Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM

1.

Definisi
Post Partum adalah mulai setelah partus selesai, dan berakhir kira-kira 6
minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada
kehamilan dalam waktu tiga bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal : 237).
Post Partum adalah dimulai setelah 24 jam anak lahir dan berakhir
setelah kira-kira enam minggu akan tetapi seluruh alat genetalia baru akan pulih
kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu tiga bulan (Dep. Kes RI, 2001).
Post Partum adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan, kembali seperti keadaan sebelum hamil masa nifas
berlangsung kira-kira enam minggu (Abdul Bari Saifuddin, 2002).
Post Partum adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan yang lamanya enam minggu (Obstetri Fisiologi, 1983,
hal : 318).
Dari berbagai pengertian post partum diatas,maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa pengertian Post Partum yaitu masa setelah anak
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan.

2.

Periode Post Partum


Menurut Mochtar, 1998, Post Partum terbagi 3 periode :
6
a. Post Partum Dini : Kepulihan dimana
ibu boleh berdiri dan berjalan, dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post Partum Intermedia : Kepulihan menyeluruh alat genital yang lama 6 8
minggu
c. Remote Post Partum : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna biasanya lebih dari 8 minggu.

3.

Fisiologi Post Partum


Perubahan perubahan fisiologis pada masa ini yaitu :
a.

Involusi Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah
placenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai
suatu buah advokat gepeng berukuran panjang + 15 cm, lebar + 12 cm dan
tebal + 10 cm. Dinding Uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada
bekas inflantasi placenta lebih tipis dari pada bagian lain. Pada hari ke-5 Post
Partum Uterus kurang lebih setinggi 7 cm atas simfisis atau pertengahan
simfisis pusat, sesudah 12 hari Uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis,
setelah 6 minggu tercapai lagi ukuran yang normal.
Setelah placenta lahir beratnya Uterus 1000 gr, seminggu kemudian +
500 gr, 2 minggu Post Partum 375 gr dan pada akhir puerperium 50 gr
(normalnya + 30 gr).
Involusi terjadi, karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena
cytoplasmanya yang berlebihan dibuang.

b.

Lochea
Pada bagian pertama masa nifas biasanya keluar cairan dari Vagina
yang dinamakan lochea. Lochea tidak lain dari pada sekret luka, yang
beralat dari luka dalam rahim terutama luka placenta. Maka sifat lochea
berubah sekret luka berubah menurut tingkat penyembuhan luka.
Lochea dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1) Lochea rubra
Sesuai dengan namanya rubra yang berarti merah, karena masih banyak
mengandung darah dikeluarkan sampai 3 hari setelah melahirkan.
2) Lochea serosa
Ialah pengeluaran lochea pada hari ke 4 9 setelah persalinan, ini tidak
merah lagi tetapi menjadi lebih pucat dan berwarna kecoklatan
banyaknya kurang lebih dari lochea rubra.
3) Lochea alba

Ialah pengeluaran cairan dari uterus dari uterus seperti tersebut diatas
pada hari ke 10 15 atau lebih setelahmelahirkan, warna lochea ini putih
kekuningan. Banyaknya kurang lebih dari lochea serosa.
c.

Perubahan pada servix dan Vagina


Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh
2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu perrtama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja
dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas canalis cervicallis.
Pada servix terbentuk sel-sel otot baru karena hyperplasi ini dan karena
retraksi dari servix, robekan servix menjadi sembuh.
Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak
serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum
lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya,
terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan kesamping ini terbentuk
bibir depan dan bibir belakang dari servix.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran-ukurannya yang normal. Pada minggu ke-3 Post Partum rugae mulai
nampak kembali.

d.

Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan
( Primipara).

e.

Traktus Urinarius
Buang air sering sulit, selama 24 jam pertama : kemungkinan terdapat
spasme spingter dan oedema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36
minggu jam sesudah melahirkan. Setelah placenta dilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang


mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis yang berdilatasi akan kembali
normal alam sempai 6 minggu.
f.

