumin, tidak memberi efek perubahan.
(Varalakshmi Ch,et al. 2008)

Penentuan efek Nitric Oxide (NO)


Macrophag (Ms) yang dikultur selama 16 jam, 100 L sel bebas supernatan
merupakan aspirat dan mengandung NO yang diukur menggunakan reagen Griess.
Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 19

Absorbansinya pada 540 nm yang diukur menggunakan ELISA reader. Dari hasil
penentuan efek NO, tidak ada perbedaan signifikan yang terlihat antara kemampuan
sekresi NO antara kelompok kontrol dengan injeksi-curcumin pada kedua
macrophage pertitoneal dan limpa. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)
Uji sitotoksik
Pengaruh curcumin terhadap kemampuan sitotoksik sel NK (Natural Killer Cell),
isolat sel NK dari hewan coba kelompok kontrol dan injeksi-curcumin pada hari yang
berbeda (10, 20, dan 30) dan memperlihatkan kemampuan terhadap sel tumor YAC-1
dalam 4 jam dengan

51

Cr release assay. Sel NK limpa dari kelompok kontrol dan

injeksi-curcumin membuktikan tingkat yang sama pada sitotoksik terhadap target


YAC-1 pada 100:1. Injeksi CsA menghilangkan fungsi sitotoksik pada isolat sel NK
dari kelompok kontrol dan injeksi-curcumin. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)
Enzyme linked immunofiltration assay
Sitokin dalam sera pada kelompok hewan coba kelompok kontrol, curcumin,
curcumin+Cyclosporine (CsA) atau CsA ditetapkan dengan mAbs spesifik
menggunakan enzyme linked immunofiltration assay (ELIFA).
Hasil efek immunomodulator curcumin ditentukan dalam istilah tingkat sitokin dalam
sampel serum kelompok kontrol dan injeksi-curcumin pada hari yang berbeda.
Penentuan dilakukan terhadap IL-2, IL12 dan IFN- dalam sampel serum. Semua,
variasi kurang mempengaruhi tingkat IL-2 dan IFN antara kelompok kontrol dan
injeksi-curcumin. Tingkat yang lebih tinggi ditunjukan pada IL-12 pada kelompok
injeksi-curcumin pada hari ke-10 dan 20 yang dibandingkan dengan kontrol pada hari
ke-30. Kelompok kontrol dan injeksi-curcumin yang diberikan CsA, tidak menujukan
hasil perubahan yang signifikan. Bagaimanapun, injeksi CsA pada kedua kelompok
menyebabkan penurunan yang sama dalam tingkat sirkulasi IL-2 pada dosis curcumin
yang digunakan tidak menginterferensi dengan produk normal IL-2. Profil konsentrasi
IL-12 dan IFN- dalam kelompok kontrol yang diinjeksi CsA sama pada CsA dan
injeksi-curcumin yang ditunjukan secara in-vivo tidak memberikan efek pada tingkat
sitokin. (Varalakshmi Ch,et al. 2008)
8.

Uji toksisitas

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 20

Tidak terlihat toksik pada pemberian secara per oral pada dosis tunggal ekstrak etanol
turmerik 0,5; 1 atau 3 g/Kg BB mencit, atau serbuk turmerik 2,5 g/kg atau ekstrak
etanol 300 mg/kg untuk tikus, kelinci dan monyet. Dosis tunggal curcumin 1-5 g/kg
BB mengurangi efek toksik pada tikus.
Tidak ada kematian yang dapat diamati setelah pemberian curcumin pada mencit
untuk dosis tunggal atau intraperitonial pada 2,0 g/kg BB.
Nilai LD50 akut intraperitonial pada mencit untuk fraksi petroleum eter, alkohol dan
air dari turmerik dan pada curcumin ditetapkan pada 0,525; 3,980; 0,430; dan 1,5 g/kg
BB secara berturut-turut. (Anonim. 2003)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Departemen Kesehatan RI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 163-164
Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I) Jilid 2. Departemen Kesehatan
RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hal 103-104
Anonim.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapi ,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 757-766.
Anonim. 1999. WHO monographs on selected medicinal plants. Volume 1.World
Health Organization Geneva.

Anonim. 2003. ESCOP Monographs. The Scientific Foundation for Herbal Medicinal
Products. Second edition completely revised and expanded. European Scientific
Coorperative of Phytoteraphy. Tieme. Halaman: 107-117
Anonim.2009. www.bh-froe.com/ZC/images/nigella%20sativa.jpg

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 21

Chow Jimmy Tai-Nin,et al. 2005.Chemical characterization of the


immunomodulating polysaccharide of Aloe vera L. Carbohydrate Research 340
(2005) 11311142
El-Obeid, A., Al-harbi. S., Al-Jomah, N., Hassib, A. 2006. Herbal Melanin Modulates
tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-), Interleukin 6 (IL-6) and Vascular
Endothelial Growth Factor (VEGF) Production. Phytomedicine 13:324-333
Gilanni Anwar-ul Hassan,Qaiser jabeen dan Muhammad Asad Ullah Khan. 2004. A
Review of Medicinal aand Pharmacological activities of Nigella s. Pakistan
Journal of Biological Science 7 (4): 441-451.2004
Jimmy

Tai-Nin

Chow

et.al.

2004.

Chemical

characterization

of

the

immunomodulating polysaccharide of Aloe vera L, 30 September 2004


Mohamed Labib Salem.2005.Review: Immunomodulatory and therapeutic properties
of the Nigella sativa L. seed. International Immunopharmacology 5 (2005)
17491770
Swamy S.M.K dan B.K.H. Tan. 2000.Immunomodulatory and therapeutic properties
of the Nigella sativa L. seed. Journal of Ethnopharmacology 70 (2000) 17
Widianto B Matildha. 1987. Immnomodulator. Jurusan Farmasi Institute Teknologi
Bandung. Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Halaman 44-46
Varalakshmi Ch,et al. 2008. Immunomodulatory effects of curcumin: In-vivo.
International Immunopharmacology (2008) 8, 688700

Tugas Fitoterapi
Terapi Herbal Imunomodulator

Page 22

Anda mungkin juga menyukai