Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENULIS JURNAL
Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Kastam Syamsi, M.Ed.

Disusun oleh:
1. Wulan Satyaningsih
(14712259006)
2. Isna Nurfiyanti
(14712259014)
Kelas P2TK

S2 PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MENULIS JURNAL

A. WAWASAN
Menulis jurnal pribadi menjadi hal umum di kelas SD, dan siswa memperoleh
pengalaman menulis yang berharga melalui kegiatan ini. Siswa menjadi penulis yang lebih
lancar karena mereka belajar bagaimana untuk memilih topik yang menjanjikan dan
mengembangkan ide. Mereka memulainya melalui mengeja dan belajar lebih lanjut tentang
bahasa tertulis, termasuk bagaimana menggunakan huruf kapital dan tanda baca dengan tepat.
Namun seiring waktu, beberapa siswa mengalami kebosanan menulis jurnal tentang diri
mereka sendiri, keluarga mereka, dan kegiatan sehari-hari mereka. Mereka ingin melakukan
jenis menulis yang lain. Karena guru mengakui nilai jurnal sebagai alat untuk belajar, mereka
bertanya-tanya bagaimana mereka mungkin beradaptasi menulis jurnal untuk tujuan
instruksional lainnya. Salah satu isu tentang menulis jurnal adalah:
Jurnal apa sajakah yang dapat digunakan di kelas SD?
Semua jenis orang, seperti seniman, ilmuwan, penari, politisi, penulis, pembunuh, dan
anak-anak-menyimpan jurnal (Mallon dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Orang
biasanya merekam dalam jurnal mereka peristiwa sehari-hari dari kehidupan mereka dan isuisu yang menjadi perhatian mereka. Jurnal ini, biasanya ditulis dalam bentuk buku catatan,
catatan pribadi, dan tidak dimaksudkan untuk tampilan publik. Jurnal lain mungkin disebut
jurnal "kerja", di mana pengamatan penulis catatan dan informasi lainnya yang akan
digunakan untuk tujuan lain;. Misalnya, petani mungkin merekam cuaca atau mendata
tanaman, atau tukang kebun tentang siklus mekar tanaman mereka.*
Jurnal dari beberapa tokoh masyarakat telah bertahan selama ratusan tahun dan
memberikan sekilas menarik dari penulis mereka dan waktu di mana mereka tinggal. Sebagai
contoh, Renaissance jenius Leonardo da Vinci tercatat aktivitasnya sehari-hari, mimpi, dan
rencana untuk lukisan dan rekayasa proyek di lebih dari 40 buku catatan. Pada tahun 1700-an
teolog Puritan Jonathan Edwards didokumentasikan kehidupan spiritualnya dalam jurnalnya.
Pada akhir 1700-an penjelajah Amerika Meriwether Lewis dan George Rogers Clark
menyimpan jurnal dari perjalanan mereka di seluruh benua Amerika Utara, lebih untuk
geografis dari penggunaan pribadi. Pada abad kesembilan belas penulis Amerika Henry
David Thoreau mengisi 39 buku catatan dengan esainya. Penulis Perancis Victor Hugo

membawa buku catatan saku kecil untuk mencatat ide-ide yang mereka dapatkan, bahkan
pada saat-saat yang tidak tepat seperti saat berbicara dengan teman-teman. Penulis Amerika
F. Scott Fitzgerald mengisi buku catatan dengan potongan percakapan yang terdengar, banyak
yang kemudian ia gunakan dalam The Great Gatsby dan novel lainnya. Anne Frank, yang
menulis sambil bersembunyi dari Nazi selama Perang Dunia II, adalah penulis buku harian
anak yang paling terkenal.
Istilah buku harian dan jurnal sering digunakan secara sinonim. Buku harian kadangkadang dianggap lebih pribadi. Apakah catatan yang ditulis anak-anak disebut buku harian
atau jurnal tidak penting; untuk kenyamanan, kami menggunakan istilah jurnal untuk merujuk
pada jenis tulisan.
B. TUJUAN MENULIS JURNAL
Siswa SD menggunakan jurnal untuk berbagai keperluan, seperti orang dewasa.
Setiap jenis jurnal fokusnya adalah pada penulis dan tulisan bersifat pribadi. Siswa
menulis secara spontan dan terorganisir secara bebas, dan sering ada kesalahan mekanis
karena siswa berfokus pada pemikiran, bukan pada ejaan, kapitalisasi, dan tanda baca.
Beberapa tujuan untuk menulis jurnal dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) antara lain:
1. Merekam pengalaman
2. Merangsang minat dalam topik
3. Menjelajahi pikiran
4. Membuat pengalaman belajar
5. Mengembangkan interpretasi
6. Bertanya-tanya, memprediksi, dan berhipotesis
7. Terlibat imajinasi
8. Mengajukan pertanyaan
9. Mengaktifkan pengetahuan awal
10. Mengasumsikan peran orang lain
11. Berbagi pengalaman dengan para pembaca di dunia

