Anda di halaman 1dari 48

36

BAB IV
PENGUMPULAN DAN
ANALISIS DATA

4.1.

PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh melalui pengumpulan data sekunder adalah :


1. Data Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan
a. Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah
b. Data yang diperoleh : Data LHR selama 5 tahun (2001-2005), untuk Jalan
HOS Cokroaminoto dan Jalan Pelita IV.
2. Data Tanah
a. Sumber :

Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Sipil Fakultas Teknik


Universitas Diponegoro

b. Data yang diperoleh :

Hasil Sondir dan Boring (masing-masing 2 titik)


pada tanah di sekitar Sungai Kupang.

3. Data Pendukung
a. Data Topografi
Sumber : Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah
Data yang diperoleh : Peta topografi Kota Pekalongan.
b. Data Curah Hujan
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Propinsi Jawa Tengah
Data yang diperoleh : Curah Hujan Stasiun Warungasem dan Stasiun
Kutosari/Doro, selama 10 tahun (1997-2006).
c. Data Statistik
Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Pekalongan Propinsi Jawa Tengah
Data yang diperoleh : Data Jumlah Penduduk, Pemilikan Kendaraan, dan
PDRB

daerah

Jenggot

dan

Kuripan

Lor

Pekalongan.
Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data
primer maupun sekunder, dilanjutkan dengan evaluasi data / review study,

37

berikutnya dilakukan analisis untuk penentuan tipe, bentang, maupun kelas


jembatan dan lain-lain serta melakukan perhitungan detail jembatan. Langkahlangkah yang dilakukan meliputi :
1. Analisa Lalu Lintas
2. Analisa Hidrologi dan Hidrolika
3. Analisa Tanah
4.2.

ANALISA DATA LALU LINTAS DAN GEOMETRIK JALAN

4.2.1. Data Lalu Lintas dan Data Pendukung lainnya


Pada tahap perencanaan jembatan data yang diperoleh diolah terlebih
dahulu lalu kemudian dilakukan analisa untuk menentukan alternatif-alternatif
pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Karena pada jalan yang akan
dibangun jembatan Kuripan belum diketahui data LHRnya, maka perlu dianalisis
terlebih dahulu. Metode yang digunakan adalah dengan mencari prosentase dari
kemungkinan kendaraan yang akan melalui jalan alternatif tersebut.
Rumus untuk mendapatkan prosentase tersebut adalah :

50(d + 0,5t )

x = 50 +

(d 0,5t )2 + 4,5

Dimana :

x = prosentase kendaraan yang melalui jalan alternatif


d = jarak tempuh melalui jalan alternatif
t = waktu tempuh melalui jalan alternatif

x = 50 +

50(1,062 + 0,5 3,5)

(1,062 0,5 3,5)2 + 4,5

= 55,7 %

38

Jalan Alternatif

Jl. HOS Cokroaminoto


Jl. Pelita IV

Gambar 4.1 Denah jalan alternatif melalui Jembatan Kuripan

Dari data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Pekalongan tahun 20012005 tersebut dalam tabel di bawah ini :
Tabel : 4.1
Data pertumbuhan lalu lintas tahunan ( smp/hari )
Jl. HOS Cokroaminoto
Pick
Mobil
Sepeda
Pick Up
Up
Bus
Emp
Thn.
Motor
Penumpang Barang Emp=
=
Emp=0,5
Emp=1,00 Emp= 1,50
1,00
1,00
2001
2404
584
366
299
39

Truck
Berat
Emp=
2,50

LHRT
Smp /
hari

22

2748

Truck
Ringan
Emp=
1,30

Truck
Sedang
Emp=
2,00

27

2002

2766

658

352

325

42

36

23

2811

2003

2869

668

375

335

48

38

21

2915

2004

2985

704

388

358

52

45

25

3052

2005

3021

725

402

377

55

49

31

3198

Sumber : Data Survei Dinas Perhubungan Kota Pekalongan

39

Tabel : 4.2
Data pertumbuhan lalu lintas tahunan ( smp/hari )
Jl. Pelita IV
Pick
Mobil
Sepeda
Pick Up
Up
Bus
Emp
Thn.
Motor
Penumpang Barang Emp=
=
Emp=0,5
Emp=1,00 Emp= 1,50
1,00
1,00
2001
704
134
116
99
17

Truck
Berat
Emp=
2,50

LHRT
Smp /
hari

751

Truck
Ringan
Emp=
1,30

Truck
Sedang
Emp=
2,00

15

2002

733

152

132

112

18

16

794

2003

762

174

136

118

16

18

866

2004

793

192

164

127

15

21

11

905

2005

812

211

171

133

16

18

10

1012

Sumber : Data Survei Dinas Perhubungan Kota Pekalongan

Tabel : 4.3
Data pertumbuhan lalu lintas tahunan ( smp/hari )
Jalan Alternatif
Tahun
LHRT
(smp/hari)

2001

2002

2003

2004

2005

1949

2008

2106

2204

2345

Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan data lalu lintas di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun
terjadi fluktuasi arus lalu lintas pada kedua ruas jalan tersebut yang tidak menentu.
Pertumbuhan lalu lintas (LHR) ini mungkin saja dipengaruhi oleh faktor-faktor,
yaitu :
a) Jumlah Penduduk
b) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
c) Jumlah Kepemilikan Kendaraan
Selain faktor faktor diatas pertumbuhan tersebut juga dipengaruhi oleh
akibat adnya imbas dari krisis moneter yang melanda bangsa ini sehingga
menyebabkan masyarakat memilih kendaraan roda dua sebagai alat transportasi.
Jumlah data yang dianalisis mempengaruhi ketepatan peramalan pertumbuhan lalu

40

lintas. Semakin banyak data yang dianalisis semakin baik dan tepat hasil
peramalannya.
a) Jumlah Penduduk

Penduduk sebagai faktor utama dalam perencanaan merupakan bagian dari


faktor sosial yang selalu berubah baik jumlah maupun kondisinya dan cenderung
mengalami peningkatan. Dalam perencanaan jaringan transportasi antar daerah
tidak bisa terlepas dari pengaruh pertumbuhan penduduk, karena setiap aktivitas
penduduk kota secara langsung akan menimbulkan pergerakan lalu lintas.
Tabel : 4.4
Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Jenggot dan Kelurahan Kuripan Lor
( 1997 2006 )
Tahun

Jumlah Penduduk ( jiwa )

1997

6.970

1998

7.114

1999

7.204

2000

7.338

2001

7.361

2002

7.392

2003

7.792

2004

7.829

2005

7.832

2006

7.850

Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Pekalongan

b) Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )

Pembangunan di daerah Kota Pekalongan telah mencapai hasil


sedemikian sehingga telah menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang meningkat, seperti yang tampak pada tabel 4.5 di bawah ini.