Laktasi Payudara
Masing-masing buah dada terdiri dari 15 24 lobi yang terletak
radiair dan terpisah satu sama lainnya oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri
dari lobuli yang terdiri pula dari acini-acini ini menghasilkan air susu. Tiap
lobulus mempunyai salurn halus untuk mengalirkan air susu. Saluran-saluran
yang halus itu bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini
disebut ductus lactiferosus yang memusat menuju keputing susu dimana
masing-masing bermuara mencapai maternitas yang penuh selama masa nifas
kecuali jika laktasi disuprasi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih
kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai rekasi terhadap perubahan
status hormonal serta dimulainya laktasi.

g.

Sistem Gastroentestinal
Kerak kali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak
tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong. Rasa sakit didaerah
perineum dapat menghalangi keinginan kebelakang.

h.

Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel
darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
pada masa nifas namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan ambulasi dini.

i.

Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan
kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing
baginya, kecemasan akan bayi, suami dan anak-anak yang lain. Tubuhnya
mungkin pula tidak memberikan respon yang baik terhadap obat-obatan yang
asing baginya seperti preparat analgesik, narkotik yang diberikan pada
persalinan.

j.

Perubahan Fisiologis
Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi
tidak lebih dari 38o C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38 o C berturut-turut
selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi.
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras
karena kontraksinya sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi
Uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri
ikutan terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan
sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plantasi placenta
disebut lochea (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998).

4.

Perawatan masa Post Partum


Menurut sastrawinata Sulaiman (1998 : 322) pengawasan kala IV meliputi:
-

Pemeriksaan placenta, supaya tidak ada bagianbagian


placenta yang tertinggal

Pengawasan pendarahan dari vagina

Pengawasan konsistensi rahim

Pengawasan keadaan umum ibu


Kalau placenta ternyata tidak lengkap maka kavum uteri diperiksa dengan

tangan dan sisa placenta dikeluarkan. Kalau kontraksi rahim kurang baik
dilakukan masase dan diberi 10 U pitocin 0,2 mg methergin intramuscular. Kalau
perlu dilanjutkan dengan 0,2 methergin intravena dan pitocin infus ialah dengan
pemberian infus glucose 5% dalam 500 cc dimana telah dicampurkan 5 20 U
pitocin.
Kalau pasien tetap berdarah juga, sedangkan kontraksi rahim baik, maka
harus dilakukan pemeriksaan in speculo, karena pendarahan dengan uterus yang
ders biasanya disebabkan oleh luka luka jalan lahir, terutama robekan servix.
Luka yang berdarah lalu dijahit kemudian dibersihkan dan diberi verban
dengan maksud supaya fundus uteri tidak naik sehingga kalau ada pendarahan
tampak keluar dari vagina, vulva besar ditutup dengan kain haid yang steril, kain
vulva mengabsorsi lochea, mencegah kontaminasi dari luar ke dalam, tetapi juga
dari dalam keluar. Setelah segala selesai maka penting sekali ibu mendapatkan
istirahat yang cukup, karena istirahat ini memulihkan kembali kekuatan fisik dan
mempercepat penyembuhan.
1) Early Ambulation
Ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Sekarang tidak dianggap perlu lagi menahan penderita terlentang di
tempat tidurnya selama 7 14 hari setelah melahirkan, penderita sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 12 24 jam post partum.

2) Diet
Diet harus sangat diperhatikan dalam post partum, makanan harus
bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan, makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayur sayuran dan buah buahan.
3) Suhu
Suhu harus tetap diawasi dalam minggu pertama dari masa post
partum karena suhu mengindikasikan tanda pertama terjadinya infeksi.
4) Mictie
Hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya dalam 6 jam post
partum kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali
kencing belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Sebab sebab
urine stasis pada post partum adalah :
a)

Tekanan intra abdominal berkurang

b)

Otot otot perut masih lemah

c)

Adanya edema kandung kemih selama persalinan

d)