C. JENIS JURNAL
1. Personal Journals (Jurnal Pribadi)
Siswa menulis peristiwa dalam kehidupan

mereka sendiri dan topik menarik

lainnya khusus di jurnal pribadi. Jurnal ini adalah jenis yang paling pribadi, kadangkadang siswa menyampaikan apa yang mereka tulis, kadang tidak. Jika guru membaca
jurnal-jurnal ini, mereka tidak bermaksud mengoreksi ejaan yang benar atau kesalahan
lainnya. Sebaliknya mereka merespon sebagai pembaca yang tertarik, sering bertanya dan
menawarkan komentar atau tanggapan tentang kehidupan mereka.
Berikut daftar topik yang bisa digunakan untuk siswa sekolah dasar:
1.

Tempat favorit di kota

2.

Teman

3.

Hal yang membuat sedih tau gembira

4.

Music

5.

Mobil

6.

Majalah yang disukai

7.

Mimpi yang aku punya

8.

Kartun

9.

Tempat tinggal

10. Film favorit


11. Jika aku menjadi bintang film
12. Puisi
13. Hewan peliharaan
14. Sepakbola
15. Astronot
16. Presiden
17. Humor
18. Motor
19. Jika aku punya 3 permintaan
20. Guruku
21. Acara TV yang aku tonton
22. Liburan favoritku
23. Apa yang aku inginkan ketika sudah dewasa

24. Bagaimana menjadi superhero


25. Dinosaurus
26. Ayahku/ibuku
27. Jika aku hewan atau hal lain
28. Buku yang aku baca
29. Hobiku
30. Jika aku mempunyai uang banyak
Siswa dapat memilih topik mereka sendiri, namun beberapa siswa mungkin
kesulitan untuk menentukan apa yang akan mereka tulis. Jadi adanya daftar topik yang
disediakan guru akan menjadi pembuka ide untuk menulis. Daftar tersebut juga bisa
ditambahkan sendiri oleh siswa. Dengan kata lain, siswa dapat memilih tema yang belum
disediakan guru.
Privasi menjadi isu penting ketika siswa mulai tumbuh dewasa. Kebanyakan anakanak bersedia untuk berbagi atau menyampaikan apa yang mereka tulis. Namun, seiring
dengan peningkatan usia dan kelas, kesediaan siswa untuk menyampaikan jurnal pribadi
di depan kelas mulai berkurang,. Mereka hanya mau berbagi dengan guru yang mereka
percaya. Guru harus tahu menghormati privasi siswa. Guru tidak boleh memaksakan
siswa harus berbagi tulisan mereka ketika mereka tidak mau melakukannya. Hal itu juga
penting untuk dijelaskan kepada setiap siswa untuk menghargai privasi, termasuk tidak
membaca jurnal teman-temannya tanpa izin. Untuk melindungi privasi siswa, banyak
guru yang menyimpan jurnal pribadi pada rak luar (tertentu) saat sedang tidak digunakan.
Ketika siswa berbagi informasi pribadi dengan guru melalui jurnal mereka,
masalah kedua muncul. Kadang-kadang guru bisa mengetahui rincian tentang masalah
siswa dan kehidupan keluarga yang mereka tidak tahu bagaimana menangani. Isi tentang
kekerasan terhadap anak, bunuh diri, atau penggunaan obat mungkin cara anak untuk
meminta bantuan. Meskipun guru bukan seorang konselor, mereka memiliki kewajiban
hukum untuk melindungi siswa mereka dan melaporkan masalah yang bisa mengganggu
kegiatan sekolah mereka. Kadang siswa sengaja menulis masalah pribadi ke dalam
sebuah catatan sebagai taktik menarik perhatian. Jika terjadi hal itu mintalah kepada
siswa untuk membicarakannya kepada seorang konselor dan pastikan keselamatan siswa
terjamin.

2. Dialogue Journals (Jurnal Dialog)


Pendekatan lain untuk menulis jurnal adalah jurnal dialog. Sebuah pendekatan di
mana siswa dan guru berkomunikasi dengan satu sama lain melalui tulisan (Bode, Gambrell
dan Staton, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Jurnal ini bersifat interaktif karena
dengan adanya percakapan. Jurnal ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa dan guru
untuk berkomunikasi.