41

Tabel : 4.5
PDRB Jenggot - Kuripan 1997 2006 ( Ribuan Rupiah )
Tahun

PDRB ( ribuan rupiah )

1997

203.990,00

1998

175.651,00

1999

183.551,00

2000

207.884,00

2001

216.264,00

2002

248.662,00

2003

265.230,00

2004

295.620,00

2005

325.896,00

2006

350.360,00

Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Pekalongan

c) Jumlah Kepemilikan Kendaraan

Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan


masyarakat menyebabkan meningkat pula kebutuhan akan sarana pendukung
termasuk kendaraan sebagai sarana pengangkut orang maupun barang. Dengan
peningkatan tersebut akan mempengaruhi kondisi lalu lintas pada umumnya, dan
didapatkan bahwa jumlah kendaraan yang lewat di jalan dari tahun ke tahun terus
dapat disimpulkan mengalami peningkatan.
Untuk mengetahui pertumbuhan lalu lintas rata-rata per tahun dari suatu
daerah maka perlu ditentukan data kepemilikan kendaraan dari daerah tersebut.
Berikut ini disajikan jumlah kepemilikan kendaraan Kelurahan Jenggot dan
Kelurahan Kuripan Lor dalam tabel 4.6

42

Tabel : 4.6
Jumlah Kepemilikan Kendaraan 1997 2006
Tahun

Jumlah kendaraan ( kendaraan )

1997

727

1998

737

1999

781

2000

761

2001

702

2002

723

2003

745

2004

805

2005

836

2006

846

Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Pekalongan

4.2.2. Analisis Tingkat Pertumbuhan Lalu Lintas

Analisis terhadap data-data sekunder di atas nantinya digunakan


untuk memperkirakan jumlah masing-masing data tersebut pada n tahun
mendatang dengan menggunakan metode analisis geometrik dengan
bentuk persamaan sebagai berikut :
1. Analisis Geometrik
Pn = Po ( 1 + i )n

Dimana :
Po = Data pada tahun terakhir yang diketahui
Pn = Data pada tahun ke n dari tahun terakhir
n = Tahun ke n dari tahun terakhir
i

= Tingkat pertumbuhan ( % )

Datadata pertumbuhan jumlah penduduk, PDRB, dan kepemilikan


kendaraan tersebut akan dianggap sebagai variabel bebas dan akan dicari
seberapa besar pengaruh dari semua variabel tersebut terhadap
pertumbuhan lalu lintas. Metode yang digunakan untuk menghitung

43

seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel tersebut adalah metode


regresi berganda dengan bentuk persamaan :
Y = a + bX1 + cX2 + dX3

Data yang akan dicari tingkat pertumbuhannya dijadikan variabel tidak


bebas (Dependent Variabel), yang untuk selanjutnya disebut variabel Y
yaitu LHRT. Kemudian data lainnya diuji terlebih dahulu apakah
variabel tersebut benar-benar merupakan variabel bebas (Independent
Variabel) atau bukan. Apabila data tersebut merupakan variabel bebas

maka dapat digunakan untuk perhitungan regresi berganda dan apabila


bukan merupakan variabel bebas maka tidak bisa digunakan untuk
perhitungan regresi berganda. Data-data yang akan diuji yaitu jumlah
penduduk, PDRB dan jumlah kepemilikan kendaraan.
Langkah selanjutnya yaitu menguji berapa besar pengaruh variabelvariabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Dengan memakai
metode analisis regresi dapat diketahui besarnya pengaruh tersebut
dengan melihat harga r yang mempunyai batas 1 r 1. Hasil
pengujian dari data-data sekunder di atas dapat dilihat pada perhitungan
berikut ini.

A.

Prediksi Jumlah Penduduk

Dari data jumlah penduduk yang ada dapat diketahui jumlah


penduduk sampai tahun 2054 dengan menggunakan metode analisis
aritmatik dan analisis geometrik. Berikut disajikan perhitungan analisis
aritmatik dan analisis geometrik dalam tabel 4.7 di bawah ini.

44

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel : 4.7
Data Pertumbuhan Penduduk
Jumlah
Tingkat
Tahun
Penduduk
Pertumbuhan
( jiwa )
(%)
1997
6970
2,066
1998
7114
1,265
1999
7204
1,860
2000
7338
0,313
2001
7361
0,421
2002
7392
5,411
2003
7792
0,475
2004
7829
0,038
2005
7832
0,230
2006
7850
Rata - rata
1,342

Sumber : Hasil Analisis

Rumus dasar Analisis Geometrik :


Pn

= Po ( 1 + r )n

Dari data di atas diperoleh :


Po

= 7850

= (r1 + r2 + ... + r9) / 9 = 1,342 %

Maka diperoleh persamaan geometrik :


Pn

= 7850 ( 1 + 0.01342 )n

Dari persamaan-persamaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan


penduduk sampai tahun 2056 dengan menggunakan tahun 2006
sebagai tahun ke- 0 seperti terlihat dalam tabel 4.8 di bawah ini.

45

Tabel : 4.8
Analisis Pertumbuhan Penduduk
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
2046
2047
2048
2049
2050
2051

Pertumbuhan
Geometrik ( jiwa )
7.850
7.956
8.062
8.170
8.280
8.390
8.503
8.617
8.733
8.850
8.968
9.088
9.210
9.334
9.459
9.584
9.714
9.844
9.976
10.109
10.245
10.382
10.521
10.662
10.805
10.950
11.097
11.245
11.396
11.549
11.703
11.860
12.019
12.180
12.343
12.509
12.676
12.846
13.018
13.193
13.370
13.549
13.730
13.914
14.101
14.290

46

47
46
48
47
49
48
50
49
51
50
Sumber : Hasil Analisis

2052
2053
2054
2055
2056

14.481
14.675
14.872
15.071
15.288

B. Prediksi Pertumbuhan PDRB

Dengan cara yang sama dapat dihitung jumlah pertumbuhan PDRB


seperti yang terlihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel : 4.9
Data Angka Pertumbuhan PDRB ( % )
No

Tahun

1997

PDRB
( ribuan rupiah )
203.990,00

1998

175.651,00

1999

183.551,00

2000

207.884,00

2001

216.264,00

2002

248.662,00

2003

265.230,00

2004

295.620,00

2005

325.896,00

10

2006
350.360,00
Rata - rata

Pertumbuhan
Geometrik ( % )
-13,892
4,498
13,257
3,875
14,981
6,663
11,458
10,242
7,507

Sumber : Hasil Analisis

Perhitungan analisis geometrik


Pn

= Po ( 1 + r )n

Dari data di atas diperoleh :


Po

= 350.360,00

= (r1 + r2 + + r9) / 9 = 6,510 %

Maka diperoleh persamaan geometrik :

6,510 %

47

Pn = 350.360 ( 1 + 0.06510)n

Dari persamaan-persamaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan


PDRB sampai tahun 2056 dengan menggunakan tahun 2006 sebagai
tahun ke-0 seperti terlihat dalam tabel 4.10 di bawah ini.
Tabel : 4.10
Analisis Pertumbuhan PDRB ( Rupiah )
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

N
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042
2043
2044

Pertumbuhan
Geometrik ( rupiah )

350.360
373.169
397.462
423.337
450.896
480.249
511.514
544.813
580.280
618.057
658.292
701.146
746.792
795.408
847.189
902.341
961.083
1.023.649
1.090.289
1.161.267
1.236.865
1.317.385
1.403.147
1.494.492
1.591.783
1.695.408
1.805.779
1.923.334
2.048.544
2.181.905
2.323.947
2.475.236
2.636.372
2.808.000
2.990.802
3.185.503
3.392.879
3.613.756
3.849.011

48

40
39
41
40
42
41
43
42
44
43
45
44
46
45
47
46
48
47
49
48
50
49
51
50
Sumber : Hasil Analisis

2045
2046
2047
2048
2049
2050
2051
2052
2053
2054
2055
2056

4.099.582
4.366.465
4.650.722
4.953.483
5.275.955
5.619.420
5.985.244
6.374.883
6.789.888
7.231.910
7.702.707
8.204.154

C. Prediksi Jumlah Kepemilikan Kendaraan

Untuk mengetahui jumlah kepemilikan kendaraan sampai tahun 2056


dapat dilihat pada perhitungan pada tabel 4.11 di bawah ini.

