Anda di halaman 1dari 16

BED SIDE EXAMINATION

Pembimbing :
dr. Lina Lasminingrum, M.Kes, Sp.THT-KL

Oleh :
Indri Oktaria Sukmaputri

C1103095

Novrial

C1103111

Aulia Fitri Swity

C1103117

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher


Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS Perjan Hasan Sadikin
Bandung
2005

RESPONSI
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS Hasan Sadikin Bandung
Keterangan Umum
Nama

: Tn P

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 29 tahun

Alamat

: Babakan Surabaya, Bandung

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: wiraswasta

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 8 April 2006


Anamnesis
Autoanamnesis
Keluhan Utama

: Nyeri tenggorokan

Anamnesis Khusus

Sejak 2 hari SMRS, penderita mengeluh rasa nyeri tenggorokan yang


disertai rasa kering dan gatal. Keluhan bertambah bila penderita menelan. Keluhan
disertai lemah dan nyeri di telinga serta panas badan yang tidak begitu tinggi dan
tidak menggigil. Keluhan disertai batuk-batuk yang dahaknya sulit dikeluarkan.
Keluhan tidak disertai sulit menelan, rasa mengganjal bila menelan, nafas bau, tidur
menjadi ngorok, suara menjadi serak, mual dan muntah. Penderita belum pernah
berobat ke dokter atas keluhannya ini.
Penderita merasa dalam seminggu terakhir dalam keadaan kurang fit, karena
pekerjaan.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: komposmentis

Tanda vital

: Tekanan darah = 110/70 mmHg


Nadi

= 80 x/menit

Respirasi

= 20 x/menit

Suhu

= 37,8 0C

Status generalis
Kepala

: konjungtiva tidak anemis,


sklera tidak ikterik
lain-lain lihat status lokalis

Leher

: JVP tidak meningkat


KGB tidak membesar

Dada

: Bentuk dan gerak simetris

Abdomen

Pulmo

: sonor, VBS kanan = kiri

Jantung

: BJ murni reguler

: Datar, lembut, bising usus (+) normal


Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas

: Dalam batas normal

Status Lokalis Telinga


Bagian

Kelainan

Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan kongenital
Aurikula
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Retroaurikula
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Canalis Acustikus Kelainan kongenital
Externa
Kulit
Sekret
Serumen
Preaurikula

Auris
Dextra
Tenang
+

Sinistra
Tenang
-

Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma

Warna

Putih keabuan

Putih keabuan

Intak

(+)

(+)

Reflek cahaya

(+)

(+)

Membrana
Timpani

Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar Bentuk dan Ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha inferior
Septum
Rhinoskopi
Polip/tumor
anterior
Pasase udara

Rhinoskopi
posterior

Mukosa
Koana
Sekret
Torus tubarius
Fossa Rosenmuller
Adenoid

Transiluminasi
4
4

|
|

4
4

Nasal
Dextra
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tenang
Tenang
Eutropi
Eutropi
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Tidak ada
+
+

Tenang
Terbuka
Tenang
Tenang

Tenang
Terbuka
Tenang
Tenang
Tidak membesar

Mulut Dan Orofaring


Bagian

Mulut

Tonsil

Faring

Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan

Keterangan
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
87654321 12345678
87654321 12345678
Simetris
(-)
Hiperemis
T1 T1
Normal - Normal
(-/-)
(-/-)

Mukosa
Granula
Post nasal drip

Maksilofasial
Bentuk

: Simetris

Parese N.Kranialis

: Tidak ada

Leher
Kelenjar getah bening

Massa

: tidak ada

Hiperemis
(+)
(+)

Resume
Seorang laki-laki, 20 tahun, datang ke poli THT RSHS dengan keluhan
utama rasa penuh pada telinga kanan. Dari anamnesis khusus didapatkan, sejak lima
hari yang lalu, penderita mengeluh rasa penuh pada telinga kanan. Pendengaran
menjadi berkurang (+). Keluhan disertai Rhinorrhea, nyeri tenggorok, dan
sebelumnya didahului febris. Keluar cairan dari telinga (-). Riwayat mengorek
telinga atau kemasukan air (-). Keluhan serupa pertama kali dirasakan saat penderita
masih kecil. Saat itu keluar cairan dari telinga berwarna kuning dan tidak berbau.
Penderita berobat ke dokter umum dan diberi obat tetapi tidak ingat namanya, jenis
maupun dosis obat yang diberikan. Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita
tidak meneruskan pengobatannya. Odinofagi (+). Tidak ada riwayat tidur mengorok.
Riwayat alergi (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran komposmentis dengan tanda vital tekanan darah=110/70 mmHg,
Nadi = 80 x/menit, Respirasi = 20 x/menit, Suhu = 36,7 0C
Status lokalis

Telinga kanan : CAE : Kulit tenang, serumen +/+


MT : Keruh, retraksi, refleks cahaya menurun

Hidung

: Mukosa hiperemis, sekret +/+

Tonsil palatina :
Mukosa

: Hiperemis

Besar

: T1 T1

Kripta

: normal

Detritus

: (-/-)

Perlengketan : (-/-)

Faring

: mukosa hiperemis, granula (+), PND (+)

Diagnosis Kerja

Otitis Media Akut Stadium Oklusi AD + Rhinotonsilofaringitis

Penatalaksanaan
Umum

Menjaga kebersihan telinga agar tidak kemasukan air

Tidak mengorek-ngorek telinga

Kontrol teratur

Khusus

Ekstraksi Serumen ADS

Ciprofloksasin 2 x 50 mg p.o.