Kesempatan yang sulit didapatkan ketika sedang pembelajaran

berlangsung. Setiap hari siswa menulis hal yang tidak resmi kepada guru tentang sesuatu
yang menarik atau masalah yang dihadapi dan guru memberikan respon. Siswa memilih topik
mereka sendiri dan biasanya mengendalikan arah penulisan. Staton dalam Tompkins dan
Hoskisson (1995), menyarankan beberapa hal untuk menanggapi tulisan siswa dan
melanjutkan dialog, antara lain:
a. Mengakui ide siswa dan mendorong mereka untuk terus menulis tentang
ketertarikannya.
b. Dukung siswa dengan memuji mereka tentang perilaku dan tugas sekolah.
c. Memberikan informasi baru tentang topik, sehingga siswa akan ingin membaca
tanggapan guru
d. Tulis kekurangan yang dilakukan siswa.
e. Hindari komentar tidak spesifik seperti "ide yang bagus" atau "sangat menarik."
f. Tanyakan beberapa pertanyaan.
Tanggapan guru tidak perlu panjang, satu atau dua kalimat sudah cukup. Meskipun
begitu, hal itu sudah membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk menanggapi 25, 30
jurnal atau lebih setiap harinya.. Sebagai alternatif, banyak guru membaca dan menanggapi
atau memberi masukan dalam jurnal siswa secara bergiliran. Guru bisa menanggapi satu
kelompok siswa satu minggu dan kelompok lain minggu depan.
Jurnal ini bukan serangkaian tanya jawab guru dan siswa, sebagai gantinya, siswa
dan guru mengalami dialog, atau percakapan, dan pertukaran ini dibangun di atas saling
percaya dan menghormati. Jurnal dialog bisa efektif dalam menangani siswa yang memiliki
masalah perilaku atau jenis masalah lain di sekolah (Staton dalam Tompkins dan Hoskisson,
1995). Guru dan siswa menulis tentang masalah dan mengidentifikasi cara untuk
mengatasinya. Di kemudian hari saat isinya mencerminkan kemajuan siswa dalam
pemecahan masalah, guru merespon pesan siswa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
klarifikasi, atau menawarkan simpati dan pujian.

Kreeft dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) berpendapat bahwa nilai terbesar dari
jurnal dialog adalah bahwa mereka menjembatani kesenjangan antara berbicara dan menulis.
Jurnal tersebut adalah adalah percakapan tertulis.
Jurnal dialog sangat efektif dalam mendukung pengembangan penulisan anak-anak
yang belajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Para peneliti telah menemukan bahwa
siswa yang memiliki keterbatasan dalam bahsa Inggris lebih berhasil ketika mereka memilih
topik mereka sendiri untuk dituliskan dan guru mereka berkontribusi pada dialog dengan
permintaan untuk jawaban, pernyataan, dan komentar lainnya (Peyton, Seyoum, Reyes dalam
Tompkins dan Hoskisson, 1995). Tidak mengherankan, guru akan menemukan bahwa siswa
menulis lebih banyak ketika guru meminta jawaban daripada ketika guru membuat komentar
yang tidak membutuhkan jawaban. Reyes dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) juga
menemukan bahwa siswa bilingual jauh lebih berhasil dalam menulis isi

jurnal dialog

daripada menuliskan tanggapan buku yang mereka baca.


3. Writing Notebooks
Writing Notebooks adalah jenis khusus dari jurnal di mana siswa merekam
berbagai informasi tentang menulis. Seringkali siswa menggunakan buku catatan ini
untuk mencatat saat pembelajaran. Isinya termasuk ide-ide untuk menulis, informasi
konten lainnya, aturan tentang penggunaan koma, dan informasi mekanis lainnya tentang
tanda baca, kapitalisasi, dan hal yang perlu penulis ketahui untuk menulis dengan baik.
Informasi lain yang siswa simpan mencakup contoh-contoh ini:
a. Daftar ide untuk masa depan, pengaturan yang menarik, atau deskripsi karakter
b. Cuplikan dialog (mendengar atau diciptakan)
c. Catatan tentang unsur-unsur dari struktur cerita, termasuk karakteristik awal,
pertengahan, dan ujung cerita
d. Bagan menggambarkan formula puitis
e. Daftar perbandingan yang mereka cari di buku yang mereka baca
f. Sinonim untuk kata-kata terlalu sering digunakan, seperti dikatakan atau cantik atau
bagus
g. Permodalan dan tanda baca aturan
h. Daftar kata-kata umum salah eja
i. Daftar homonym, dan lain-lain

