Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

Pendahuluan dan Metodologi Akuntansi

Oleh :

Anggi Khariza Putri 1202110041


Aulia Mutia Sari
1202110042
Liliani
1202110056

BAB I
PENDAHULUAN DAN METODOLOGI AKUNTANSI

Kapan seharusnya pendapatan diakui? Ini adalah masalah yang paling fundamental
dalam teori akuntansi. Pertanyaan sederhana yang jawabannya sukar didapat. Masalah tersebut
mempunyai implikasi yang sifatnya sangat praktis bagi manajemen maupun bagi auditor. Bagi
sudut pandang manajemen, penolakan mengakui pendapatan pada saat pengiriman
mengakibatkan penurunan penjualan di laporan laba rugi sehingga akan membuat gagal untuk
mendapat pinjaman di pasar. Bagi sudut pandang auditor, penolakan yang tidak beralasan untuk
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, dapat menyebabkan adanya tuntutan
pelanggaran kontrak dari perusahaan. Teori akuntansi seringkali merupakan masalah
pertimbangan professional yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat dalam kasus-kasus
tertentu. Bukan hanya anggota FASB namun juga akuntan yang berpraktik.
Pengakuan pendapatan merupakan contoh klasik sebuah aturan yang luas yang
memerlukan pertimbangan professional pada tingkatan lokal. Salah satu buku teks
mendefinisikan aturan tersebut sebagai berikut: pendapatan harus diakui dalam periode terawal
pada saat (a) satuan usaha (entity) sudah melakukan semua yang harus dilakukan untuk
mendapatkan penghasilan dan (2) jumlah penghasilan dapat diukur secara andal.
Dalam banyak industry definisi ini diasumsikan terjadi pada saat pengiriman.
Namun ada perbedaan pendapat dengan auditor mengenai pengakuan pendapatan tersebut,
karena dianggap tidak merupakan performa yang substansial. Kasus ini menerangkan sejelasjelasnya bahwa manajer dan auditor tidak dapat dibiarkan membuat aturan-aturan mereka
sendiri. Para manajer pasti ingin memanipulasi penghasilan sedangkan para akuntan memerlukan
sanksi standar akuntansi untuk menolak hal itu. Bagaimanapun argumen-argumen itu,
pemberlakuan prosedur-prosedur akuntansi oleh suatu badan yaitu dengan adanya Financial
Accounting Standard Board. Misalnya : dalam bidang akuntansi Real estate aturan-aturan
pengakuan pendapatan dinyatakan dengan terinci dalam SFAS 66.

1. PENDEKATAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI


1. 1

Pendekatan Pajak
Pendekatan ini berisi tentang apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue service

(IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya apakah IRS mengijinkan untuk mengakui
pendapatan pada titik ini atau apakah IRS akan melarang hal itu?
IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan
dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Undang-undang pajak penghasilan
penting dalam mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi standar dipakai di
perusahaan. Sayangnya aturan-aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang
merugikan pada teori dan prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Contohnya: 1. metode
penyusutan 2. LIFO untuk keperluan pelaporan 3. Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi 4.
penyisihan dalam laporan keuangan untuk mengakui beban-beban perbaikan dan
pemeliharaan. Walaupun Undang-undang pendapatan memang mempercepat dianutnya
praktik-praktik akuntansi yang baik karena menghasilkan analisis yang lebih kritis atas
prosedur dan konsep akuntansi yang sudah diterima, Undang-undang itu juga menjadi
penghambat dalam percobaan dan penerimaan teori yang baik.
1. 2

Pendekatan Legal (hukum)


Pendekatan ini menyarankan untuk memperoleh pendapat hukum (legal). Suatu

penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Tapi cara ini tidak dapat menyelesaikan
masalah segampang itu bila persidangan yang mengadili memutuskan bahwa hak sudah
berpindah. Sudah menjadi hakikat penghasilan harus direalisasi. Potensi saja tidak cukup.
Penambahan hutan bukanlah penghasilan sampai hutan itu ditebang. Kenaikan nilai tanah
karena pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat bukanlah penghasilan sampai kenaikan itu

direalisasi. Dalam hal investasi tidak ada penghasilan sampai ada keuntungan yang terpisah
dan terealisasi.
Para pengacara dan hakim memandang hampir sama dengan cara para akuntan dan
pengusaha memandang aktiva dan menghadapi kesulitan yang hampir sama dalam hal
definisi. Mereka tidak pernah sampai pada kesimpulan yang sama. Para pengacara tertarik
pada penghasilan yang tersedia untuk pajak atau dividen, bukan pada penghasilan dalam
pengertian pertambahan nilai. Jadi, walaupun undang-undang memberikan banyak contoh
yang merangsang pemikiran mengenai masalah-masalah dalam teori akuntansi namun
undang-undang jarang menjadi factor yang menentukan.
1.3