Pseudoephedrin HCl 2 x 1

Prognosis
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di dalam
faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. (UI). Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila
palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsila
palatina, sedang tonsila faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.
Tonsil terletak pada fossa tonsilaris, berbentuk oval dengna ukuran dewasa
panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15 mm dan berat sekitar 1,5 gram. Fosssa
tonsilaris, dibagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus palatina anterior),
sedangkan dibagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior),
yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjunya bersama-sama dengan M.
palatina membentuk palatum molle.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengna fascia faringobasilaris yang melapisi M. Konstriktor faringeus.
Kapsul tonsil tersebut masuk kedalam jaringan tonsil, membentuk septa yang
mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan
yang merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30
buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa
kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah
permukaan kapsul. Kripta tonsil mungkin bercabang-cabang dan biasanya
mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur. Kripta dengan ukuran terbesar terletak
pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior. Dalam keadaan normal kriptakripta ini mengandung sel-sel epitel, limfosit, bakterri, dan sisa makanan.Pada
kripta superior sering menjadi tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan

suhunya sesuai untuk pertumbuhan kuman, juga karena tersedianya substansi


makanan di daerah tersebut.
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang
membesar. Plika ini penting, karena sikatrik yang terbentuk setelah proses
tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fosa tosilaris, sehingga dapat
dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terdapat pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya
dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari Weber,
yang penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat
tonsilektomi, jaringan areolar yamg lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris
mudah dipisahkan.
Disekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi
tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ke-3 ruang potensial tersebut adalah :
- Ruang peritonsil (ruang supratonsil)
Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :
- anterior

: M. Palatoglosus

- lateral dan posterior : M. Palatofaringeus


- dasar segitiga

: Pole atas tonsil

Dalam ruangan ini terdapat kelenjar salivari Weber, yang bila


terinfeksi dapat menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.
- Ruang retromolar
Terdapat tepat dibelakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan
sudut yang dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Disebelah medial
terdapat M. Buccinator, sementara pada bagian posteromedialnya terdapat
M. Pterigoideus Internus dan bagian atas terdapat fasikulus longus M.
Temporalis. Bila terjadi abses hebat pada daerah ini akan menimbulkan
gejala utama trismus disertai sakit yang amat sangat, sehingga sulit
dibedakan dengan abses peritonsil.
- Ruang parafaring (ruang faringomaksila; ruang pterygomandibula)
Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat
pembuluh dasar besar, sehingga bila terdaapat abses, berbahaya sekali.
Adapun batas-batas ruang ini adalah :

- Superior

: basis kranii deka foramen jugulare

- Inferior

: Os hyoid

- Medial

: M. Konstriktor faringeus superior

- Lateral

: Ramus ascenden mandibula, tempat M.


Pterigoideus Interna dan bagian posterior
kelenjar parotis

- Posterior

: Otot-otot prevertebra

Ruang parafaring ini terbagi dua (tidak sama besar) oleh prosessus
stiloydeus dan otot-otot yang melekat pada prosessus stiloydeus tersebut.
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radang
tonsil, mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, didalamnya terdapat : A. Karotis Interna,
V. Jugularis, N. Vagus, dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan
ruang retro faring.
II. Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero
inferior
- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi
daerah antero-media
- A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi
daerah postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A.
Palatina Minor, memperdarahi daerah antero-superior
Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V. Lingualis
dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis Interna.
Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral kapsula dan
selanjutnya menembus dinding faring.
III. Aliran Limfe Tonsil

Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim
tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula,
yamg kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan
menembus M. Konstriktor Faringeus Superior, selanjutnya menembus fascia
bukofaringeus dan akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda yang terletak
sepanjang pembuluh darah besar leher, di belakang dan di bawah arkus mandibula.
Kemudian aliran limfe ini dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerah dada, untuk
selanjutnya bermuara ke dalam duktus toraksikus.
IV. Inervasi Tonsil
Terutama melalui N. Palatina Mayor dan Minor (cabang N.V 2 ) dan N.
Lingualis (cabang N.IX). Nyeri pada tonsilitis sering menjalar ke telinga, hal ini
terjadi karena N IX juga mempersarafi membran timpani dan mukosa telinga tengah
melalui Jacobsons nerve.
V. Fisiologi Tonsil
Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan,
meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit. Berdasarkan penelitian, ternyata
tonsil memegang peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi
mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk kedalam saluran nafas
bagian bawah.
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa
parenkim tonsil memang mampu memproduksi antibodi. Penelitian terakhir
menyatakan bahwa tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A, yang
menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum
germinativum, biasanya berbentuk kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah
mulai terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa
kanak-kanak dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun.
Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil
yang disertai proses involusi.
Kuman-kuman patogen yang terdapat pada flora normal tonsil dan faring
tidak menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme
pertahanan dan hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman. Sebagai

contoh : Streptococcus viridans dapat menghambat pertumbuhan Pneumococus.