Dengan merekam informasi tentang menulis dalam buku catatan jurnal, siswa
membuat buku referensi permanen.
Menulis buku catatan juga berfungsi untuk menulis folder di mana siswa menulis
draf cerita, puisi, dan karya lain dari hasil karya mereka. Beberapa siswa menulis cerita
panjang dalam bab-bab atau episode, yang mereka wujudkan pada penulisan lokakarya,
menulis jurnal harian, atau periode aktivitas bebas.
4. Reading Log
Siswa menulis dalam reading log tentang cerita dan buku-buku lain yang mereka
baca atau mendengarkan guru membacakan selama unit fokus sastra dan membaca
lokakarya. Daripada hanya meringkas bacaan mereka, siswa menghubungkaan apa yang
mereka baca dengan kehidupan mereka sendiri atau literatur lain yang mereka baca.
Siswa juga dapat membuat daftar kata-kata yang menarik atau asing, menuliskan kutipan
yg boleh disebut, dan mengambil catatan tentang karakter, plot, atau unsur-unsur cerita
lainnya. Tujuan utama jurnal adalah agar siswa berpikir tentang buku, hubungan sastra
bagi kehidupan mereka, dan mengembangkan interpretasi mereka sendiri. Jurnal ini ada
dengan berbagai nama, termasuk jurnal cerita menutut Farris, jurnal respon sastra
menurut Hancock, jurnal sastra menurut Lima dan jurnal membaca menurut WollmanBonilla dalam Tompkins dan Hoskisso ( 1995) tetapi tidak peduli apa yang mereka sebut,
tujuan mereka tetap sama.
Guru dan peneliti, Barone, Dekker, Hancock dalam Tompkins dan Hoskisson
(1995) telah meneliti isi Reading Log siswa dan telah mengidentifikasi beberapa kategori
respon antara lain:
a. Pertanyaan terkait untuk memahami teks
b. Interaksi dengan karakter
c. Empati dengan karakter
d. Prediksi dan validasi
e. Pengalaman pribadi
f. Perasaan pribadi, dan opini
g. Evaluasi sederhana dan rumit
h. Refleksi filosofis

Ketika siswa mulai menulis Reading Log, isi

pertama mereka sering

menceritakan kembali dan ringkasan plot, tetapi semakin siswa memperoleh pengalaman
membaca dan menanggapi sastra, isi mereka menjadi lebih interpretatif dan pribadi.
Dian Nugraheni dalam www.baltyra.com menceritakan di Amerika siswa sekolah
diberikan blangko berjudul READING LOG. Isinya berupa tanggal mulai dan selesai
membaca, judul buku, pengarang, dan yang terpenting adalah frase dan bagian mana yang
dirasa menarik dari bacaan tersebut. Jadi, tiap hari siswa wajib membaca di rumah,
untuk anak SD diberikan waktu 30 menit. Hari berikutnya, READING LOG ini akan
diperiksa guru, dan kemudian diberikan paraf. Untuk membuat siswa senang, kadang
diberikan hadiah, meskipun hanya stiker sebesar kuku jari. Bacaan dipinjam dari
perpustakaan. Bagi siswa yang belum lancer dalam membaca boleh dibacakan oleh orang
yang lebih dewasa, seperti orang tua, kakak, dan sebagainya.
Jenis-Jenis Reading Log antara lain:
a. Dialoguing About Literature
Siswa dapat menggunakan jurnal dialog untuk menulis ke teman sekelas atau
guru tentang buku-buku yang mereka baca (Atwell, Barone, Dekker dalam Tompkins
dan Hoskisson, 1995). Pada isian jurnal ini, siswa menulis tentang buku yang mereka
baca, membandingkan buku kepada orang lain oleh penulis yang sama atau orang lain
yang mereka telah membaca, dan menawarkan pendapat tentang buku tersebut dan
apakah teman sekelas atau guru mungkin menikmati membacanya.
Pendekatan ini sangat efektif workshop membaca ketika siswa membaca buku
yang berbeda. Siswa saling berpasangan untuk membuat jurnal dialog tentang isi
buku. Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Tergantung jenis
bacaan siswa, apakah buku bergambar yang relatif singkat atau buku tebal, mereka
dapat menulis isi jurnal dialog setiap hari atau seminggu sekali.
Sebelum siswa mulai menulis isi jurnal dialog, guru menjelaskan terlebih
dahulu

format

tulisan

mereka,

tentang

bagaimana

memanfaatkan

dan

menggarisbawahi judul buku, dan tentang pentingnya mengajukan pertanyaan dalam


isian mereka sehingga responden bisa mudah menjawab.