No

Tahun

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

10

2006

Tabel : 4.11
Data Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
Jumlah Kendaraan
Pertumbuhan
( kendaraan )
Geometrik ( % )
727
1,376
737
0,543
741
-2,699
721
-2,635
702
2,991
723
3,043
745
8,054
805
3,851
836
4,785
876
Rata - rata
2,145

Sumber : Hasil Analisis

Rumus dasar Analisis Geometrik :


Pn = Po ( 1 + r )n

49

Dari data di atas diperoleh :


Po = 876
r = (r1 + r2 ++ r9) / 9 = 2,145 %
Maka diperoleh persamaan geometrik :
Pn

= 876 ( 1 + 0,02145 )n

Dari persamaan-persamaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan


jumlah kendaraan sampai tahun 2056 dengan menggunakan tahun
2006 sebagai tahun ke-0 seperti terlihat dalam tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel : 4.12
Analisis Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038

Pertumbuhan
Geometrik ( kendaraan )
876
895
913
934
954
975
995
1017
1039
1061
1084
1107
1131
1155
1180
1205
1231
1257
1284
1312
1340
1368
1398
1428
1458
1490
1522
1554
1588
1622
1656
1692
1728

50

34
33
35
34
36
35
37
36
38
37
39
38
40
39
41
40
42
41
43
42
44
43
45
44
46
45
47
46
48
47
49
48
50
49
51
50
Sumber : Hasil Analisis

2039
2040
2041
2042
2043
2044
2045
2046
2047
2048
2049
2050
2051
2052
2053
2054
2055
2056

1765
1803
1842
1881
1922
1963
2005
2048
2092
2137
2182
2229
2277
2326
2376
2427
2479
2532

4.2.3. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap pertumbuhan LHR

Pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah LHR dapat dilihat


dari berapa besar nilai korelasi yang terjadi antara keduanya. Nilai
korelasi tersebut dapat dicari dengan menggunakan metode regression
analysis dari program SPSS 12. Berikut disajikan data-data jumlah LHR

dan jumlah penduduk dalam tabel 4.13 di bawah ini.

Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Tabel : 4.13
Data Jumlah LHR dan Jumlah Penduduk
LHRT ( smp/hari )
Jumlah
Penduduk ( jiwa )
HOS Cokroaminoto - Pelita IV
1949
7361
2008
7392
2106
7792
2204
7829
2345
7832

Sumber : BPS Kota Pekalongan dan Hasil Analisis

Dari data-data di atas kemudian dicari berapa besar nilai korelasi antara
keduanya dengan memakai metode regression analysis seperti terlihat
dalam tabel 4.14 di bawah ini.

51

Tabel : 4.14
Nilai Korelasi Antara LHR dengan Jumlah Penduduk
Regression Statistics
Multiple R

0,865

R Square

0,749

Adjusted R Square

0,665

Standard Error

91,335

Observations

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara LHR dengan
jumlah penduduk untuk ruas jalan HOS Cokroaminoto Pelita IV, R =
0,749. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan jumlah LHR dan
dapat digunakan sebagai variabel untuk memprediksi jumlah LHR pada
tahun-tahun berikutnya.

4.2.4. Pengaruh PDRB terhadap pertumbuhan LHR

Pengaruh PDRB terhadap jumlah LHR dapat dilihat dari berapa


besar nilai korelasi yang terjadi antara keduanya. Nilai korelasi tersebut
dapat dicari dengan menggunakan metode regression analysis dari
program SPSS 12. Berikut disajikan data-data jumlah LHR dan PDRB
dalam tabel 4.15 di bawah ini.
Tabel : 4.15
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Data Jumlah LHR dan PDRB


LHRT ( smp/hari )
HOS Cokroaminoto - Pelita IV
1949
2008
2106
2204
2345

Sumber : Data Survei Dinas Perhubungan dan BPS Kota Pekalongan

PDRB ( rupiah )
216264
248662
265230
295620
325896

52

Dari data-data di atas kemudian dicari berapa besar nilai korelasi antara
keduanya dengan memakai metode regression analysis seperti terlihat
dalam tabel 4.16 di bawah ini.
Tabel : 4.16
Nilai Korelasi Antara Jumlah LHR dengan PDRB
Regression Statistics
Multiple R

0,988

R Square

0,977

Adjusted R Square

0,969

Standard Error

27,806

Observations

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara LHR dengan
jumlah PDRB untuk ruas jalan HOS Cokroaminoto - Pelita IV, R =
0,977 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah PDRB mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan jumlah LHR dan dapat digunakan
sebagai variabel untuk memprediksi jumlah LHR pada tahun-tahun
berikutnya.

4.2.5. Pengaruh Jumlah Kepemilikan Kendaraan Terhadap LHR

Pengaruh jumlah kepemilikan kendaraan terhadap jumlah LHR


dapat dilihat dari berapa besar nilai korelasi yang terjadi antara keduanya.
Nilai korelasi tersebut dapat dicari dengan menggunakan metode
regression analysis dari program SPSS 12. Berikut disajikan data-data

jumlah LHR dan jumlah kendaraan dalam tabel 4.17 di bawah ini.

53

Tabel : 4.17
Data Jumlah LHR dan Jumlah Kendaraan
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

LHRT ( smp/hari )
HOS Cokroaminoto - Pelita IV
1949
2008
2106
2204
2345

Kepemilikan
Kendaraan ( kendaraan )
702
723
745
805
836

Sumber : Data Survei Dinas Perhubungan dan BPS Kota Pekalongan

Dari data-data di atas kemudian dicari berapa besar nilai korelasi antara
keduanya dengan memakai metode regression analysis seperti terlihat
dalam tabel 4.18 di bawah ini.
Tabel : 4.18
Nilai Korelasi Antara LHR dengan Jml. Kendaraan
Regression Statistics
Multiple R

0,986

R Square

0,972

Adjusted R Square

0,963

Standard Error

30,268

Observations

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara LHR dengan
jumlah kendaraan untuk ruas jalan HOS Cokroaminoto - Pelita IV, R =
0,972 . Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kendaraan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan jumlah LHR dan dapat
digunakan sebagai variabel untuk memprediksi jumlah LHR pada tahuntahun berikutnya.

4.2.6. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap PDRB

Besarnya pengaruh antara jumlah penduduk dengan PDRB dapat


dilihat dari berapa nilai korelasi antara kedua variabel tersebut yang

54

didapat dengan menggunakan metode regression analysis dari program


SPSS 12. Berikut disajikan data-data dari variabel jumlah penduduk dan

PDRB dalam tabel 4.19 di bawah ini.


Tabel : 4.19
Data Jumlah Penduduk dan PDRB
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Jumlah
Penduduk ( jiwa )
7361
7392
7792
7829
7832

PDRB ( rupiah )
216264
248662
265230
295620
325896

Sumber : Data BPS Kota Pekalongan

Tabel : 4.20
Nilai Korelasi Antara Jumlah Penduduk dengan PDRB
Regression Statistics
Multiple R

0,857

R Square

0,735

Adjusted R Square

0,647

Standard Error
Observations

25129,318
5

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara variabel jumlah
penduduk dengan variabel PDRB adalah R = 0,735.

Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah penduduk mempunyai karakeristik yang


hampir sama terhadap pertumbuhan PDRB.

4.2.7. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Kepemilikan Kendaraan

Pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah kendaraan dapat


dilihat dari berapa besar nilai korelasi yang terjadi antara keduanya. Nilai
korelasi tersebut dapat dicari dengan menggunakan metode regression

55

analysis dari program SPSS 12. Berikut disajikan data-data jumlah

penduduk dan jumlah kendaraan dalam tabel 4.21 di bawah ini.


Tabel : 4.21
Data Jumlah Penduduk dan Kepemilikan Kendaraan
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

Jumlah
Penduduk ( jiwa )
7361
7392
7792
7829
7832

Kepemilikan
Kendaraan ( kendaraan )
702
723
745
805
836

Sumber : Data BPS Kota Pekalongan

Dari data-data di atas kemudian dicari berapa besar nilai korelasi antara
keduanya dengan memakai metode regression analysis seperti terlihat
dalam tabel 4.22 di bawah ini.
Tabel : 4.22
Nilai Korelasi Antara Jumlah Penduduk dengan Jumlah Kendaraan
Regression Statistics
Multiple R

0,844

R Square

0,712

Adjusted R Square

0,616

Standard Error

34,967

Observations

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara jumlah


penduduk dengan jumlah kendaraan adalah R = 0,712. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk mempunyai karakteristik yang
hampir sama terhadap pertumbuhan jumlah kendaraan.