Dinding kandung kemih kurang sensitive

5) Defekasi
Jika penderita pada hari ke 3 belum juga buang air besar, maka
dapat diberi clysma air atau glycerine.
6) Payudara dan puting susu
a)

Payudara
Perawatan payudara setelah melahirkan adalah segala usaha yang
dilakukan agar kondisi payudara baik demi mencapai keberhasilan
menyusui sebagai kelanjutan perawatan payudara pada masa kehamilan.
Tujuan dari perawatan payudara adalah memperbaiki sirkulasi darah,
mengencangkan otot penyangga payudara, memperlancar pengeluaran
colostrum dan ASI serta memelihara kebersihan payudara. Perawatan

payudara sebaiknya dilakukan sedini mungkin (1 2 hari setelah bayi


lahir). Dianjurkan sekali supaya menyusukan bayinya.

b)

Puting Susu
Puting susu diperhatikan kebersihannya dan adanya luka pecah
harus segera diobati, karena kerusakan puting susu dapat meninbulkan
mastitis, air susu yang menjadi kering merupakan kerak dan dapat
merangsang kulit sehingga timbul oedema maka sebaiknya puting susu
dibersihkan dengan air yang di masak tiap kali sebelum dan sesudah
menyusukan bayinya.

7) Datangnya haid kembali


Ibu yang tidak menyusukan anaknya, maka datangnya haid akan lebih
cepat dairi ibu yang menyusukan anaknya. Pada ibu pertama haid datang 8
minggu setelah persalinan. Pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak
datang selama ia menyusui anaknya, tetapi kebanyakan haid kembali datang
bulan ke 4.
8) Follow Up
Enam minggu sesudah persalinan ibu hendaknya memeriksakan diri
kembali, keadaan umum yang meliputi tekanan darah, air kencing, keadaan
dinding perut dan buah dada diperiksa dan kemudian dilakukan pemeriksaan
dalam jika terdapat kelainan segera di obati.
9) Keluarga Berencana
Masa

post

partum

merupakan

saat

yang

paling

baikuntuk

menawarkan kontrasepsi. Adapun pilihan yang dapat digunakan adalah pil,


injeksi, implant, IUD atau sterilisasi.
5.

Komplikasi Ibu Post Partum


Masa nifas normal jika involusi Uterus, pengeluaran lochea, pengeluaran
ASI dan perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.

a.

Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan


panas

b.

Adanya penyakit atau masalah ibu yang memerlukan rujukan


seperti abses payudara.

c.
6.

Terjadi infeksi, distensi kandung kemih, haemoriod dan konstipasi.


Penatalaksanaan

a.

Penatalaksanaan Medis (Susan Martin Tucker, 1998, hal. 870)


1)

Pengkajian pasca partum dengan tanda vital

2)

Periksa neurologis dan dermasom spinal dengan tanda vital


bila anestesia regional didapatkan

3)

Cairan IV

4)

Oksitoksik sesuai indikasi

5)

Obat nyeri pelunak feses, anti flatulen sesuai indikasi

6)

Pengikat payudara bila diindikasikan

7)

Obat penekan laktasi

8)

Kantung es untuk perineum sesuai indikasi

9)

Anestesi topikal untuk episiotomi

10)

Salep anastesik untuk hemoroid

11)

Kateter foley bila diindikasikan

12)

Tes laboratorium sesuai indikasi

13)

Diet regular sesuai toleransi : anjurkan cairan dan endapan per


oral

14)

Masukan dan keluaran

15)

Globulin anti Ph sesuai indikasi

16)

Vaksin rubela sesuai indikasi

b.

Penatalaksanaan Perawatan (Buku Saku Bidan, 2001)


1)

Ambulasi / tirah baring

2)

Diet

3)

Perawatan perineum

10

4)

Berkemih / pemakaian kateter

5)

Obat anti nyeri

6)

Laksatif

7)

Berikan

suplemen

vitamin,

besi

atau

keduanya

jika

dindikasikan
8)

Lakukan perawatan payudara

9)

Rancangan pemakaian kontrasepsi

7. Diagnosa Keperawatan
Menurut Marilynn E. Doenges, 2001.
a.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis selama /


pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.

b.

