PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
Menentukan asam lemak total suatu minyak atau lemak.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Lemak
Lemak adalah senyawa molekul besar dan terbentuk dari molekul yang lebih
kecil melalui reaksi dehidrasi. Lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil :
gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah sejenis alkohol yang memiliki tiga karbon,
yang masing masing mengandung sebuah gugus hidroksil. Asam lemak memiliki
kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 atom karbon panjangnya. Salah
satu ujung asam lemak itu adalah kepala yang terdiri atas suatu gugus karbiksil,
gugus fungsional yang menyebabkan molekul ini disebut asam lemak. Yang berakaitan
dengan gugus karboksil itu itu adalah hidrokarbon panjang yang disebut ekor. Lemak
terpisah dari air karena molekul air membentuk ikatan hidrogen satu sama lain dan
menyingkirkan lemak.
1.2.2 Jenis - Jenis Lemak
Jenis lemak dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak tidak
jenuh, dan lemak trans. Masing-masing memiliki struktur kimia dan bentuk yang
berbeda. Pada suhu kamar, lemak jenuh dan lemak trans berbentuk padat seperti butter
sedangkan lemak tidak jenuh biasanya berbentuk cair, contohnya minyak sayur. Ketiga
jenis lemak tersebut juga memiliki pengaruh yang berbeda pula pada kadar kolesterol
pada tubuh. Sifat lemak jenuh dan lemak trans banyak membawa kolesterol LDL dalam
darah yang mengakibatkan plak menempel pada saluran pembuluh darah yang akhirnya
akan mengganggu sistem peredaran darah dan supplai oksigen dalam tubuh. Karena itu,
kedua jenis lemak tersebut sering disebut lemak jahat.Berbeda pada lemak tidak jenuh
yang membawa lebih sedikit kolesterol dan lemak di dalam darah. Sekarang mari kita
kenali masing-masing jenis lemak tersebut:
a. Lemak Jenuh
Lemak jenuh mudah dikenali dari bentuknya yang padat seperti lilin dan
banyak ditemukan pada produk yang berasal dari hewan seperti daging merah, mentega,
atau susu murni. Pada bahan nabati, lemak jenuh dapat ditemukan pada minyak kelapa
dan minyak sawit.
Lemak jenuh memiliki sifat yang dapat menganggu tubuh yaitu dapat
mengentalkan darah sehingga mudah lengket pada dinding pembuluh darah karena
menggumpal yang tentu saja dapat mengganggu peredaran darah.Lemak jenuh mudah
menempel pada dinding pembuluh darah dan dapat mengakibatkan pengerasan dinding
pembuluh. Karena peredaran darah terganggu, penyakit lain seperti penyakit jantung,
darah tinggi, dan stroke seringkali menyerang orang yang senang mengonsumsi
makanan berlemak jenuh tinggi.
c.
Lemak Trans
Lemak trans berasal dari lemak tidak jenuh yang mengalami proses pemadatan
dengan teknik hidrogenisasi parsial yang menyebabkan perubahan konfigurasi ikatan
kimia lemak itu. Akibatnya, lemak tidak jenuh yang umumnya berbentuk cair, menjadi
berbentuk padat dan lebih awet.
Tujuan sebenarnya adalah untuk membantu minyak nabati yang bersifat tidak
jenuh menjadi lebih stabil sehingga lebih tahan terhadap reaksi ketengikan dan tetap
padat pada suhu ruangan.
Walaupun berasal dari lemak tidak jenuh yang bersifat baik, lemak trans ini
berubah sifatnya karena proses hidrogenisasi tadi. Lemak jenis ini menjadi tidak
berbeda dengan lemak jenuh karena sifatnya yang meningkatkan kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol LDL. Produk dari lemak trans salah satunya berupa
margarine yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2.3 Sifat dan Kegunaan Lemak
Adapun sifat lemak adalah sebagai berikut:
1. Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan
lemak dari tumbuhan berupa zat cair.
2. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh,
sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak
jenuh. Contoh : tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat)
mempuyai titik lebur 71oC, sedangkan trioelin (ester gliserol dengan tiga
molekul asam oleat) mempunyai titik lebur -17oC.
3. Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan
lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air.
4. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan
pelarut lemak yang baik.
Tabel 1 Rumus Struktur Asam Lemak
Lemak atau minyak dapat dimanfaatkan untuk beberapa tujuan, di antaranya sebagai
berikut:
1. Sumber energi bagi tubuh
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai cadangan makanan atau sumber energi.
Lemak adalah bahan makanan yang kaya energi. Pembakaran 1 gram lemak menghasi
lkan sekitar 9 kilokalori.
2. Bahan pembuatan mentega atau margarine
Lemak atau minyak dapat diubah menjadi mentega atau margarin dengan cara
hidrogenasi.
3. Bahan pembuatan sabun
Sabun dapat dibuat dari reaksi antara lemak atau minyak dengan KOH atau Na
OH. Sabun yang mengandung logam Na disebut sabun keras (bereaksi dengan keras t
erhadap kulit) dan sering disebut sabun cuci. Sedangkan sabun yang mengandung log
am K disebut sabun lunak dan di kehidupan sehari-hari dikenal dengan sebutan sabun
mandi.
dan lemak adalah trigliserida atau trigliserol, yang kedua istilah ini
berarti triester dari gliserol.
Tabel 2 Perbedaan minyak dan lemak
.
No
Minyak
Lemak
.
1.
2.
berwujud cair.
berwujud padat.
3.
dari tumbuhan.
dari hewan.
rendah.
tinggi.
Mengandung gliseril
Mengandung gliseril
4.
trioleat.
Minyak dibanding
tak
Contoh:
yang besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai berat molekul yang besar, maka
angka penyabunan relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya
(mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak
(Herina, 2002)
Angka Penyabunan =
(1)
1.2.6 Titrasi Asam Basa
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
(disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan
ini disebut sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi
asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua
hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai titik akhir titrasi.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan molekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
.(2)
.(3)
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah
ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
.(4)
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Valensi yaitu jumlah ion H+ (pada asam) atau OH (pada basa)
BAB II
METODOLOGI
6. Bulp
2. Erlenmeyer 250 ml
7. Neraca Digital
3. Pipet Volume
8. Hotplate
4. Pipet ukur
5. Pipet tetes
10. Desikator
Prosedur kerja
1. Menimbang sampel minyak dengan teliti sebanyak 3 gram dalam Erlenmeyer 250
ml
10
2. Menambahkan 50 ml larutan KOH yang dibuat dari 40 gram KOH dalam 1 liter
alkohol
3. Menutup sampel dengan pendingin alir balik (kondensor) sekaligus mendidihkan
dengan hot plate selama 20 menit
4.
5.
6.
2.3
Diagram Alir
Menimbang sampel minyak dengan teliti sebanyak 3 gram
dalam Erlenmeyer 250 ml
11
1.
Jas Lab
Pada setiap praktikum yang dilaksanakan, dibutuhkan jas lab untuk
melindungi tubuh dari cairan asam atau larutan yang berbahaya lainnya. Selain itu jas
lab befungsi sebagai safety yang wajib digunakan saat praktikum.
2.
Sepatu
Pada setiap praktikum yang dilaksanakan, diwajibkan untuk memakai sepatu
untuk melindungi bagian kaki dari cairan asam atau larutan yang berbahaya lainnya.
Selain itu sepatu befungsi sebagai safety yang wajib digunakan saat praktikum.
12
BAB III
13
V HCl 0,5 N
(ml)
1.
3,0052
50
42,2
2.
3, 1058
50
42,0
Pengamatan
Larutan berubah
warna dari merah
muda menjadi tak
berwarna.
V HCl 0,5 N
(ml)
1.
50
63,0
2.
50
63,8
Pengamatan
Larutan berubah
warna dari merah
muda menjadi tak
berwarna.
Rata-rata m
sampel minyak
(g)
3,0155
63,4
Angka Penyabunan
(mg/g)
198,13
3.3 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan bertujuan untuk menentukan asam lemak total pada
minyak atau lemak. Pada percobaan ini digunakan sampel minyak merk Rose Brand. Untuk
menetapkan asam lemak total, digunakan rumus angka penyabunan, yaitu selisih antara
volume titrasi blanko dengan titrasi sampel dikali 28,05 (normalitas HCl dikali bobot molekul
basa) dibagi dengan massa sampel minyak. Selain untuk mengetahui sifat fisik lemak atau
minyak, angka penyabunan juga berguna untuk menentukan berat molekul minyak atau
lemak secara kasar.