b. Duoble-Entry Jurnal
Jenis khusus dari Reading Log adalah Double-Entry Jurnal (Barone,Berthoff
dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Siswa membagi halaman jurnal mereka
menjadi dua kolom, di kolom kiri mereka menulis kutipan dari cerita atau buku lain
yang mereka baca, dan di kolom kanan mereka menghubungkan setiap kutipan
dengan kehidupan pribadi dan literatur yang mereka baca. Melalui Reading Log,
siswa menjadi lebih terlibat ke dalam apa yang mereka baca, kalimat catatan yang
berhubungan pribadi, dan menjadi lebih sensitif terhadap bahasa penulis.
Double-Entry Jurnal dapat digunakan dengan beberapa cara lain. Siswa dapat
menulis "Catatan Membaca" di kolom kiri dan kemudian menambahkan "Reaksi" di
kolom sebelah kanan. Pada kolom kiri siawa menulis tentang peristiwa yang mereka
baca di bab ini. Kemudian pada kolom kanan mereka membuat hubungan pribadi
dengan kejadian.
Alternatif lain, siswa dapat menggunakan judul "Catatan Membaca" untuk
satu kolom dan "Catatan Diskusi" untuk kolom kedua. Siswa menulis catatan bacaan
setelah selesai membaca. Kemudian, setelah berdiskusi tentang cerita atau bab dari
buku tersebut, siswa menambahkan catatan diskusi. Seperti halanya dengan jenis lain
dari Double-Entry Jurnal, kolom kedua digunakan siswa untukmembuat komentar
lebih interpretatif.
Siswa tingkat rendah dapat menggunakan format Double-Entry Jurnal untuk
jurnal prediksi (Macon, Bewell, danVogt dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995).
Mereka memberi label pada kolom sebelah kiri dengan "Prediksi" dan kolom kanan
dengan "Apa yang terjadi." Pada kolom kiri mereka menulis atau menggambar apa
yang mereka perkirakan akan terjadi pada cerita atau bab sebelum membacanya.
Kemudian setelah membaca, di kolom kanan mereka menggambar atau menulis apa
yang sebenarnya terjadi.
5. Learning Log
Siswa menulis dalam Learning Log untuk merekam atau bereaksi terhadap apa
yang mereka pelajari dalam pelajaran matematika, IPA, IPS, materi lainnya. Fulwiler
dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) menjelaskan: "Ketika orang-orang menulis
tentang sesuatu yang mereka pelajari itu lebih baik". Siswa menulis jurnal ini untuk

merefleksikan apa yang mereka pelajari, menemukan kesenjangan dalam pengetahuan


mereka, dan mengeksplorasi hubungan antara apa yang mereka pelajari dan pengalaman
masa lalu mereka.
a. Dalam Matematika.
Siswa menggunakan Learning Log untuk menulis tentang apa yang mereka
pelajari dalam Matematika (Salem dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Mereka
mencatat penjelasan dan contoh konsep yang disajikan dalam kelas, dan memberikan
reaksi terhadap konsep-konsep matematika yang mereka pelajari dan masalah yang
mungkin mereka alami. Beberapa guru kelas memberikan siswa waktu 5 menit pada akhir
kelas matematika untuk meringkas pelajaran hari itu dan memberikan reaksi mereka
dalam Learning Log (Schubert dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Melalui kegiatan
ini, siswa berlatih membuat catatan, menulis deskripsi dan arah, dan menggunakan
keterampilan menulis lainnya. Mereka juga belajar bagaimana untuk merefleksikan dan
mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri (Stanford dalam Tompkins dan Hoskisson,
1995).
Selain bermanfaat bagi siswa, guru menggunakan Learning Log untuk menilai
secara informal hasil belajar siswa. Guru dapat menilai apa yang siswa sudah tahu tentang
topik sebelum mengajar, menemukan apa yang dipelajari siswa, dan memeriksa
kebingungan dan kesalahpahaman. Guru juga dapat menggunakan isian untuk memantau
sikap siswa terhadap matematika dan menilai pembelajaran mereka akan konsep setelah
mengajar (McGonegal, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Kadang-kadang guru
hanya membaca isian ini, dan pada waktu lain Learning Log menjadi Dialogue Journals
yang digunakan guru menanggapi siswa dengan memperjelas kesalahpahaman dan
memberikan motivasi belajar.
b. Dalam IPA
Learning Log IPA dapat menggunakan beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu
jenis adalah Observation Log di mana siswa membuat isian setiap hari untuk melacak
pertumbuhan tanaman atau hewan. Misalnya, mengamati ulat, ulat berubah menjadi
kupu-kupu selama 4 sampai 6 minggu. Masing-masing siswa menyimpan Observation
Log dengan isian sehari-hari, di mana mereka dalam menggambarkan perubahan yang
mereka amati menggunakan bentuk, warna, ukuran, dan kata-kata lainnya.

Tipe kedua dari Learning Log adalah di mana siswa membuat catatan secara
berulang seperti siklus. Siswa dapat mengambil catatan selama presentasi oleh guru atau
setelah membaca, setelah melihat film, atau pada akhir setiap periode kelas. Kadangkadang siswa membuat isian dalam bentuk daftar, kadang-kadang dalam kelompok,
grafik, atau peta, dan pada waktu lain dalam paragraf.
Lab reports adalah jenis ketiga Learning Log. Siswa menuliskan bahan dan
prosedur yang digunakan dalam percobaan, menyajikan data pada grafik pengamatan, dan
kemudian mendiskusikan hasil. Ketika siswa menulis, mereka mengasumsikan peran
ilmuwan, belajar untuk membuat pengamatan yang cermat dan untuk merekam dengan
akurat.
c.

Dalam IPS
Siswa sering menuliskan bagian dari siklus tema dalam studi sosial. Siswa

menulis menanggapi cerita dan buku informasi, kata-kata yang menarik yang
berhubungan dengan tema, membuat jadwal, dan menggambar diagram, grafik, dan peta.
6. Simulated Journals
Dalam jurnal ini siswa memainkan peran sebagai orang lain dan menulis
berdasarakan pandangan orang tersebut. Mereka dapat memainkan peran sebagai sosok
dalam sejarah ketika mereka membaca biografi atau menjadi bagian dari pembelajaran
bertema sosial. Ketika siswa membaca cerita, siswa dapat memerankan karakter dalam
cerita tersebut. Dalam hal ini siswa mendapatkan pandangan dalam hidup dan sejarah
orang lain.
Contoh jurnal yang dituliskan oleh siswa kelas 5 dari Amerika, memainkan peran
sebagai Betsy Ross
15 Mei 1773
Dear Diary
Pagi ini jam 5 pagi aku membangunkan suamiku John untuk bekerja, tetapi dia tidak
mau bangun. Aku segera memanggil dokter. Dokter itu segera datang. Dia
menyuruhku keluar dari ruangan, jadi aku segera keluar. Satu jam kemudian dokter itu
bilang suamiku sudah meninggal. Aku sangat sedih. Aku tidak tahu apa yang harus
aku lakukan

16 Juni 1776
Hari ini Jendral Washington mengunjungiku membicarakan maslah pembuatan
bendera. Aku sangat terkejut. Aku membuat bendera! Aku telah membuat bendera
untuk angkatan laut, tapi ini terlalu berlebihan. Tetapi aku bilang iya. Dia
menunjukkan pola bendera yang dia inginkan. Dia juga menginginkan bintang segi
enam dicantumkan tetapi aku berkata padanya untukmencantumkan bintang segi lima.
Ira Progroff dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) menggunakan pendekatan
yang hampir serupa yang disebut dialoguing, dialog, berdialog, percakapan. Dalam hal
ini siswa membuat dialog seakan sedang berbicara dengan tokoh sejarah atau tokoh yang
lain. Dia menyarankan untuk memfokuskan penulisan pada kehidupan seseorang dan
memulai jurnal dengan hal yang penting.
D. YOUNG CHILDRENS JOURNALS
Siswa

dapat

menuliskan

jurnal

dengan

menggambar,

atau

dapat

mengkombinasikan gambar dan tulisan. Siswa juga bisa menulis nomor, huruf acak, dan
lain-lain
Meskipun banyak pilihan cara dan tujuan, menulis jurnal membantu siswa sekolah
dasar untuk menemukan power dari menulis untuk merekam informasi dan
mengutarakan ide. Siswa selalu menghargai jurnal merak dan terkagum dengan jumlah
tulisan mereka.
E. MENGAJARI SISWA UNTUK MENULIS JURNAL
Jurnal sebenarnya khas untuk dituliskan di buku catatan. Binder berguna untuk
penulisan personal journals jangka panjang, dialogue journals, dan writing notebooks.
Buku kecil (nota) sering digunakan untuk menulis hal-hal penting yang didapat dalam
membaca, pelajaran, dan percobaan. Kebanyakan guru memilih menyimpan jurnal
tersebut di dalama kelas, jadi siswa dapat menuliskan tiap hari. Tetapi siswa juga bisa
menuliskan jurnal di rumah.
Siswa biasanya menulis dalam waktu khusus tiap hariya. Kebanyakan guru
meminta siswanya membuat personal journals dan dialogue journals ketika mereka
melakukan kunjungan atau setelah liburan. Writing notebooks sering dilakukan selama
pembelajaran untuk mengumpulkan atau merekam informasi tentang topik yang