Menyusui tidak efektif yang

berhubungan dengan tingkat

pengetahuan pengalaman sebelumnya, struktur/karakteristik fisik payudara


ibu.
c.

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan anemia.

d.

Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan edema jaringan.

e.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan


penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan.

f.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, kurang


pengetahuan nyeri perineal / rektal.

g.

Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan


dengan kurang dukungan orang terdekat, harapan tidak realistis untuk diri
sendiri, bayi, pasangan tidak terpenuhi kebutuhan maturasi sosial/emosional
dari klien/pasangan.

h.

Perubahan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan


psikologis ( gembira, ansietas, girang) nyeri.

i.

Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi


berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh.

11

Sedangkan diagnosa keperawatan menurut Susan Martin Tucker (1998 : 871)


adalah :
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif
berkenaan dengan hemoragi aktif pasca partum.
b. Nyeri yang berhubungan dengan episiotomi atau ketidaknyamanan payudara.
c. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan trauma jaringan,
kerusakan kulit, penurunan Hb, ruptur ketubun lama, malnutrisi.
d. Resiko terhadap perubahan peran orang tua berhubungan dengan transisi
pada masa menjadi orang dan perubahan peran.
e. Resiko terhadap retensi perkemihan yang berhubungan dengan trauma edema
berlanjut berkenaan dengan proses kelahiran.
f. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan pasca partum.
Dari dua pendapat diatas maka keperawatan yang mungkin muncul secara
teoritis pada klien dengan Post Partum, maka dapat digabungkan diagnosa yang
mungkin muncul sebagai berikut :
a.

Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran


jaringan atau distensi, efek hormonal, episiotomi, ketidak nyamanan
payudara.

b.

Menyusui

tidak

efektif

yang

berhubungan

dengan

tingkat

pengetahuan pengalaman sebelumnya, struktur/karakteristik fisik payudara


ibu.
c.

Resiko tinggi cidera berhubungan dengan efek anastesi, anemia

d.

Perubahan eliminasi urine berhubungan edeme jaringan.

e.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan


penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan
berlebihan

f.

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, kurang


pengetahuan nyeri perineal /rektal.

12

g.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan ,


kerusakan kulit, penurunan Hb, ruptur krtuban lama, malnutrisi.

h.

Resiko terhadap perubahan menjadi orang tua berhubung dengan


kurang dukungan orang terdekat, harapan tidak realistis untuk diri sendiri,
bayi, pasangan tidak terpenuhi kebutuhan maturasi sosial/emosional dari
klien/pasangan.

i.

Resiko terhadap retensi perkemihan berhubungan dengan trauma


edema berlanjut berkenaan dengan proses kelahiran.

j.

Perubahan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan respon


hormonal dan psikologis (girang,ansietas,gembira),nyeri.

k.

N
o

Diagnosa

Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi.

Tujuan dan
kriteria hasil

intervensi

Rasional

13
1

a.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
trauma
mekanis
edema/pembe
saran
jaringan atau
distensi efekefek
hormonal.

Tujuan : Nyeri
berkurang atau
hilang
K/H : Ekspresi
wajah
klien
tampak tenang

- Kaji tingkat dan rasa


nyeri klien
- Infeksi
perbaikan
perineum episiotomi,
perhatikan
edema,
perlekatan jahitan

- Berikan kompres pada


perineum

- Kaji nyeri tekan Uterus


tentukan
adanya
atterpain dan faktorfaktor pemberat

- anjurkan klien berbaring


telungkung
dengan
bantal
dibawah
abdomen
dan
ia
melakukan
tehnik
pengalihan
- Berikan analgesik 30
60 menit sebelum
menyusui atau berikan
analgesik setiap 3 4
jam selama pembesaran
payudara
sesuai
indikasi dokter.
Kaji pengetahuan
a.Menyusui
Tujuan : Pola dan pengalaman klien
tidak efektif menyusui