Tetapi mekanismenya belum diketahui dengan jelas.

TONSILITIS
I. Tonsilitis Akut.
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Steptokokus
hemolitikus, Pneumokokus, Streptokokus viridans, dan Streptokokus piogenes.
Haemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis.
Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran
semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil.
- Gejala dan tanda.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan
beberapa derajat disfagia, demam biasanya tinggi, lesu, nafas bau (helitosis), pada
kasus berat penderita tidak nafsu makan, nyeri telinga (refered pain), otitis media
dapat terjadi sebagai komplikasi.
- Pada pemeriksaan.
Tonsil membengkak, hiperemis dan biasanya bercak-bercak dan kadangkadang diliputi oleh eksudat yang mungkin keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
- Terapi.
Antibiotik spektrum luas, golongan penisilin atau eritromisin, antipiretik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.
- Komplikasi.
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi
tonsilitis akut lainnya adalah abses peritonsil, abses parafaring, sepsis, bronkhitis,
nefritis akut, miokarditis serta artritis.

II. Tonsilitis Kronis


Penyakit ini terjadi karena adanya peradangan pada akut subakut yang
berulang atau rekuren. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran tonsil karena terjadi
hiperplasia parenkim atau degenerasi fibrotik dengan obstruksi kripta tonsil.
Faktor predisposisi :
- Rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis makanan
- Higiene mulut yang buruk
- Pengaruh cuaca
- Kelelahan fisik
- Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.
Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman
berubah menjadi golongan gram negatif.
- Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid
diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti
melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan di sekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula.
Secara histopatologis, terdapat dua bentuk tonsilitis kronis :
a. Tonsilitis Kronis Hipertropikans
Biasanya terjadi pada anak dan berlanjut sampai dewasa muda, kemudian
perkembangannya berhenti dan terjadi atrofi, dapat juga disebabkan oleh serangan
berulang dari tonsilitis akut atau peradangan yang lama.
- Gejala dan tanda
gangguan bernafas, terutama pada anak-anak
nyeri menelan, nyeri tenggorokan, pilek dan demam berulang
halitosis

sering disertai bertambahnya insidensi radang saluran nafas bagian


atas, telinga luar, sinus dan infeksi sistemik.

- Pada Pemeriksaan Fisik


Pembesaran tonsil dengan kripta melebar detritus atau pus yang
menutupi

kripta.

Pilar

tonsil

menunjukkan

inflamasi

atau

menunjukkan adanya pembentukan jaringan parut.


- Terapi
Suportif yaitu mengatasi peradangan akut dengan pemberian
antibiotik, antipiretik dan istirahat.
Definitif dengan tonsilektomi.
b. Tonsilitis Kronik Fibrotik (Atrofikans)
Biasanya terjadi pada orang dewasa, khas terdapat pus di dalam kripta dan
sering disebut masa kaseosa yang terdiri dari deskuamasi epitel yang merupakan
kristal kolesterol, lemask, leukosit dan deposit kalsium. Kripta yang sering terkena
adalah kripta yang bermuara pada fosa supratonsiler yang tertutup plika semilunaris.
- Gejala dan tanda
nyeri menelan, rasa tertusuk pada tonsil.
Batuk dengan pus yang berbau
Sering eksaserbasi akut atau tonsil terlihat hiperemis disertai demam.
- Pemeriksaan Fisik
Tonsil atrofi
Detritus
- Terapi
antibiotika
simtomatik
tonsilektomi
- Komplikasi

Radang tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya


secara infeksi perkontinuitas atau ke organ yang jauh secara
hematogen atau limfogen.
Komplikasi di sekitar tonsil lainnya adalah otitis dan sinusitis
Komplikasi ke organ yang jauh dari tonsil seperti endokarditis,
arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, pruritus, urtikaria dan
furunkolosis.
TONSILEKTOMI
Adalah tindakan pengangkatan tonsil seutuhnya bersama jaringan patologis
lainnya sehingga tonsiler bersih tanpa menimbulkan trauma yang berarti pada
jaringan sekitarnya.
Indikasi tonsilektomi :
Obstruksi
Tonsillar hyperplasia dengan obstruksi
Sleep apnea atau sleep disturbances
Gangguan pertumbuhan
Cor pulmonale
Gangguan menelan
Gangguan bicara
Infeksi
Recurrent/chronic tonsillitis
Tonsillitis with:

Peritonsillar abscess
Abscessed cervical nodes
Acute airway obstruction
Cardiac valve disease

Persistent sore throat


KGB cervikal
Halitosis
Tonsillilolithiasis

Kondisi karier streptokokus yang tidak responsif terhadap pengobatan medis


pada anak-anak atau peralatan rumah tangga yang berisiko.
Otitis media rekuren / kronis
Neoplasia

Anda mungkin juga menyukai