BST OMA Stad - Oklusi+tonsil
BST OMA Stad - Oklusi+tonsil
Pembimbing :
dr. Lina Lasminingrum, M.Kes, Sp.THT-KL
Oleh :
Indri Oktaria Sukmaputri
C1103095
Novrial
C1103111
C1103117
RESPONSI
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RS Hasan Sadikin Bandung
Keterangan Umum
Nama
: Tn P
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 29 tahun
Alamat
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: wiraswasta
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
: Nyeri tenggorokan
Anamnesis Khusus
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
: komposmentis
Tanda vital
= 80 x/menit
Respirasi
= 20 x/menit
Suhu
= 37,8 0C
Status generalis
Kepala
Leher
Dada
Abdomen
Pulmo
Jantung
: BJ murni reguler
Ekstremitas
Kelainan
Kelainan kongenital
Radang dan tumor
Trauma
Kelainan kongenital
Aurikula
Radang dan tumor
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Retroaurikula
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Canalis Acustikus Kelainan kongenital
Externa
Kulit
Sekret
Serumen
Preaurikula
Auris
Dextra
Tenang
+
Sinistra
Tenang
-
Edema
Jaringan granulasi
Massa
Cholesteatoma
Warna
Putih keabuan
Putih keabuan
Intak
(+)
(+)
Reflek cahaya
(+)
(+)
Membrana
Timpani
Hidung
Pemeriksaan
Keadaan Luar Bentuk dan Ukuran
Mukosa
Sekret
Krusta
Concha inferior
Septum
Rhinoskopi
Polip/tumor
anterior
Pasase udara
Rhinoskopi
posterior
Mukosa
Koana
Sekret
Torus tubarius
Fossa Rosenmuller
Adenoid
Transiluminasi
4
4
|
|
4
4
Nasal
Dextra
Sinistra
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Tenang
Tenang
Eutropi
Eutropi
Tidak ada deviasi
Tidak ada
Tidak ada
+
+
Tenang
Terbuka
Tenang
Tenang
Tenang
Terbuka
Tenang
Tenang
Tidak membesar
Mulut
Tonsil
Faring
Kelainan
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan
Keterangan
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala arah
Tenang, simetris
Caries (-)
87654321 12345678
87654321 12345678
Simetris
(-)
Hiperemis
T1 T1
Normal - Normal
(-/-)
(-/-)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Maksilofasial
Bentuk
: Simetris
Parese N.Kranialis
: Tidak ada
Leher
Kelenjar getah bening
Massa
: tidak ada
Hiperemis
(+)
(+)
Resume
Seorang laki-laki, 20 tahun, datang ke poli THT RSHS dengan keluhan
utama rasa penuh pada telinga kanan. Dari anamnesis khusus didapatkan, sejak lima
hari yang lalu, penderita mengeluh rasa penuh pada telinga kanan. Pendengaran
menjadi berkurang (+). Keluhan disertai Rhinorrhea, nyeri tenggorok, dan
sebelumnya didahului febris. Keluar cairan dari telinga (-). Riwayat mengorek
telinga atau kemasukan air (-). Keluhan serupa pertama kali dirasakan saat penderita
masih kecil. Saat itu keluar cairan dari telinga berwarna kuning dan tidak berbau.
Penderita berobat ke dokter umum dan diberi obat tetapi tidak ingat namanya, jenis
maupun dosis obat yang diberikan. Setelah keluhan dirasakan berkurang penderita
tidak meneruskan pengobatannya. Odinofagi (+). Tidak ada riwayat tidur mengorok.
Riwayat alergi (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran komposmentis dengan tanda vital tekanan darah=110/70 mmHg,
Nadi = 80 x/menit, Respirasi = 20 x/menit, Suhu = 36,7 0C
Status lokalis
Hidung
Tonsil palatina :
Mukosa
: Hiperemis
Besar
: T1 T1
Kripta
: normal
Detritus
: (-/-)
Perlengketan : (-/-)
Faring
Diagnosis Kerja
Penatalaksanaan
Umum
Kontrol teratur
Khusus
Ciprofloksasin 2 x 50 mg p.o.
Pseudoephedrin HCl 2 x 1
Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di dalam
faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus
didalamnya. (UI). Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal (adenoid), tonsila
palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-tiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsila
palatina, sedang tonsila faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.