Untu
k mengetahui sejauh
mana nyeri yang
dirasakan klien
Dapa
t
merumuskan
terutama berlebihan
pada jaringan perineal
tau terjadi komplikasi
yang
memerlukan
evaluasi / intervensi
selanjutnya
Untu
k meningkatkan vaso
kontriksi
dan
mengurangi
edema
vasodilatasi
Kontr
aksi Uterus kuat dan
reguler
dan
ini
berlanjut selama 2 3
hari
selanjutnya.
Meskipun frekuensi
dan
intensitrasnya
berkurang,
faktorfaktor
yang
memperberat afterpain
overdistensi Uterus,
menyusui
Meni
ngkatkan
kenyamanan,
meningkatkan
rasa
kontrol dan kembali
memfokuskan
perhatian
Mem
berikan kenyamanan
dan
menghilangkan

14

yang
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan
pengalaman
sebelumnya,
struktur/kara
kteristik fisik
payudara ibu.

kembali efektif
K/H :
Klien
mampu
mengungkapkan
pemahaman
tentang proses
menyusui dan
dapat menyusui
secara efektif.
Klien
mampu
mendemosntrasi
kan
teknik
efektif
dari
menyusui

a.Resiko
terhadap
cidera
berhubungan
dengan
anemia.

Tujuan : Anemia
tidak terjadi
K/H
:
Hemoglobin
normal 10
12 /TD normal
120/80 mmHg

tentang
menyusui
sebelumnya
Berikan informasi
mengenai fisiologi dan
keuntungan
menyusui,
perawatan puting susu,
payudara dan kebutuhan
diet khusus.
Demonstrasi dan
tinjau ulang posisi bayi
selama menyusui.
Instruksikan klien
menghindari penggunaan
sabun dan mengganti bra
bila basah atau lembab.

rasa nyeri.

Membantu
dalam mengidentifikasi
kebutuhan saat ini dan
mengembangkan
rencana keperawatan.
Membantu
mencegah
terjadinya
puting susu pecah dan
luka
memberikan
kenyamanan
dan
membuat peran ibu
menyusui semakin jelas.
Posisi yang tepat
biasa mencegah luka
puting
tanpa
memperhatikan
lamanya bayi menyusui.
Sabun
dapat
menyebabkan
puting
susu
kering,
mempertahankan puting
Catat tanda-tanda dalam media lembab,
anemia
(misalnya meningkatkan
kelelahan, pusing, pucat)
pertumbuhan
bakteri
Anjurkan ambulasi dan kerusakan kulit.
dan latihan diri yang
mungkin tetap berbaring Anemia
atau
selama 6 8 jam tanpa kehilangan darah klien
menggunakan bantal
karena
ketidak
Bantu klien dalam adekuatan pengiriman
ambulasi awal
oksigen ke otak.
Biarkan
klien Meningkatkan
duduk dilantai atau kursi sirkulasi dan aliran
dengan kepala diantara balik vena extremitas
kaki atau berbaring pada bawah
posisi datar bila ia merasa Agar
klien

15
pusing.

Perubahan
eliminasi
urine
berhubungan
dengan
edema
jaringan.

Tujuan:
Eliminasi
kembali normal
K/H : Buang air
kecil 5 x/hari

Resiko tinggi
kekurangan
volume
cairan yang
berhubungan
yang
penurunan
masukan/pen
ggantian

Tujuan: Volume
cairan
tubuh
terpenuhi
K/H :
Masukan
dan
haluaran
klien seimbang
Hb dan
Ht
dalam