56

4.2.8. Pengaruh PDRB Terhadap Kepemilikan Kendaraan

Besarnya pengaruh jumlah PDRB terhadap jumlah kendaraan


dapat dilihat dari berapa besar nilai korelasi yang terjadi antara keduanya.
Nilai korelasi tersebut dapat dicari dengan menggunakan metode
regression analysis dari program SPSS 12. Berikut disajikan data-data

jumlah PDRB dan jumlah kendaraan dalam tabel 4.23 di bawah ini.
Tabel : 4.23
Data PDRB dan Kepemilikan Kendaraan
Tahun
1995
1996
1997
1998
1999

PDRB
( rupiah )
216264
248662
265230
295620
325896

Kepemilikan Kendaraan
( kendaraan )
702
723
745
805
836

Sumber : Data BPS Kota Pekalongan

Dari data-data di atas kemudian dicari berapa besar nilai korelasi antara
keduanya dengan memakai metode regression analysis seperti terlihat
dalam tabel 4.24 di bawah ini.
Tabel : 4.24
Nilai Korelasi Antara PDRB dengan Jumlah Kendaraan
Regression Statistics
Multiple R

0,983

R Square

0,966

Adjusted R Square

0,954

Standard Error

12,042

Observations

Sumber : Hasil Analisis

Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai korelasi antara jumlah PDRB
dengan jumlah kendaraan adalah R = 0,966. Hal ini menunjukkan bahwa

57

jumlah PDRB mempunyai karakteristik yang hampir sama terhadap


pertumbuhan jumlah kendaraan.
Besarnya nilai korelasi dari variabel-variabel di atas dapat
disajikan secara ringkas dalam tabel 4.25 di bawah ini.
Tabel : 4.25
Nilai Korelasi Antara Berbagai Variabel Pada Ruas Jalan
HOS Cokroaminoto - Pelita IV
Jumlah

Jumlah

LHR

LHR

0,749

0,977

0,972

0,749

0,735

0,570

0,977

0,735

0,966

0,972

0,570

0,966

Jumlah
Penduduk
PDRB
Jumlah
Kendaraan

Penduduk

PDRB

Kendaraan

Sumber : Hasil Analisis

Tabel : 4.26
Persamaan Regresi dari Berbagai Kombinasi Variabel

No

Keterangan

X1 = Jumlah Penduduk

Persamaan
Regresi
Y = -2182,798 + 0,563 X1

0,749

Angka
Pertumbuhan
3,338 %

Y = 1124,786 + 0,004X1

0,977

5,106 %

Y = 20,072 + 2,758X1

0,972

4,446 %

Y = 843,815 + 0,045X1

0,978

4,488 %

R Square

Y = LHRT
2

X1 = Jumlah PDRB
Y = LHRT

X1 = Jumlah Kendaraan
Y = LHRT

X1 = Jumlah Penduduk
X2 = Jumlah PDRB

+ 0,003X2

58

Y = LHRT
5

X1 = Jumlah PDRB
X2 = Jumlah Kendaraan

Y = 629,384 + 0,002X1

0,983

3,689 %

0,984

4,772 %

+ 1,216X2

Y = LHRT
6

X1 = Jumlah Penduduk
X2 = Jumlah PDRB

Y = 359,921 + 0,043X1
+ 0,002X2 + 1,209X3

X3 = Jumlah Kendaraan
Y = LHRT
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan Tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencari


perkiraan LHRT memakai persamaan no.6 dengan alasan :
1. R Square yang dihasilkan 0,984 , nilai ini baik untuk menandakan
adanya hubungan ketiga variabel tersebut dengan LHRT .
2. Angka Pertumbuhan yang dihasilkan bila menggunakan persamaan
no.6 adalah 4,772% .Angka tersebut masih dalam batas batas tingkat
pertumbuhan yang wajar.
3. Penggunaan ketiga variable tersebut dalam mencari LHRT dapat
menghasilkan persamaan yang lebih teliti.

4.2.9 Prediksi Jumlah LHR

Untuk menghitung jumlah LHR yang lewat pada ruas jalan HOS
Cokroaminoto - Pelita IV sampai tahun 2056 dapat digunakan metode
regression analysis dari program SPSS 12. Berikut disajikan data-data

jumlah LHR, PDRB, Jumlah penduduk dan jumlah kepemilikan


kendaraan dari tahun 2001 2005 dalam tabel 4.27 di bawah ini.

59

Ruas Jalan HOS Cokroaminoto - Pelita IV


Tabel : 4.27
Data LHR, PDRB, Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepemilikan Kendaraan.

Tahun
2001
2002
2003
2004
2005

LHRT
( smp/jam )
1949
2008
2106
2204
2345

Jumlah Penduduk
( jiwa )
7361
7392
7792
7829
7832

PDRB
( juta rupiah )
216264
248662
265230
295620
325896

Jumlah Kendaraan
( kendaraan )
702
723
745
805
836

Sumber : Data Survei Dinas Perhubungan dan BPS Kota Pekalongan

Tabel : 4.28
Nilai Korelasi LHR, PDRB, Juml Pend, Juml Kendaraan
Regression Statistics
Multiple R

0,992

R Square

0,984
0,937

Adjusted R Square
Standard Error

39,505
5

Observations
Sumber : Hasil Analisis

Tabel : 4.29
Nilai konstanta dan Prediktor X1, X2, X3
Variable

Constant

Coefficients

359,921

X1

0,043

X2

0,002

X3

1,209

Sumber : Hasil Analisis

Dengan demikian didapatkan bahwa nilai :


a
= 359,921
b

= 0,043

= 0,002

60

= 1,209

Sehingga didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :


Y = 359,921 + 0,043X1 + 0,002X2 + 1,209X3

Dengan memasukkan X1 sebagai jumlah penduduk, X2 sebagai jumlah PDRB dan


X3 sebagai jumlah kepemilikan kendaraan maka akan didapatkan jumlah LHR
sampai tahun 2056, seperti terlihat dalam tabel 4.30 di bawah ini :
Tabel : 4.30
Perkiraan jumlah LHR sampai tahun 2054
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039

Penduduk

PDRB

Kendaraan

LHRT

( jiwa )

(rupiah )

(kendaraan)

(smp/hari)

7850
7956
8062
8170
8280
8390
8503
8617
8733
8850
8968
9088
9210
9334
9459
9584
9714
9844
9976
10109
10245
10382
10521
10662
10805
10950
11097
11245
11396
11549
11703
11860
12019
12180

350360

876
895
913
934
954
975
995
1017
1039
1061
1084
1107
1131
1155
1180
1205
1231
1257
1284
1312
1340
1368
1398
1428
1458
1490
1522
1554
1588
1622
1656
1692
1728
1765

2458
2531
2606
2688
2772
2860
2952
3050
3153
3260
3373
3492
3617
3749
3888
4034
4189
4351
4522
4704
4895
5096
5309
5534
5771
6023
6289
6569
6867
7182
7514
7867
8239
8634

373169
397462
423337
450896
480249
511514
544813
580280
618057
658292
701146
746792
795408
847189
902341
961083
1023649
1090289
1161267
1236865
1317385
1403147
1494492
1591783
1695408
1805779
1923334
2048544
2181905
2323947
2475236
2636372
2808000

Angka
Pertumbuhan
(%)
4.788
2.977
2.960
3.139
3.127
3.205
3.202
3.324
3.362
3.400
3.478
3.519
3.596
3.638
3.713
3.753
3.830
3.872
3.945
4.015
4.059
4.102
4.196
4.239
4.283
4.370
4.412
4.455
4.537
4.579
4.621
4.696
4.737
4.793