Pendekatan Etika
Pendekatan etika menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, kewajaran (justice,

truth, fairness). Pertimbangan etika dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di
seluruh aspek akuntansi. Kebenaran didefinisikan banyak orang sebagai sesuai dengan
fakta ekuivalen dengan konsep kejujuran penyajian. Namun tidak semua kebenaran
dalam akuntansi mempunyai definisi sama mengenai fakta. Fakta akuntansi mengacu pada
data yang objektif dan dapat diuji. Contohnya: seseorang menyatakan laporan keuangan
menampilkan kebenaran apabila laporan itu mengungkapkn nilai kini (current value) aktiva
serta keuntungan dan kerugian dari perubahan nilai. Jadi, aturan yang mapan mengenai
pengakuan pendapatan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebenaran.
1.4

Pendekatan Ekonomi
Tiga jalur dalam mengambil pendekatan ekonomi terhadap akuntansi: makroekonomi,

mikroekonomi, dan social korporasi.


Makroekonomi. Pendekatan ini menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternative
pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang lebih luas daripada
perusahaan, seperti industry atau perekonomian nasional. Banyak yang berpendapat bahwa
salah satu tujuan akuntansi harus mengarah paerilaku perusahaan kearah pelaksanaan
kebijakan ekonomi nasional tertentu. Walaupun sebagian besar Negara melaksanakan

kebijakan makroekonomi melalui kebijakan moneter dan fiscal serta pengendalian langsung
tapi beberapa Negara mendasarkan konsep dan praktik akuntansi pada sasaran
makroekonomi. Dampak pendekatan ini bahwa tujuan pelaporan penghasilan yang stabil dari
tahun ke tahun memberi kesan digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang
fleksibel.
Mikroekonomi. Pendekatan ini mencoba menjelaskan prosedur pelaporan alternative
pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan perusahaan. Oleh karenanya
focus perusahaan sebagai satuan usaha ekonomi mempengaruhi perekonomian melalui
operasi di pasar. Setiap kepentingan dalam masalah ini berkisar mengapa manajemen tertarik
pada penghasilan yang lebih tinggi dan bukan yang lebih rendah.
Akuntansi Social Korporasi. Biaya polusi, lingkungan, pengangguran, kondisi kerja,
dan masalah social lainnya biasanya tidak dilaporkan dalam perusahaan, kecuali biaya-biaya
itu ditanggung langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Contoh dalam
upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi social dan makroekonomi ke dalam satu teori
pelaporan korporasi disajikan dalam corporate report. Pengakuan atas peranan yang lebih
luas yang dimainkan korporasi juga diterapkan dalam teori ekuitas perusahaan. Teori
akuntansi modern mengakui bahwa informasi adalah barang public dengan sifat yang mirip
dengan eksternalitas, seperti polusi. Para akuntan social menanggapi untuk barang public
harus dipakai pendekatan etika yang lebih luas.
1.5

Pendekatan Perilaku
Focus pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada

para pengambil keputusan. Masalahnya mungkin menyangkut apa dampak pengakuan laba
secara dini, serta pengungkapan kontoversi ini, pada keputusan yang dibuat oleh pemegang
saham. Jadi teori perilaku mencoba mengukur dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh
ekonomi, psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi.
1.6

Pendekatan Struktural

Pendekatan ini fokus pada struktur system akuntansi itu sendiri. Dasar pemikiran
pendekatan ini, khususnya pada tingkatan lokal, dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini
mencoba memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa. Pertimbangan
mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu biasanya didasarkan
pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa-peristiwa lain. Konsistensi menjadi tema
perdebatan yang pertama bagi peruahaan dan para pengkritiknya. Mereka menggunakan
pengiriman sebagai titik pengakuan penjualan dalam semua transaksi sebelumnya. Mereka
merencanakan untuk terus menggunakan titik tersebut dengan keyakinan bahwa penjualan
yang baru serupa dengan penjualan yang lama. Demikian para akuntan harus
menklasifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi sampai pada laporan keuangan. Definisi
akuntansi yang lebih luas

sekarang sedang digemari, tetapi proses

mencatat,

mengklasifikasikan, dan mengiktisarkan masih tetap menjadi inti akuntansi.


2. MENGKLASIFIKASIKAN TEORI-TEORI AKUNTANSI
2.1 Teori Sebagai Bahasa
Banyak yang menyebut akuntansi sebagai bahasa bisnis. Para ahli teori menyatakan 3
pertanyaan mengenai sebuah bahasa serta kata-kata dan frasa-frasa yang membentuk bahasa
itu:
1.