mampu merubah posisi


miring,
telentang,
dukung dan berdiri dari
awal ambulasi
Membantu
mempertahankan atau
Kaji
masukan
meningkatkan sirkulasi
cairan dan haluaran urine
dan pengiriman oksigen
Palpasi
kandung
ke otak.
kemih,
pantau
tinggi
fundus dan lokasi serta
Persalinan yang
jumlah aliran lochea.
lama dan penggantian
Perhatikan adanya
cairan yang tidak efektif
edema atau laserasi /
dapat
mengakibatkan
episiotomi
dehidrasi
dan
Kaji adanya tandamenurunnya haluaran
tanda Isk
urine
Kateterisasi dengan
Distensi
menggunakan kateter.
kandung kemih yang
dapat dikaji dengan
derajat perubahan posisi
Uterus
menyebabkan
peningkatan relaksasi
Uterus dan aliran lochea
Trauma kandung
kemih atau uretra atau
edema
dapat
mengganggu berkemih
Higiene buruk
dan masuknya bakteri
dapat
memberikan
-Catat kehilangan cairan
kecenderungan
klien
pada waktu kelahiran,
terkena Isk.
tinjau ulang intrapartal
-Pantau dan observasi nadi
klien
-Kehilangan
darah
-Observasi tekanan darah
berlebihan pada waktu
sesuai indikasi
kelahiran yang berlanjut
Evaluasi masihan
pada periode pasca
cairan dan haluaran urine

16
adekuat,
kehilangan
cairan
berlebihan.

8.

keadaan normal

selama diberikan infus


partum
dapat
sampai pola berkemih
diakibatkan
dari
normal terjadi
persalinan yang lama,
stimulasi
oksitoksin,
tertahannya
jaringan,
atau anastesi umum.
Takikardi dapat
terjadi, memaksimalkan
cairan, pada kejadian
dehidrasi.
Penurunan TD
mungkin tanda lanjut
dari kehilangan cairan
berlebihan.
Membantu
menganalisa
keseimbangan
cairan
dan derajat kekurangan.

Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal, pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahan perencanaan (Nasrul Effendy, 1995).

9. Evaluasi
Tahap persalinan atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga
kesehatan lainnya.

45

Dischart Planning
1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius)
1. Membersihkan mata dari dalam ke luar
2. Membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan)
3. Buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air.
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
1. Bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin
2. Tali pusat akan tanggal pada hari 7 10
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak
dengan sesuatu yang baru
5. Cara-cara mengukur suhu
6. Memberi minum
7. Pola eliminasi
8. Perawatan sirkumsisi
9. Imunisasi
10. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
1. Letargi ( bayi sulit dibangunkan )
2. Demam ( suhu > 37 celsius)
3. Muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
4. Diare ( lebih dari 3 x)
5. Tidak ada nafsu makan.
Rencana pemulangan ditujukan pada :
IBU
Dalam rencana pemulangan yang perlu dianjurkan antara lain :
1. Pernapasan dada

46

2. Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul


3. Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan
4. Latihan penguatan otot perut
5. Posisi nyaman untuk istirahat
6. Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan
7. Tehnik relaksasi
8. Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan.

47

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, Moerhouse, M F, Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi Dua,


Jakarta : EGC, 2001
Farrer, Helen, Perawatan Maternitas Edisi Dua, Jakarta: EGC, 1999
Nasrul Effendy, Pengantar Proses Keperawatan , Jakarta : EGC, 1995
Saifuddin, A.B. Wichn Jasastro, G.H.Affandi, Biran.Waspodo, Djoko, Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal Edisi Satu, Jakarta :
YBPSP, 2004
Saifuddin, A.B.Rachim Hadhi, Triatjo, Ilmu Kebidanan Edisi Tiga, Jakarta : YBP, 2002
Sarwono Prawiroaharjdo, Standar Praktek Keperawatan Kesehatan : Jakarta, 1999
Sastra Winata, Sulaiman, Obsetri Fisiologi Dan Ginokologi, Bandung: FKUPB, 1983
Subekti, N.B, Perawatan Dalam Kelahiran Normal, Jakarta : EGC 2003
Tucker, S.M. Canabbio. M.M, Paauette, E.V, Wells. M.F, Standar Perawatan Pasien,
Edisi 5, EGC, 1998
http://bepositivenurse.blogspot.com/2011/12/rencana-pemulangan-postpartum.html#ixzz2pxrYD68E

Anda mungkin juga menyukai