61

35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

2040
2041
2042
2043
2044
2045
2046
2047
2048
2049
2050
2051
2052
2053
2054
2055
2056

12343
12509
12676
12846
13018
13193
13370
13549
13730
13914
14101
14290
14481
14675
14872
15071
15288

2990802
3185503
3392879
3613756
3849011
4099582
4366465
4650722
4953483
5275955
5619420
5985244
6374883
6789888
7231910
7702707
8204154

1803
1842
1881
1922
1963
2005
2048
2092
2137
2182
2229
2277
2326
2376
2427
2479
2532

9053
9496
9965
10464
10991
11551
12144
12774
13441
14149
14900
15698
16545
17444
18398
19411
20487
Ratarata

4.848
4.901
4.940
5.004
5.041
5.090
5.137
5.183
5.228
5.262
5.314
5.354
5.394
5.432
5.470
5.506
5.545
4.431

Sumber : Hasil Analisis

Dengan pertimbangan faktor biaya maka perhitungan diambil 25 tahun kedepan


dengan perkiraan proyek dimulai pada tahun 2007, perencanaannya pada tahun
2008, dilaksanakan pada tahun 2010.
Jadi pada tahun yang direncanakan, yaitu tahun 2035, LHR yang melintasi Jalan
HOS Cokroaminoto - Pelita IV adalah sebesar 7182 smp/hari. Maka dapat
digolongkan dalam kelas jalan Lokal.
4.2.10 Perhitungan Kapasitas Jalan

Perhitungan kapasitas jalan didasarkan pada rumus :


C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Keterangan :
C

= Kapasitas (smp/jam)

C0

= Kapasitas dasar (smp/jam)


( MKJI 97 tabel C-1:1 hal 5-50 )

FCw

= Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas


( MKJI 97 tabel C-2:1 hal 5-51 )

FCSP

= Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah


( MKJI 97 tabel C-3:1 hal 5-52 )

62

FCSF

= Faktor penyesuaian akibat hambatan samping


( MKJI 97 tabel C-4:1 hal 5-53 )

FCCS

= Faktor penyesuaian akibat ukuran kota


( MKJI 97 tabel C-5:1 hal 5-55 )

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS


= 2900 x 0,87 x 1,00 x 0,94 x 0,86
= 2040 smp/jam

4.2.11 Menentukan Lajur

Dalam menentukan jumlah lajur digunakan rentang arus lalu lintas seperti
pada tabel Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota tahun
1997, Direktorat Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
Penentuan lebar jalur dan bahu jalan adalah sebagai berikut :
Tabel : 4.31
Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
ARTERI
VLHR
(smp/jam)

Ideal

KOLEKTOR
Minimum

Ideal

LOKAL

Minimum

Ideal

Minimum

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

Lebar
Jalur
(m)

Lebar
Bahu
(m)

<3000

6,0

1,5

4,5

1,0

6,0

1,5

4,5

1,0

6,0

1,0

4,0

1,0

300010000

7,0

2,0

6,0

1,0

7,0

1,5

6,0

1,5

7,0

1,5

5,0

1,0

1000125000

7,0

2,0

7,0

2,0

7,0

2,0

**

**

>25000

2x3,5

2,0

**

**

2,5

2x2,0

*
*
Sumber : TCPGJAK Tahun 1997, hal 16

2,0

2x3,5
*

Keterangan :
** =
*

mengacu pada persyaratan ideal

= 2 lajur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n = jumlah


lajur/jalur

= tidak ditentukan

Rencana jalan jembatan Kuripan terdiri dari 2 lajur 2 arah UD, lebar setiap
lajurnya 3 meter dengan bahu jalan 1 meter.

63

Untuk mengetahui mengetahui tingkat kinerja jalan pada ruas jalan HOS
Cokroaminoto - Pelita IV pada tiap tahun mulai tahun 2006 sampai umur
rencana tahun 2056 maka diperhitungkan sebagai berikut :
Tabel : 4.32
Nilai nilai Paremeter Kinerja Jalan Baru
No

UR

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041
2042

LHRT ( smp/hari )
HOS Cokroaminoto
- Pelita IV
2458
2531
2606
2688
2772
2860
2952
3050
3153
3260
3373
3492
3617
3749
3888
4034
4189
4351
4522
4704
4895
5096
5309
5534
5771
6023
6289
6569
6867
7182
7514
7867
8239
8634
9053
9496
9965

(smp/jam)

(smp/jam)

221
228
235
242
250
257
266
275
284
293
304
314
326
337
350
363
377
392
407
423
441
459
478
498
519
542
566
591
618
646
676
708
742
777
815
855
897

2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040

Q/C

Ket

0.11
0.11
0.12
0.12
0.12
0.13
0.13
0.13
0.14
0.14
0.15
0.15
0.16
0.17
0.17
0.18
0.18
0.19
0.20
0.21
0.22
0.23
0.23
0.24
0.25
0.27
0.28
0.29
0.30
0.33
0.35
0.36
0.38
0.40
0.42
0.44
0.46

LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK

64

38
37
2043
39
38
2044
40
39
2045
41
40
2046
42
41
2047
43
42
2048
44
43
2049
45
44
2050
46
45
2051
47
46
2052
48
47
2053
49
48
2054
50
49
2055
51
50
2056
Sumber : Hasil Analisis

10464
10991
11551
12144
12774
13441
14149
14900
15698
16545
17444
18398
19411
20487

942
989
1040
1093
1150
1210
1273
1341
1413
1489
1570
1656
1747
1844

2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040
2040

0.72
0.48
0.51
0.54
0.56
0.59
0.62
0.66
0.70
0.73
0.77
0.81
0.86
1.00

LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
LAYAK
TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK
TIDAK LAYAK

3. Derajat Kejenuhan

Untuk perhitungan rencana jalan diperoleh nilai LHRT tahun 2053 yaitu
17444 smp/hari ,maka dengan nilai k = 0,09 diperoleh VJP sebesar 1570
smp/jam. Dengan demikian maka nilai DS dapat dihitung dengan :
DS = Q/C = 1570/2040 = 0,77
Ds > 0,75 menunjukkan bahwa jalan tersebut terlalu padat sehingga
diperlukan penanganan untuk mengurangi kepadatan tersebut dengan cara
penambahan lajur agar arus lalulintas menjadi lancar .
Dari perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan lajur
dengan lebar 3 meter dapat memenuhi kapasitas arus lalulintas hingga tahun
2052.
Volume 1 jam yang dipergunakan sebagai VJP tidak boleh
mempunyai nilai yang sangat besar , sehingga akan mengakibatkan jalan
menjadi lenggang dan biayanya pun mahal menyebabkan pemborosan.
Dalam pelaksanaan pelaksanaan Jembatan Kuripan ini dilaksanakan
dengan pembangunan 2 lajur .Umur rencana jembatan pada umumnya di
Indonesia berkisar antara 25 30 tahun .Berdasarkan perhitungan tabel diatas
dapat dijadikan pertimbangan bahwa jalan tersebut pada suatu saat akan
menggunakan 4 lajur apabila telah terlampaui DS nya.Tetapi dari segi
ekonomis jalan direncanakan dengan 2 lajur terlebih dahulu. Ketika jalan

65

maupun jembatan tidak dapat lagi menampung volume arus lalu lintas maka
dapat ditambah lagi dengan 2 lajur, cara ini akan lebih efisien ketimbang
merencanakan langsung jalan maupun jembatan secara langsung dengan 4
lajur .

66

4.3.