Apa pengaruh kata-kata itu bagi pendengar?

2.

Apa arti, jika ada, yang dimiliki kata-kata itu?

3.

Apakah kata-kata itu masuk akal?

Jawaban pertanyaan di atas membentuk bagian dalam ilmu bahasa. Pragmatik adalah
ilmu tentang pengaruh bahasa; semantic adalah ilmu tentang makna bahasa; dan sintaksis
adalah ilmu tentang logika atau tata bahasa. Pendekatan perilaku maupun pendekatan
ekonomi bergaya pragmatic, sedangkan pendekatan structural bersifat sintaksis. Hampir
semua riset akuntansi orientasinya pragmatic, namun semantik dan sintaksis juga penting.
Semantic penting karena idealnya informasi keuangan memiliki kandungan ekonomi atau

fisik yang disepakati baik pembuat maupun pemakai informasi itu. Sintaksis penting karena
idealnya bagian informasi keuangan berhubungan secara logis dengan bagian lainnya. Peran
teori yang menekankan semantic adalah mencari cara untuk memperbaiki penafsiran
informasi akuntansi dengan berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman manusia. Sebuah
tanda tangan pada kontrak merupakan peristiwa yang nyata, pengiriman mesin penjual adalah
peristiwa yang nyata, pembayaran pada mesin itu juga peristiwa yang nyata, tetapi saat
terjadinya penjualan hanyalah saat ketika pemegang buku memutuskan untuk mencatat
transaksi itu, tidak lebih dan tidak kurang. Pengakuan penjualan, beban, aktiva, dan kewajiban
semuanya bersifat sintaksis pada awalnya. Tidak ada pengembang semantic yang dapat kita
tunjukkan.

2.2 Teori Sebagai Pemikiran


Cara kedua untuk mengklasifikasikan perdebatan teoritis adalah dengan menayakan
apakah argumentasi itu mengalir dari hal yang generalisasi menuju hal yang spesifik
(deduktif) atau dari hal yang spesifik menuju generalisasi (induktif). Hasil generalisasi
seringkali diberi istilah prostulat. Dari prostulat ini para akuntan berharap dapat
menyimpulkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menjadi dasar penerapan yang konkrit
dan praktis. Pemikiran Deduktif : Tujuan merupakan bagian yang paling penting dalam proses
deduktif karena tujuan yang berbeda memerlukan struktur yang berbeda dan menghasilkan
prinsip yang berbeda. Misalnya tujuan dasar akuntansi pajak berbeda dengan tujuan dasar
akuntansi keuangan. Inilah salah satu alasan utama mengapa aturan untuk menentukan laba
kena pajak berbeda dengan menentukan laba keuangan.
Namun, kadang walaupun terdapat perbedaan dalam tujuan, pertimbangan biaya-manfaat,
menuntut diadakanya kompromi. Contohnya : individu mempunyai tujuan yang berlainan
dalam menggunakan data akuntansi, tapi nampaknya tidak mungkin membuat seperangkat
prinsip yang sama sekali berbeda untuk setiap pemakai. Sebagai kompromi, dibuatlah suatu
laporan dengan tujuan umum. Metode untuk merumuskan logika dalam pemikiran deduktif
ditemukan dalam pendekatan aksiomatik atau pendekatan matematis terhadap teori akuntansi.
Kelemahan utama metode deduktif adalah bahwa jika salah satu postulat atau premis ternyata

salah, kesimpulannya juga bisa salah. Teori tidak mesti seluruhnya praktis agar teori itu
berguna dalam menetapkan prosedur yang dapat dilaksanakan. Pada kenyataannya, banyak
dari prinsip dan prosedur yang sekarang berlaku merupakan pedoman tindakan yang umum
dan bukan aturan-aturan spesifik yang dapat diikuti dengan setepat-tepatnya dalam setiap
kasus. Pemikiran Induktif: Terdiri atas penarikan kesimpulan umum dari hal-hal yang spesifik.
Hal-hal yang spesifik itu didasarkan pada pengalaman-pengalaman praktis seperti hasil-hasil
eksperimen. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan pengalaman diberi istilah empiris.
Matematika secara inheren bersifat nonempiris. Teori akuntansi yang mengumpulkan data
keuangan untuk menarik kesimpulan dapat dianggap empiris.
Pendekatan structural, sebaliknya secara tipikal bersifat nonempiris. Hampir semua teori
mencakup beberapa unsur dari pemikiran deduktif dan induktif. Keunggulan pendekatan
induktif adalah bahwa pendekatan ini tidak mesti terbatas pada model atau struktur yang telah
terbentuk sebelumnya. Kelemahan utama proses induktif adalah bahwa para pengamat
cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai apa saja yang merupakan
hubungan yang relevan itu. Kelemahan lain dalam akuntansi adalah data mentah
kemungkinan berbeda untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin berbeda
sehingga sukar untuk melakukan generalisasi.

