Anda di halaman 1dari 1

http://www.sanitasi.or.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=294:drainase-kota-pontianakmemburuk&catid=53:kliping&Itemid=124

Drainase Kota Pontianak Memburuk


Written by Equator NewsTuesday, 04 May 2010 04:35

Meski sempat dijuluki Kota Seribu Parit namun bukan berarti Kota Pontianak bebas dari genangan air. Parit yang
menjadi drainase Kota Khatulistiwa ini kerap meluap ketika air pasang maupun saat hujan tiba.
Alasan klise selama ini dikemukakan pihak Pemkot Pontianak bahwa genangan air itu lantaran Kota Pontianak
berada di bawah permukaan laut. Itu tidak semuanya benar. Paling tidak pemkot bisa memerhatikan empat hal,
ungkap pemerhati social Kota Pontianak Drs Firdaus Zarin MSi ditemui Equator, kemarin.
Menurut Firdaus, pemkot bisa melakukan penataan secara langsung berkenaan izin dari pengembangan perumahan.
Sehingga para pengembang (developer) tidak asal-asalan saja membangun perumahan tanpa memikirkan
drainasenya. Terkadangkan kita temukan paritnya ada yang disumbat atau tersumbat. Ini yang mesti diperhatikan,
khususnya dalam pemberian izin untuk para pengembang, saran Firdaus.
Langkah kedua, ujar Firdaus, Pemkot Pontianak mesti memonitor langsung ke lapangan guna melihat kinerja para
pengembang. Jangan sampai membangun tetapi mengorbankan parit yang ada di sekitarnya. Jika memang untuk
melakukan perbaikan drainase, mestinya diperhatikan tentang perencanaannya. Sehingga program perbaikan
drainase dapat diselesaikan tuntas karena didukung dengan dana yang cukup pula. Jangan sampai kerja setengahsetengah karena tidak ada dana, ulas Firdaus.
Maksud Firdaus yang juga Sekum KONI Kalbar ini, perencanaan tersebut bisa dianggarkan oleh pihak eksekutif dan
legislatif. Jika memang APBD Kota Pontianak terbatas, bisa saja menjolok dana dari pusat. Kan bisa menggunakan
dana dekon, ucap Firdaus. Drainase sumbat memang dapat berdampak pada menurunnya mutu jalan. Alhasil dana
lebih besar harus dirogoh lagi untuk perbaikan jalan.
Langkah ke empat, Firdaus menyarankan pentingnya partisipasi masyarakat.
Program pembukaan atau pemeliharaan parit hendaknya diintegrasikan dengan kebiasaan masyarakat yang tak
membuang sampah ke parit. Sehingga tak menghambat saluran dan membuat parit semakin dangkal. Selain itu, tak
menutup parit dengan cor beton.

Anda mungkin juga menyukai