Tonsil terletak pada fossa tonsilaris, berbentuk oval dengna ukuran dewasa
panjang 20-25 mm, lebar 15-20 mm, tebal 15 mm dan berat sekitar 1,5 gram. Fosssa
tonsilaris, dibagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus palatina anterior),
sedangkan dibagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus palatina posterior),
yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjunya bersama-sama dengan M.
palatina membentuk palatum molle.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengna fascia faringobasilaris yang melapisi M. Konstriktor faringeus.
Kapsul tonsil tersebut masuk kedalam jaringan tonsil, membentuk septa yang
mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan mempunyai lekukan
yang merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta tonsil berkisar antara 20-30
buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng. Beberapa
kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil dan berakhir dibawah
permukaan kapsul. Kripta tonsil mungkin bercabang-cabang dan biasanya
mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur. Kripta dengan ukuran terbesar terletak
pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior. Dalam keadaan normal kriptakripta ini mengandung sel-sel epitel, limfosit, bakterri, dan sisa makanan.Pada
kripta superior sering menjadi tempat pertumbuhan kuman karena kelembaban dan
: M. Palatoglosus
- Superior
- Inferior
: Os hyoid
- Medial
- Lateral
- Posterior
: Otot-otot prevertebra
Ruang parafaring ini terbagi dua (tidak sama besar) oleh prosessus
stiloydeus dan otot-otot yang melekat pada prosessus stiloydeus tersebut.
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radang
tonsil, mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, didalamnya terdapat : A. Karotis Interna,
V. Jugularis, N. Vagus, dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan
ruang retro faring.
II. Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero
inferior
- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi
daerah antero-media
- A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi
daerah postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A.
Palatina Minor, memperdarahi daerah antero-superior
Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V. Lingualis
dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis Interna.
Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral kapsula dan
selanjutnya menembus dinding faring.
III. Aliran Limfe Tonsil
Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim
tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula,
yamg kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan
menembus M. Konstriktor Faringeus Superior, selanjutnya menembus fascia
bukofaringeus dan akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda yang terletak
sepanjang pembuluh darah besar leher, di belakang dan di bawah arkus mandibula.
Kemudian aliran limfe ini dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerah dada, untuk
selanjutnya bermuara ke dalam duktus toraksikus.
IV. Inervasi Tonsil
Terutama melalui N. Palatina Mayor dan Minor (cabang N.V 2 ) dan N.
Lingualis (cabang N.IX). Nyeri pada tonsilitis sering menjalar ke telinga, hal ini
terjadi karena N IX juga mempersarafi membran timpani dan mukosa telinga tengah
melalui Jacobsons nerve.
V. Fisiologi Tonsil
Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan,
meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit. Berdasarkan penelitian, ternyata
tonsil memegang peranan penting dalam fase-fase awal kehidupan, terhadap infeksi
mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk kedalam saluran nafas
bagian bawah.
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa
parenkim tonsil memang mampu memproduksi antibodi. Penelitian terakhir
menyatakan bahwa tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A, yang
menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum
germinativum, biasanya berbentuk kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah
mulai terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa
kanak-kanak dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas sistem imun.
Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran fungsi tonsil
yang disertai proses involusi.
Kuman-kuman patogen yang terdapat pada flora normal tonsil dan faring
tidak menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme
pertahanan dan hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman. Sebagai
TONSILITIS
I. Tonsilitis Akut.
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Steptokokus
hemolitikus, Pneumokokus, Streptokokus viridans, dan Streptokokus piogenes.
Haemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Infiltrasi
bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa
keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini
merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang terlepas. Secara
klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis.
Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi
tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini dapat melebar sehingga terbentuk membran
semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil.
- Gejala dan tanda.
Gejala dan tanda yang sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan
beberapa derajat disfagia, demam biasanya tinggi, lesu, nafas bau (helitosis), pada
kasus berat penderita tidak nafsu makan, nyeri telinga (refered pain), otitis media
dapat terjadi sebagai komplikasi.
- Pada pemeriksaan.
Tonsil membengkak, hiperemis dan biasanya bercak-bercak dan kadangkadang diliputi oleh eksudat yang mungkin keabu-abuan atau kekuning-kuningan.
Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan.
- Terapi.
Antibiotik spektrum luas, golongan penisilin atau eritromisin, antipiretik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.
- Komplikasi.
Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi
tonsilitis akut lainnya adalah abses peritonsil, abses parafaring, sepsis, bronkhitis,
nefritis akut, miokarditis serta artritis.
kripta.
Pilar
tonsil
menunjukkan
inflamasi
atau
Peritonsillar abscess
Abscessed cervical nodes
Acute airway obstruction
Cardiac valve disease