2.3 Teori Sebagai Panduan (Script)


Baik teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif
(normative). Teori deskriptif menginformasikan informasi keuangan apa yang disajikan dan
dikomunikasikan kepada pemakai serta bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya.
Teori normative mencoba menentukan data apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana
data itu harus disajikan artinya teori itu menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa
yang sebenarnya disajikan. Teori induktif, menurut sifatnya, biasanya bersifat positif tapi
tidak berarti bahwa teori deduktif bersifat normative. Pertanyaan normative mencoba
mengungkapkan cara terbaik untuk mempertanggungjawabkan suatu transaksi dan pertanyaan
positif mencoba mengungkapkan bagaimana manajemen dan pihak-pihak lainnya

memutuskan cara mana yang terbaik untuk mereka . jawaban tersebut ini merupakan subjek
teori akuntansi.
3. VERIFIKASI TEORI
Verifikasi didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas atau kebenaran suatu teori.
Semua teori haruslah baik secara logika tapi diluar itu sifat verifikasi akan tergantung pada
sifat teori yang diverifikasi. Teori-teori normative dinilai dengan cara yang satu, teori positif
dengan cara yang lain. Teori normative, termasuk teori verifikasi itu sendiri, dinilai dari
kewajaran asumsi-asumsinya. Idealnya asumsi yang menjadi dasar suatu teori normative, dan
dasar-dasar untuk menilai akseptabilitas asumsi-asumsi itu. Teori deskriptif dievaluasi dengan
dua cara yang berbeda tergantung pada apakah teori itu memiliki kandungan empiris atau
tidak. Teori sintaksis merupakan teori deskriptif tanpa kandungan empiris. Sebagai contoh :
pertanyaan apakah suatu pos, seperti sebuah sumur minyak yang sudah kering, merupakan
aktiva atau bukan. Orang mungkin beragumentasi sebagai berikut:

Semua aktiva mempunyai nilai bagi perusahaan.


Sebuah sumur minyak yang sudah kering tidak bernilai bagi perusahaan.
Oleh karena itu, sumur itu tidak mungkin suatu aktiva.

Itu adalah kesimpulan yang sangat sah tetapi kita benar-benar harus menyadari bahwa
keabsahan pemikiran kita sama sekali tidak tergantung pada arti kata aktiva. Banyak dasar
pemikiran akuntansi khususnya dalam pendekatan structural bersifat sintaksis, mungkin saja
pemikiran itu secara logika benar tetapi pemikiran itu tidak mempunyai kandungan empiris.
Sebaliknya teori semantis merupakan teori deskriptif yang mempunyai kandungan
empiris. Karena teori itu dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu tentang dunia nyata,
kebenarannya tergantung pada pengamatan. Verifikasi teori semantic diperoleh melalui
penelitian riset. Teori pragmatic merupakan teori deskriptif dengan kandungan empiris.
Verifikasi teori itu tidak tergantung pada kebenarannya melainkan pada nilai teori itu bagi
pemakai.dengan kata lain kita tidak memverifikasi teori pragmatic itu sendiri melainkan
kegunaanya.

Pengujian teori deskriptif seringkali dilakukan dalam bentuk ramalan. Hasilnya, jika
pengujian itu diulang secukupnya untuk memuaskan para pengamat. Sebaliknya jika teori itu
gagal meramalkan, atau jika ditemukan penyimpangan, dikatakan bahwa teori itu tidak
memiliki konfirmasi bahkan disangkal. Penggunaan ramalan sebagai kriteria utama untuk
mengevaluasi teori akuntansi juga diperumit oleh fakta bahwa teori akuntansi biasanya
merupakan campuran dari berbagai bentuk teori. Oleh karena itu konfirmasi teori akuntansi
terjadi pada beberapa tingkatan.

1.

Asumsi yang menyangkut dunia nyata harus diuji

2.

Saling keterhubungan dalam teori harus diuji

3.

Jika ada premis didasarkan pertimbangan nilai

4.

Jika ada verifikasi empiris tidak konklusif, kesimpulan teori harus menjalani

verifikasi empiris yang independen.


4. KESIMPULAN
Teori akuntansi memfokuskan pada perangkat prinsip yang mendasari dan mendukung
praktik akuntansi. Teori akuntansi dapat difinisikan sebagai seperangkat koheren prinsipprinsip yang hipotesis, konseptual, dan pragmatis yang membentuk kerangka acuan umum
untuk menyelidiki sifat akuntansi. Pertanyaan utama seperti kapan harus mengakui penjualan
membentuk inti teori akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai