PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ny. R
Umur
: 36 Tahun
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
MRS
: 9 Oktober 2013
tenggorokan (-), sakit menelan (-), batuk (-), nyeri pinggang (-), gatal,
bengkak dan kemerahan pada kemaluan (-) pasien tidak sedang hamil (-).
Pasien juga mengeluhkan nyeri saat berkemih yang dirasakan sejak 3
hari SMRS, keluhan disertai dengan rasa panas pada saat berkemih namun
tidak disertai dengan darah. Pasien juga mengeluhkan saat ia berkemih
terasa tidak puas dan sering bolak balik ke kamar mandi untuk berkemih.
Dalam satu hari pasien bisa BAK sebanyak 8 - 9 kali. Pasien masih dapat
menahan pada saat ingin berkemih. Pancaran pada saat berkemih tidak ada
perubahan dibandingkan dengan saat belum terdapat keluhan.
4. Status Gizi
BB
TB
BBI
: 60 kg
: 160 cm
: (TB - 100) kg 10%
(160-100) kg 10%
3
(60-6) (60+6) = 54 66 kg
IMT
: 60/(1,6)2 = 23,4 Normoweight
5. Kulit
Warna
: Sawo matang
Efloresensi
: (-)
Pigmentasi :
Hiperpigmentasi
Jaringan parut/koloid
Pertumbuhan rambut
Lembab Kering
Turgor
(-),
Hipopigmentasi (-)
: (-)
: Normal
: Kulit kering (+)
: < 2 detik
Kepala
dicabut
: Bentuk simetris, tidak ada trauma maupun memar
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), edema palpebra (-/-), Pupil isokor diameter : 2
Hidung
cm
: Nafas cuping hidung (-), Epistaksis (-), sekret (-)
Mulut : Bentuk normal, bibir sianosis (-), bibir
kering (-), kemerahan (-), mudah terkelupas (-),
stomatitis (-)
Tenggorokan
: Faring dan tonsil hiperemis (-), Tonsil T2-T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kel.
Tyroid (-), JVP (5-2)cmH2O, kaku kuduk (-),
pulsasi vena jugularis (-).
7. Thoraks
Paru
Inspeksi
Simetris
kanan
dan
kiri,
Auskultasi
menyempit (-)
: Vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi
: Sonor, batas paru hati ICS VI linea
midclavicularis dekstra
: Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
4
Jantung
Inspeksi
Perkusi
:
Batas atas jantung ICS II linea parasternal sinistra
Batas jantung kanan linea parasternal dekstra
Batas jantung kiri ICS V sekitar 1 jari kearah medial
Pinggang jantung ICS III linea parasternal sinistra
Auskultasi
: BJ1 BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi
Soepel,
nyeri
tekan
muskuler
(-),
hepatomegali
(-),
(-).
Perkusi
: Timpani, shifting dullness (-)
: Bising usus (+) normal
Auskultasi
Superior
Inferior
eritem (-/-)
: Akral hangat, pitting edema pretibial (-/-)
Dextra : Tes sensibilitas (+), refleks fisiologis (+),
pemeriksaan arteri dorsalis pedis pulsasi baik
Sinistra : Tes sensibilitas (+), refleks fisiologis (+),
WBC : 15 103/mm3
(3,5-10,0 103/mm3)
(3,80-5,80 106/mm3)
(11,0-16,6 g/dl)
(35,0-50,0%)
(150-390 103/mm3)
(0,100-0,500%)
(80-97m3)
(26,5-33,5 pg)
(31,5-35,0 g/dl)
(10,0-15,0%)
(6,5-11,0 m3)
(10,0-18,0%)
Diff count
% LYM
% MON
% GRA
# LYM
# MON
# GRA
:
:
:
:
:
:
34,0 %
(17,0-48,0 %)
6,6 %
(4,0-10,0 %)
56,5 %
(43,0-76,0 %)
3
3
1,5 10 /mm
(1,2-3,2 103/mm3)
0,8 103/mm3 (0,3-0,8103/mm3)
4,5 103/mm3
(1,2-6,8 103/mm3)
: 19,2 mg/dl
: 0,9 mg/dl
(15-39 mg/dl)
(0,6-1,1 mg/dl)
Warna
Berat Jenis
pH
Protein
Glukosa
: Kuning
: 1015
: 7,2
: (-) / Negatif
: (-) / Negatif
Sedimen
Sel Lekosit
Sel Eritrosit
Sel Epitel
: 6-8 / lpb
: 1-2 / lpk
: 1-2 / lpk
S : Demam (+), Mual (+), nyeri saat BAK (+), BAK terasa panas
(+), nyeri di supra pubis (+)
O: TD = 110/70 mmHg
N = 82 x/i, irama regular, isi dan tegangan cukup
RR = 20 x/i
T = 37,90C
A : Cystitis akut
P : IVFD RL 20 tetes/menit
Infus Ciprofloxacin 2x200mg
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Paracetamol tab 3 x 1
Rencana : USG Abdomen, kultur urin dan uji resistensi jika
memungkinkan
Tanggal 12 Oktober 2013
S : Demam (+), mual (-), nyeri saat BAK (-), BAK terasa panas
(+), nyeri pada simpisis pubis (+)
O : TD = 120/70 mmHg
N = 68 x/i irama regular, isi dan tegangan cukup
RR = 18 x/i
T = 37,10C
A : Cystitis akut
P : Infus RL 20 tetes/menit
Infus Ciprofloxacin 2x200 mg
Inj. Ranitidin 1x1 ampul
Paracetamol tab 3 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan
uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh.
Ginjal berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih
lainnya berfungsi untuk mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh
memproduksi zat-zat sisa seperti urea, kreatinin dan ammonia yang harus
diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi dan menyebabkan toksik bagi
tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh,
regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam
basa, dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah
ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan
saluran kemih bagian bawah.4,5
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis
renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di
sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung
ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal.
Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing
bercabang membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke
kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di
dalam kandung kemih.4,5
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing
menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kirakira 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam
rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.4,5
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin
mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium).4,5
10
11
Defenisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat
3.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang
12
3.5 Patogenesis
13
14
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
3.6 Patofisiologi
15
Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
16
Disuria
Polakisuria
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Prostatismus
Inkontinesia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Sistemik
Hematuria
Piuria
Chylusuria
Pneumaturia
Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5C40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang.1 Pada pemeriksaan fisik
diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia.
18
Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi
oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia
lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi
abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini
menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe
sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat
ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan
muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obstruksi, refluks
vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok,
kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis
respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik.8
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari
keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada
pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).8
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik
seperti polikisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang
dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan,
kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48
jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki,
prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder.1,8
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin
ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari
hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.8
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan
sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing.1
19
3.9 Diagnosis
a. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
1. Analisis urin rutin8
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria
(albuminuria), dan pemeriksaan mikroskopik urin. Urin normal
mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan
pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting
organism).
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x)
dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan
mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU
per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari
pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadangkadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40%
pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml
>105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk
prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100%
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20
leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang
tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara
langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas
sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau
mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan
hasil positif palsu sebesar 10%10.
2. Uji Biokimia8
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi
nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia
20
ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik
dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.
3. Renal Imaging Procedures1
Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor
predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen,
pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning.
Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain
ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria,
hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas
spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.
3.10
Terapi
a. Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 1
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik
parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain
kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi
terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik
saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK
berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus
dan usia lanjut. The Infectious Disease Society of America
menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotik IV sebagai terapi
awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni
fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan
sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida.
Dosis
1 gram
Ciprofloxacin
400 mg
21
Interval
12 jam
Levofloksasin
500 mg
Ofloksasin
400 mg
Gentamisin (+ ampisilin)
3 - 5 mg/kgBB
1 mg/kgBB
Ampisilin (+ gentamisin)
1 2 gram
Tikarsilin-klavulanat
3,2 gram
Piperasilin-tazobaktam
3,375 gram
Imipenem-silastatin
250 - 500 mg
12 jam
24 jam
12 jam
24 jam
8 jam
6 jam
8 jam
2 8 jam
6 8 jam
Dosis
2x 160/800 mg
Lama Terapi
3 hari
Trimetoprim
2 x 100 mg
Ciprofloxacin
2 x 100 250 mg
Levofloksasin
2 x 250 mg
Sefiksim
1 x 400 mg
Cefpodoksim proksetil
2 x 100 mg
Nitrofurantoin makrokristal
4 x 50 mg
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
7 hari
7 hari
7 hari
Nitrofurantoin monohidrat
2 x 100 mg
Amiksisilin / Klavulanat
2x 500 mg
22
3.11 Komplikasi
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).1
a.
b.
3.12
Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
23
BAB IV
ANALISA KASUS
Abdomen
24
Inspeksi
Palpasi
: Datar
: Supel, nyeri tekan epigastrium
(-).
Perkusi
: Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah Rutin
WBC : 15 103/mm3
(3,5-10,0 103/mm3)
Kesan : Leukositosis
Kimia Darah
Ureum
: 19,2 mg/dl
Kreatinin : 0,9 mg/dl
Kesan : Normal
Urin Rutin
Sel Lekosit
: 6-8 / lpb
(15-39 mg/dl)
(0,6-1,1 mg/dl)
Diagnosa cystitis akut dapat ditegakkan pada pasien ini karena sesuai
dengan kepustakaan gejala klinis pada cystitis yaitu frekuensi BAK yang
meningkat, disuria, polikisuria, rasa panas saat BAK, disertai demam, hematuri (-)
dan dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan suprapubik. Hasil laboratorium
berupa leukositosis juga mendukung diagnosa pasien ini. Wanita sangat sering
mengalami sistitis karena uretra wanita lebih pendek dibanding pria. Selain itu
sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat bersifat bakterisidal.
Diagnosa banding berupa pielonefritis akut dan vesikolitiasis dapat
disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan keluhan menggigil, nyeri ketok
CVA (-).
25
Tujuan terapi ISK adalah mencegah atau mengobati akibat sistemik dari
infeksi, membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya
infeksi ulangan.
Terapi farmakologis ISK yaitu diberikan antimikroba berdasarkan pola
kuman yang ada. Bila hasil tes resistensi kuman sudah ada, pemberian
antimikroba disesuaikan. Pada pasien ini diberika ciprofloxacin infus 2 x 200 mg.
Mekanisme kerja ciprofloxacin adalah menghambat aktifitas DNA gyrase bakteri,
bersifat bakterisida dengan spektrum luas terhadap bakteri gram positif maupun
gram negatif. Ciprofloxacin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran
cerna, bioavailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40% terikat pada
protein plasma dan didistribusi ke berbagai jaringan serta cairan tubuh.
Metabolismenya dihati dan diekskresi terutama melalui urin.
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain trimetoprim
sulfametoksazol, nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G. Penggunaan kombinasi
trimetoprim sulfametokazol (cotrimoksazole) merupakan pilihan yang paling
banyak digunakan. Aktivitas kombinasi antimikroba cotrimoksazole berdasarkan
atas kerjanya pada dua tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk
membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfometoksazol menghambat masuknya
molekul PABA ke dalam molekul Asam folat dan Trimetropim menghambat
terjadinya reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat menjadi Tetrahidrofolat.
Trimetropim menghambat enzim Dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat
selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel manusia
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien ini agar terhindar dari penyakit
infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal berikut:
1. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
26
BAB V
KESIMPULAN
27
28