dibicarakan, misalnya kutipan penting. Reading Logs dibuat selama membaca literatur
dan workshop membaca. Learning logs dan Simulated Journals dapat dituliskan saat
pembelajaran Matematika, IPS atau IPA.
F. MENGENALKAN SISWA UNTUK MENULIS JURNAL
Guru mengenalkan siswa untuk menulis jurnal melalui pembelajaran dimana
mereka menjelaskan tujuan dari aktifitas menulis jurnal dan prosedur atau cara untuk
mengumpulkan ide, menulis isian dan menyampaikannya ke teman satu kelas
(presentasi). Guru juga memberikan contoh dengan menulis di papan tulis. Guru juga
dapat menjelaskan jenis-jenis jurnal, dimana jurnal tersebut adalah yang merupakan
aktifitas informal, tujuan penulisan jurnal, informasi pencatatan , dan sudut pandang
penulisan bedasarkan jenis jurnal.
G. PROGRAM PENULISAN JURNAL
Siswa menulis jurnal dalam jadwal yang teratur atau bisa tiap hari. Setelah mereka
tahu bagaimanan menulis catatan yang bagus, mereka dapat melakukannya secara
mandiri. Setelah itu siswa diminta membaca jurnal mereka apapun jenis jurnal yang
mereka tuliskan. Siswa kelas rendah dapat mempresentasikan jurnal gambar yang mereka
buat. Jika kegiatan tersebut membutuhkan waktu yang banyak, siswa dapat dibuat
kelompok, dan presentasi dapat dilakukan dalam kelompok tersebut. Jadi semua siswa
mempunyai kesempatan untuk menpresentasikna jurnalnya. Guru dan siswa bia
memberikan tanggapan terhadap topik yang ditulis, pemilihan kata, humor, dan lain-lain.
1. Minilessons
Dalam pembelajaran guru menjelaskan, mengajari tentang prosedur, konsep,
strategi, dan keterampilan menulis jurnal. Pembelajaran ini penting ketika siswa
belajar jurnal jenis baru atau ketika mereka mendapatkan kesulitan dalam melakukan
prosedur dan strategi menulis. Dua strategi yang sering digunakan siswa dalan
menulis jurnal adalah quickwriting dan clustering.
2. Quickwriting
Strategi yang digunakan siswa dalam menulis jurrnal tanpa persiapan atau
secara dadakan. Siswa secara reflek menulis apa yang mereka tahu tentang topik.
Siswa menulis tentang topik sekitar 5 smapai s10 menit dan biarkan menungakan
pikiran mereka ke dalam tulisan tanpafokus dalam gaya penulisan maupun revisi.

Strategi ini sebenarnya disebut freewriting dan dipopulerkan oleh Peter Elbow
dalam Tompkins dan Hoskisson (1995). Dia menyebutkan bahwa menulis bebas
adalah cara untuk membantu siswa fokus dalam

isi daripada mekanik (bentuk

tulisan). Elbow menjelaskan bahwa fokus dalam mekanik membuat menulis mati
karena ini tidak mengijinkan siswa secara natural berekpresi.
Menulis cepat dapat diugnakan untuk mengecek apa yang siswa pelajari dan
memberi kesempatan untuk mengklarifikasi konsep yang salah.. Setelah siswa
menulis, mereka biasanya menyampaikan hasil tulisannya dalam grup kecil, dan satu
siswa per grup mempersentasikannya di depan kelas. Proses presentase ini
membutuhkan waktu 10 menit, jadi keseluruhan kegiatan ini membutuhkan waktu
kurang lebih 20 menit.
Sebelum mempelajari topik yang baru, guru bisa meminta siswa untuk
menulis cepat tentang topik tersebut. Hal itu untuk mengetahui seberapa banyak
pengetahuan mereka tentang topik tersebut, menghubungkan pengalaman pribadi
mereka, dan menstimulasi perhatian.Contohnya:
1. Sebelum berdiskusi tentang sebuah peristiwa terkini, siswa diminta menulis cepat
tentang hal yang mereka ketahui tentang lokasi peristiwa tersebut
2. Sebelum mempelajari reptil, siswa diminta menulis cepat tentang ular
3. Sebelum mempelajari zat-zat dalam makanan, siswa diminta menulis cepat
tentang makanan cepat saji atau junk food
Setelah pembelajaran selesai, siswa diminta menulis lagi tentang topic yang
sudah dibicarakan, mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Setelah itu,
bandingkan hasil tulisan tersebut dengan hasil sebelumnya untuk melihat apa yang
telah mereka dapatkan. Hal ini seperti pre test dan post test tetapi dalam bentuk
menulis cepat.
3. Clustering (Pengelompokan)
Menurut Rico dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) clustering adalah
sebuah strategi dimana siswa mengumpullkan dan mengelompokkan informasi yang
telah mereka pelajari dalam diagram atau poster. Siswa juga menggunakan
pengelompokkan untuk mengorganisasikan ide sebelum memulai untuk menulis.
Clustering bentuknya bisa seperti diagram jaring dengan topik di tengah. Ide utama
dituliskan di sekitar topik dengan hal yang lebih mendetail dituliskan di samping ide
utama. Untuk sekarang ini, kita lebih mengenal hal tersebut dengan istilah mind map.