ANALISIS ASPEK HIDROLOGI DAN HIDRAULIK

Dari data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika ( BMG )
diambil 3 lokasi stasiun ,yaitu Warung Asem dan Kutosari/Doro curah hujan
bulanan diambil dari data sepuluh tahunan yaitu dari tahun 1997 2006adalah
sebagai berikut :
Tabel : 4.33
Data Curah Hujan Lokasi Warungasem ( mm/hari )
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
CH maks

1997
416
294
323
397
158
39
16
43
0
0
4
189
416

1998
296
278
164
190
324
211
190
32
73
260
121
421
421

1999
401
312
188
284
183
209
0
66
137
260
168
273
401

2000
364
366
410
140
50
290
19
0
63
129
407
135
410

Tahun
2001 2002
452
331
463
177
282
146
249
181
25
101
198
53
137
64
41
0
66
24
145
0
272
64
271
272
452
463

2003
435
325
301
318
137
145
64
0
83
15
100
272
435

2004
345
408
387
351
169
87
87
12
143
50
100
275
408

2005
204
421
183
189
79
120
145
19
100
58
152
247
421

2006
415
223
195
183
110
0
0
22
0
8
19
55
415

2005
339
345
316
274
129
72
108
43
48
345
184
371
371

2006
389
387
381
376
129
29
10
8
0
0
179
227
389

Sumber : BMG

Tabel : 4.34
Data Curah Hujan Lokasi Kutosari/Doro ( mm/hari )
Tahun
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
CH maks
Sumber : BMG

1997
396
375
387
214
149
100
36
4
0
0
109
264
396

1998
339
337
267
256
139
175
182
69
188
324
184
342
342

1999
326
377
290
342
127
188
83
153
72
361
330
348
377

2000
463
452
448
403
412
217
56
18
23
244
387
241
463

2001
377
372
323
295
94
151
155
3
43
188
368
417
377

2002
367
386
322
190
188
31
18
0
4
2
372
272
386

2003
390
392
250
305
119
50
0
0
67
64
209
507
392

2004
323
342
309
259
219
10
108
0
105
80
206
417
342

67

4.3.1. Analisis Frekuensi Curah Hujan

Berdasarkan data curah hujan, maka perlu ditentukan kemungkinan curah


hujan maksimum tersebut untuk menentukan debit banjir rencana .Dalam
penentuan curah hujan yang dipakai dalam menghitung besar debit banjir rencana
digunakan cara cara sebagai berikut :
1. Menentukan jenis sebaran yang diperlukan faktor faktor sebagai berikut :
a. Standar Deviasi
b. Koefisien Skewness ( Cs )
c. Koefisien Kurtosis ( Ck )
d. Koefisien Variasi ( Cv )
Tabel : 4.35
Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Stasiun Warungasem ( mm/hari )
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah

Xi
( mm/hari )
416
421
401
410
452
463
435
408
421
415
4242

Xi - Xr
-8.4
-3.4
-23.4
-14.4
27.6
38.6
10.6
-16.4
-3.4
-9.4

(Xi - Xr)2
70.56
11.56
547.56
207.36
761.76
1489.96
112.36
268.96
11.56
88.36
3570

(Xi - Xr)3
-592.704
-39.304
-12812.904
-2985.984
21024.576
57512.456
1191.016
-4410.944
-39.304
-830.584
58016.32

Sumber : Hasil Analisis

X rata rata =

Xi
n

4242
= 424,4 mm/hari
10

Keterangan : n = Banyaknya tahun data curah hujan yang dipakai


Xi = Jumlah curah hujan maksimum

(Xi - Xr)4
4978.7136
133.6336
299821.9536
42998.1696
580278.2976
2219980.802
12624.7696
72339.4816
133.6336
7807.4896
3241096.944

68

Tabel : 4.36
Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Stasiun Kutosari/Doro ( mm/hari )
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah

Xi
( mm/hari )
396
342
377
463
377
386
392
342
371
389
3835

(Xi - Xr)2
156.25
1722.25
42.25
6320.25
42.25
6.25
72.25
1722.25
156.25
30.25
10270.5

Xi - Xr
12.5
-41.5
-6.5
79.5
-6.5
2.5
8.5
-41.5
-12.5
5.5

(Xi - Xr)3
1953.125
-71473.375
-274.625
502459.875
-274.625
15.625
614.125
-71473.375
-1953.125
166.375
359760

(Xi - Xr)4
24414.0625
2966145.063
1785.0625
39945560.06
1785.0625
39.0625
5220.0625
2966145.063
24414.0625
915.0625
45936422.63

Sumber : Hasil Analisis

X rata rata =

Xi

3835
= 383,5 mm/hari
10

Keterangan : n = Banyaknya tahun data curah hujan yang dipakai


Xi = Jumlah curah hujan maksimum

a. Standart Deviasi
Ukuran sebaran yang paling banyak digunakan adalah deviasi standar ,
apabila penyebaran sangat besar terhadap nilai rata rata maka nilai x akan besar
,akan tetapi apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata rata maka
nilai x akan kecil.
Untuk stasiun Warungasem :
Sx =

( Xi Xrata rata )

n 1

3570
= 19,916
9

Untuk stasiun Kutosari / Doro :


Sx =

( Xi Xrata rata )
n 1

10270,5
= 33,781
9

69

Keterangan :
n = Banyaknya tahun data curah hujan yang dipakai
(Xi-Xrata-rata)2 = Curah hujan maksimum dikurangi curah hujan rata- rata
dikuadratkan
b. Koefisien Skewness ( Cs )
Kemencengan ( Skewness ) adalah suatu nilai yang menunjukan derajat
ketidak simetrisan ( Asimetry ) demi suatu bentuk distribusi. Apabila kurva
frkuensi dari kanan atau ke kiri terhadap titik pusat maksimum, maka kurva
tersebut tidak akan berbentuk simetris .Keadaaan tersebut disebut menceng ke
kiri atau ke kanan .Pengukuran kemencengan adalah untuk mengukur seberapa
besar frekuensi dari suatu distribusi tidak simetris atau menceng.Ukuran
kemencengan dinyatakan dengan besarnya koefisien kemencengan dan dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
Cs =

n Xi Xrata rata

(n 1)(n 2)Sx 3

10 353760
9 8 33,7813

= 1,275
Keterangan :
n = Banyaknya tahun data curah hujan yang dipakai
(Xi-Xrata-rata)3 = Curah hujan maksimum dikurangi curah hujan rata- rata
dipangkat tiga
Sx = Standart deviasi

70

c. Koefisien Kurtois ( Ck )
Pengukuran

Kurtois dimaksudkan untuk mengukur kemencengan dari

kurva distribusi dan sebagai perbandingan adalah distribusi normal koefisien


Kurtois dirumuskan sebagai berikut :

Ck =

n 2 ( Xi Xrata rata )

(n 1)(n 2)(n 3)Sx 4

10 2 45936422,63
9 8 7 33,7814

= 6,9
Keterangan :
n = Banyaknya tahun data curah hujan yang dipakai
(Xi-Xrata-rata)3 = Curah hujan maksimum dikurangi curah hujan rata- rata
dipangkat empat
Sx = Standart deviasi
d. Koefisien Variasi ( Cv )
nilai Koefisien Variasi adalah nilai

perbandingan

deviasi

standar

dengan rata rata hitung dari suatu distribusi .Koefisien Variasi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Cv =

Sx
X

33,781
383,5

= 0,088
Keterangan :
Sx = Standart deviasi
X = Curah hujan rata-rata

71

2. Pemilihan Jenis Sebaran


Dalam sebaran dikenal beberapa jenis distribusi, diantaranya yang banyak
digunakan dalam hidrologi adalah sebagai berikut :
a. Distribusi normal
b. Distribusi log normal
c. Distribusi log Pearson
d. Distribusi Gumbel
Tabel : 4.37
Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Stasiun Warungasem ( mm/hari )
No
1
2

Jenis Distribusi
Normal
Gumbel

Syarat

Hasil
Perhitungan

Keterangan

Ck = 3

Ck = 6,9

Tidak

Cs = 0

Cs = 1,275

Tidak

Ck = 5,4002 Ck = 6,9

Tidak

Cs = 1,129

Cs = 1,275

Memenuhi

Log Pearson III

Cs 0

Cs = 1,275

Memenuhi

Log Normal

Cs = 3 x Cv

Cv = 0,088

Tidak

Cs = 1,275

Tidak

Sumber : Hasil Analisis

Keterangan :
Cs = Koefisien Skewness
Ck = Koefisien Kurtois
Cv = Koefisien Variasi

Analisis Curah Hujan Rencana


Perhitungan Distribusi Log Pearson
Untuk Stasiun Hujan Warungasem
Rata rata ( x ) = 424,2 mm/hari
Standar Deviasi ( Sx ) = 19,916

72

Rumus : Subarkah 1980

Kr = 0,78 ln ln1 0,45


Tr

Tr => 25

= 2,045
Xtr = Xrata rata + ( Kr * Sx )
Xtr = X25 + R
X25 = R = 424,2 + ( 2,045 19,916)
= 464,928 mm/hari

Keterangan :
Xtr = Curah Hujan dengan kala ulang tertentu ( diambil 25 tahun )
Xr = Curah Hujan Rata rata
Sx = Standart Deviasi
Untuk Stasiun Kutosari/Doro
Rata rata ( x ) = 383,5 mm/hari
Standar Deviasi ( Sx ) = 33,781

Kr = 0,78 ln ln1 0,45


Tr

= 2,045
Xtr = Xrata rata + ( Kr * Sx )
Xtr = X25 + R
X25 = R = 383,5 + (2,045 33,781 )
= 452,582 mm/hari

Keterangan :

Tr => 25

73

Xtr = Curah Hujan dengan kala ulang tertentu ( diambil 25 tahun )


Xr = Curah Hujan Rata rata
Sx = Standart Deviasi
Rdiambil =

464,982 + 452,582
= 458,755 mm/hari
2

4.3.3 Perhitungan Debit Banjir ( Q )

Tujuan dari perhitungan debit ini adalah untuk mengetahui besarnya debit
air yang melewati sungai Kupang untuk suatu periode ulang tertentu, sehubungan
dengan perencanaan ini periode debit banjir yang direncanakan adalah periode
ulang 25 tahunan ( Qtr = Q25 ).
A. Data dari Dinas Pengairan Jratunseluna
Luas DAS ( A )

= 155 km2

Panjang aliran sungai ( L )

= 40000 m

Perbedaan ketinggian

= 168 m

Kemiringan dasar saluran

= 0,0028

B. Waktu Konsentrasi ( tc )
tc = L / ( 72 x i0,6 )
Keterangan :
L = panjang aliran ( m )
i

= kemiringan medan

tc = waktu pengaliran ( jam )


tc = ( 40000 / ( 72 x 0,00280,6 )) / 3600
= 5,25 jam
C. Intensitas Hujan ( I )
I = ( R/24 ) x ( 24/tc )0,67
Keterangan :
I

= Intensitas Hujan ( mm/jam )

R = Curah hujan ( mm )
tc = Waktu penakaran ( jam )

74

= ( 458,755 / 24 ) x ( 24 / 5,25 )0,67


= 52,918 mm/jam

Formula Relation Mononobe :


Q = 0,278.C.I.A
Keterangan :
Q

= Debit banjir ( m3/det )

= Koefisien run off = 0,6

= Intensitas hujan ( mm/jam )

= Luas DAS ( km2 )

( 0,278 = konversi satuan )


Q

= 0,278 x 0,6 x 52,918 x 155


= 1368,142 m3/det

4.3.3 Perhitungan Tinggi Muka Air Banjir

Penampang sungai direncanakan sesuai dengan bentuk kali Kupang yaitu


berupa trapesium dengan ketentuan sebagai berikut :
Q

= 1368,142 m3/det

Kemiringan dasar ( I )

= 0,0028

Kemiringan dinding (m)

= 1:2

Koefisien Manning ( n )

= 0,04

Panjang Aliran Sungai ( L ) = 40000 m


Beda elevasi ( H )

= 168 m

Lebar Sungai ( B )

= 23,81 m

Rumus kecepatan aliran :

H
V = 72 x
L

0, 6

168
= 72 x

40000

0, 6

= 2,7 m/det
Luas kebutuhan :
A=

Qr 1368,142
=
= 506,719 m2
V
2,7

75

Gambar 4.2 potongan Kali Kupang dimulai dari pertemuan Kali Banger
dengan Sungai Pekalongan sampai dengan hulu Jembatan Kuripan Lor
Jenggot

17.000

15.000

13.000

AS
11.000

9.000

12.576

JARAK

8.17

9.80

4.73

5.845

5.845

5.386

5.386

11.227

16.348

16.367

9.819

8.888

7.956

8.896

9.835

12.066

15.676

ELEVASI

16.568

16.615

BIDANG PERS : 7.000 ( M )

5.808

P0

17.000

15.000

13.000
AS
11.000

9.000

5.024

3.553

3.082

3.082

6.397

6.397

16.281

16.085

9.809

8.903

7.995

8.951

9.605

11.916

5.216

21.20

JARAK

15.022

ELEVASI

16.023

16.625

BIDANG PERS : 7.000 ( M )

5.000

9.051

P1

17.000

15.000

13.000

11.000

AS

9.000

JARAK

16.377

6.174

6.642

7.619

9.253

9.253

3.163

3.163

16.768

15.763

10.207

8.666

7.124

8.687

10.249

12.158

15.231

ELEVASI

16.244

16.820

BIDANG PERS : 7.000 ( M )

9.231

12.501

P 2 + 10

17.000

15.000

13.000

AS

11.000

9.000

16.980

J ARAK

7.655

5.207

16.120

16.025

9.861

8.827

5.239

5.239

6.192

7.792

8.709

9.625

12.464

ELEVASI

15.067

16.033

BIDANG PERS : 7.000 ( M )

7.045

5.207

16.070

P3

17.000

15.000

AS

13.000

11.000

9.000

J ARAK

19.99

6.99

3.598

2.99

P4

1.339 1.283

7.007

3.575

4.911

4.911

6.797

6.797

5.913

16.305

15.624

9.843

9.884

9.923

9.596

9.268

11.127

13.868

14.142

15.621

16.517

16.323

15.667

ELEVASI

15.757

BIDANG PERS : 7.000 ( M )

8.068

76

19.000

17.000

15.000

A
S

13.000

11.000

14.994

JARAK

8.777

6.563

2.997

0.949

5.978

5.978

3.629

3.629

16.011

16.216

9.667

9.613

9.558

9.622

9.685

9.912

10.140

15.590

ELEVASI

16.255

16.262

BIDANGPERS: 9.000 ( M)

6.603

7.892

P5

19.000

17.000

15.000

A
S

13.000

11.000

10.489

1.999

5.578

8.614

2.462

4.802

4.802

7.926

7.926

5.892

16.713

16.623

9.699

9.567

9.453

9.576

9.680

10.792

10.615

15.619

16.093

ELEVASI
J ARAK

16.452

BIDANGPERS: 9.000( M)

8.191

P6

Tabel 4.38 HASIL PENGUKURAN KALI KUPANG DIMULAI DARI


PERTEMUAN KALI BANGER DENGAN SUNGAI PEKALONGAN SAMPAI
DENGAN HULU JEMBATAN KURIPAN LOR - JENGGOT
No

Jarak

Lebar

Lebar Atas

Patok

(m )

Bawah (m)

(m)