14
Pada percobaan yang telah dilakukan, sampel minyak direaksikan dengan KOH 1,0 N
denga pelarut alkohol. Larutak KOH berfungsi untuk menyabunkan semua asam lemak yang
terkandung di dalam minyak, dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Larutan KOH yang digunakan pada reaksi tersebut dibuat dengan menggunakan
pelarut alkohol. Penggunaan alcohol dimaksudkan untuk mempermudah reaksi penyabunan
dengan basa dalam pembentukan sabun. Agar reaksi penyabunan dapat berlangsung dengan
sempurna maka digunakan metode pemanasan dengan refluks dengan menggunakan
kondensor atau pendingin balik yang akan menginginkan kembali uap alkohol sehingga
menjadi tetesan embun yang akan kembali masuk kedalam erlenmeyer. Hal ini berguna untuk
mencegah alkohol menguap dan habis sebelum reaksi selesai berlangsung.
Kemudian pendinginan larutan menggunakan desikator bertujuan untuk menyerap
panas dari sampel yang sebelumnya telah dididihkan, agar pada saat titrasi larutan sampel
tidak terlalu panas.
Selanjutnya untuk mengetahui kelebihan KOH maka dilakukan titrasi dengan
menggunakan HCl 0,5 N. Titrasi yang dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu titrasi sampel dan
titrasi blanko. Titrasi blanko adalah titrasi yang dilakukan tanpa menggunakan sampel
minyak. Pada titrasi ini digunakan indicator PP sebagai peunukjuk titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah muda menjadi tak berwarna.
Berdasarkan hasil perhitungan, angka penyabunan yang didapat sebesar 198,13 mg/g yang
berarti bahwa untuk menyabunkan 1 gram minyak diperlukan KOH sebanyak 198,13 mg.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa angka penyabunan
dari sampel minyak merek Rose Brand sebesar 198,13 mg/g.
4.2 Saran
1. Sebelum praktikum, diharapkan mahasiswa mengetahui tentang materi dan prosedur
kerja dari percobaan yang akan dilakukan.
2. Mahasiswa diharapkan menggunakan perlengkapan safety pada saat praktikum.
3. Diperlukan ketelitian dalam pengamatan titik akhir titrasi pada saat melakukan titrasi
sampel maupun titrasi blanko agar hasil yang didapatkan akurat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. Bilangan Penyabunan.http://freedamnload.blogspot.com/2012/12/bilanganpenyabunan.html. Diakses 31 Mei 2014 20.30 WITA
Katiandagho,A.2013. Susunan dan Struktur Kimia Asam Lemak Lipid.
http://alfinsonkatiandagho.blogspot.com/2013/05/susunan-dan-struktur-kimia-lemaklipid.html. Diakses 31 Mei 2014 20.00 WITA
Lestari,I.2012. Pengertian Titrasi Asam Basa.
http://iinlestariblog.wordpress.com/2012/04/26/29/.Diakses 31 Mei 2014 20.10 WITA
Salamah,S.2014. Lemak (struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan lemak).
http://sofieshoby.blogspot.com/2014/01/lemak-struktur-tata-nama-sifat.html Diakses
31 Mei 2014 20.00 WITA
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Klasik. Samarinda: Polnes
17
LAMPIRAN
18
PERHITUNGAN
Diketahui : m sampel 1 = 3.0052 g
m sampel 2 = 3.0258 g
Rata-rata m sampel =
3.0052 g+3.0258 g
2
= 3.0155 g
42.2 ml+42.0 ml
2
= 42.1 ml
63.0 ml +62.8 ml
2
= 63.4 ml
g
mol
x 0.5
x(63.4 ml42.1 ml)
mol
1000 ml
3.0155 g
28.05
g
x 21.3 ml
1000 ml
3.0115 g
597.47 mg
3.0155 g
= 198.13 mg/g
19
20