H. MENYESUAIKAN KEBUTUHAN DARI SETIAP SISWA


Jurnal dapat dengan mudah disesuaikan menurut kebutuhan siswa. Siswa yang tidak
punya banyak pengalaman tentang jurnal mungkin akan lebih berhasil dalam jurnal
pribadi atau jurnal dialog karena focus terhadap kehidupan mereka daripada literatur atau
tema pembelajaran merek dalam kurikulum. Peneliti menyatakan bahwa siswa yang
belajar bahasa inggris sebagai bahasa kedua lebih berhasil menggunakan jenis dialogue
journals daripada jenis lain.
Untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis, mengucapkan, atau
mengekspresikan dirinya dalam bahasa, ada hal yang bisa dilakukan:
1. Drawing Journal Entry
Siswa dapat menggambar apa yang mereka fikirkan daripada nuliskannya, atau bisa
saja

menggambar

sebelum

menuliskannya.

Yang

terpenting

adalah

siswa

mengeksplorasi pikiran dan perasaan mereka atau merekam informasi apa yang
mereka pelajari.
2. Talking before Writing
Siswa bisa membicarakan tentang topik untuk menghasilkan atau mempersempit ide
sebelum menulis. Pada saat berbicara siswa dapat menemukan kata-kata dan kalimat
untuk mengekspresikan ide kemudian mereka gunakan saat menulis.
3. Dictating Entries
Guru dapat menuliskan apa yang didikte oleh siswa kemudian menuliskannya untuk
siswa. Kemudian siswa membaca kembali tulisan tersebut dengan guru. Mereka juga
bisa mengambil kata kunci atau frase untuk digunakan sebagai judul gambar.
4. Sharing in Small Groups
Menyampaikan adalah bagian dari menulis, namun beberapa siswa mungkin tidak
merasa nyaman untuk menyampaikannya di depan kelas. Siswa ini mungkin lebih
nyaman untuk menyampaikannya ke dalam grup kecil.
5. Focusing on Ideas
Siswa fokus dalam ide bukan bentuk tulisan karena menulis jurnal bertujuan
untuk eningkatkn kemampuan menulis dan mengekplorasi ide tentang apa yang telah
mereka pelajari. Maka dari itu, dalam penilaian nantinya yang harus dioerhatikan guru
adalah peningkatan ide dan wawasan siswa bukan bentuk dari tulisannya.

I. MENILAI JURNAL SISWA


Siswa dapat menulis jurnal secara individu dengan sedikit atau bahkan tidak
sama sekali di sampaikan kepada guru, atau mereka dapat menuliskan tiap hari dengan
pengawasan guru dan pembacaan secara regular.
Biasanya siswa sudah terbiasa dengan guru membaca semua tulisan mereka.
Namun, jumlah tulisan yang dihasilkan siswa kadang terlalu banyak untuk dibaca guru
seluruhnya.. Beberapa guru mencoba untuk membaca semuanya. Ada juga guru yang
memilih hal yang dibaca dan hanya melihat sisanya. Dan terakhir, ada guru yang jarang
mengecek jurnal siswa. Hal tersebut biasanya terjadi pada private journals, monitored
journals, dan shared journals.
Ketika siswa menulis jurnal pribadi atau private journals, mereka menulis
terutama tentang pribadi mereka, dan yang menyampaikannya di depan kelas tidak
semuanya, hanya yang berkenan. Guru tidak membaca jurnal yang tidak disampaikan
kecuali keinginan dari siswa.
Saat siswa menulis monitored journals, mereka menulis untuk dirinya sendiri ,
tetapi guru mengawasi, memonitor tulisan yang mereka buat secara reguler. Guru secara
sederhana mengecek tulisan merak dan tidak membaca keseluruhan kecuali dengan
catatan Read Me atau Baca Aku yang ada dalam tulisan tersebut.
Siswa menulis shared jurnal untuk diserahkan kepada guru, guru secara reguler
membaca semua tulisan kecuali yang ditandai dengan kata Private

atau Pribadi.

Guru memberikan masukan dan saran terhadap jurnal tersebut.


Jurnal pribadi sebaiknya semuanya dinilai secara merata, karena jurnal tersebut
tanpa revisi dan pengubahan. Tetapi untuk jenis learning log dan simulated journals
bisa dinilai berdasarkan bagian-baigian fakta dalm informasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://balytra.com/2013/05/28/menyentuh-pribadi/coment-page-1/

(diakses

tanggal

20

Oktober 2014 pada jam 19.55)


Tompkins, Gaiel E and Hoskisson, Kenneth. 1995. Language Arts Content and Teaching
Strategies: Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Anda mungkin juga menyukai