27,82

41,39

34,65

+9,453

29,00

46,46

37,73

+9,558

23,58

46,29

34,93

+9,923

20,88

41,78

31,34

+9,861

23,83

56,77

40,30

+10,249

18,86

41,80

30,38

+9,809

22,46

56,39

39,43

+9,819

23,81

47,27

35,54

P.6

Rata2 (m)

Elevasi Dasar
Sungai (m)

50,00
P.5
50,00
P.4
50,00
P.3
50,00
P.2
50,00
P.1
36,00
P.0
Rata

Sumber : Hasil Analisis

77

Langkah perhitungan tinggi air maksimum dengan menggunakan lebar ratarata, B = 23,81 m
Penampang tanpa menggunakan pilar

H2
H1
B
Gambar 4.3 gambar perhitungan tinggi muka air banjir
B1 = 23,81 m
Dengan cara coba-coba didapat :
H1 = 8,26 m
F = (B + mH1) H1
= ( 23,81 + (2 x 8,26)) 8,26
= 333,126 m
P = B + 2( 1 + m 2 ) H1
= 23,81 + 2( 1 + 2 2 ) 8,26

= 60,75 m
R=
=
Q=
=

F
P

333,126
= 5,484 m
60,75
1 2 / 3 1/ 2
R I F
n
1
.5,484 2 / 3 .0,0028 1 / 2 .333,126
0,04

78

= 1370,437 m/det > 1368,142 m/det .OK

Penampang dengan menggunakan pilar

H2
H1
D
B
Gambar 4.4 gambar perhitungan tinggi muka air banjir mengunakan pilar
B rata-rata = 23,81 m
1
1
Diameter pilar = 1 m ( H
H)
5
10
Dengan cara coba-coba didapat :
H1 = 8,4 m
F = (B + mH1) H1
= ( 22,81 + (2 x 8,4)) 8,4
= 332,724 m
P = B + 2( 1 + m 2 ) H1
= 22,81 + 2( 1 + 2 2 ) 8,4
= 60,376 m
R=
=
Q=

F
P
332,724
= 5,622 m
60,376
1 2 / 3 1/ 2
R I F
n

79

1
.5,622 2 / 3 .0,0028 1 / 2 .332,724
0,04

= 1373,273 m/det > 1368,142 m/det .OK


4.3.4

Tinggi Bebas

Menurut Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya,


bahwa tinggi bebas yang disyaratkan untuk jembatan minimal 1,00 m diatas nuka
air banjir 25 tahunan. Maka untuk tinggi bebas jembatan Kali Kupang ini
direncanakan 1,5 meter.
4.3.5

Analisa Data Penggerusan (Scouring)

Penggerusan (scouring) terjadi di dasar sungai di bawah pier akibat aliran


sungai yang mengikis lapisan tanah dasar sungai. Aliran sungai diarahkan agar
tidak berubah arah sehingga tidak terjadi penggerusan (scouring) ini.
Dalamnya penggerusan dihitung berdasarkan rumus Lacey, sebagai berikut
-

Bentang jembatan ( L ) = 60 m

Lebar alur sungai ( W ) = 47,27 m

Jenis tanah dasar lanau ( standart silt ), maka berdasar tabel 2.6 Faktor
Lempung Lacey pada bab II :

Diameter butir ( d ) = 0,322 mm

Faktor lempung Lacey ( f ) = 1,0

Tipe aliran sungai : aliran belok

Q = Q25 = 1368,142 m3/det

Dari rumus Lacey :


Q
L W d = 0,473
f
1368,142
d = 0,473

d = 5,238m

0 , 333

0 , 333

Penggerusan maksimum = 1,75d = 1,75 x 5,238 = 9,167 m.


Jadi kedalaman pondasi jembatan harus diperhitungkan terhadap kedalaman
scouring di atas (9,167 m dari permukaan tanah/dasar sungai)

80

1,5m
8,26m
23,81m

Gambar 4.5 Sketsa Penampang Sungai

4.4 ANALISIS KONDISI TANAH DASAR

Analisa terhadap kondisi tanah dasar dimaksudkan untuk mengetahui sifat


fisik dan sifat teknis tanah di lokasi untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai
dengan keadaan tanah pada jembatan Kuripan.
4.4.1

Pekerjaan Boring

Jumlah titik bor dilaksanakan pada 2 ( dua ) titik bor yaitu titik BH-1 dan
BH-2. Alat yang dipergunakan pada pekerjaan boring ini adalah bor mesin
( Kano Boring ), yang dilakukan higga kedalaman 20 meter dari
permukaan tanah setempat.
Hasil pengujian boring tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.39
Pekerjaan Boring BH-1
Kedalaman

Jenis tanah

Diskripsi Tanah

N SPT

05

Pasir

Coklat , Setengah Padat

56

Pasir Kelempungan

6 7,6

Pasir

7,6 10

Gambut

(meter)

Coklat Kemerahan,
Setengah Padat
Hitam Keabu-abuan,
Setengah Padat
Hitam Kecoklatan, Lepas

4
4
4

81

Lempung

Abu-abu Kecoklatan,

Kepasiran

Teguh

11 13

Gambut

Coklat, Lepas

13 14,6

Lempung

Abu-abu, Teguh

14,6 20

Pasir

10 11

Hitam Keabu-abuan,
Setengah Padat

16 19

Sumber : DPU Kota Pekalongan

Tabel 4.40
Pekerjaan Boring BH-2
Kedalaman

Jenis tanah

Diskripsi Tanah

N SPT

0 6,5

Pasir Kelempungan

Coklat , Lepas

59

6,5 8

Pasir

8 10

Lempung Kepasiran

Abu-abu, Kaku

10 14

Lempung Kepasiran

Coklat, Teguh

14 16

Gambut

16 17

Lempung

Abu-abu, Teguh

17 20

Pasir

Abu-abu, Lepas

(meter)

Sumber : DPU Kota Pekalongan

Abu-abu Kehitaman,
Lepas

Hitam Kecoklatan,
Teguh

59

82

4.4.2. Pekerjaan Sondir

Jumlah titik sondir yang

dilaksanakan

ada pada 2 ( dua ) titik yaitu

titik SD 1 dan SD 2. Alat yang dipergunakan adalah sondir mesin


hydrolis dengan kapasitas 2,5 ton.
Hasil pengujian sondir tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.41
Pekerjaan Sondir
Titik SD 1

Titik SD 2

Kedalaman

Tahanan Konus

Kedalaman

Tahanan Konus

( meter )

qc ( c )

( meter )

qc ( kg/cm2 )

0,2 4,2

14,0 36,0

0,2 4,0

20,0 100,0

4,4 5,8

8,0 18,0

4,2 6,6

8,0 22,0

6,0 7,0

20,0 70,0

6,8 7,6

22., 62,0

7,2 12,8

6,0 18,0

7,8 19,0

6,0 20,0

13,0 14,0

19,0 25,0

19,2 20,0

20,0 22,0

14,2 17,8

8,0 20,0

18,0 20,0

18,0 25,0

20,0

qc = 351 kg/cm2

20,0

qc = 351 kg/cm2

JHP = 1464 kg/cm2

JHP = 1518 kg/cm2

Sumber : DPU Kota Pekalongan

Kesimpulan :
a.

Titik Sondir I
Nilai perlawanan ujung konus ( conuss resistance ) sampai
kedalaman 20,00 m adalah 351 kg/cm2
Jumlah hambatan pelekat ( total friction ) adalah 1464 k

b. Titik Sondir II
Nilai perlawanan ujung konus ( conuss resistance ) sampai
kedalaman 20 m adalah 351 kg/cm2
Jumlah hambatan pelekat ( total friction ) adalah 1518 kg/cm2

83

Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah keras


terletak pada kedalaman > 20 m maka pondasi yang digunakan yaitu
jenis pondasi dalam.

Anda mungkin juga menyukai