OLEH
MASNA WATI
1201284/2012
MATEMATIKA
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia
yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hak-haknya itu dapat berbuat
semau-maunya. Sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikategorikan melanggar
hak asasi orang lain, maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas dua hak dasar yang paling
fundamental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak
asasi lainnya atau tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan ditegakkan.
Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi Manusia bagi
setiap orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai
dari dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan perkembangan saat ini perlu diketahui oleh
setiap orang untuk lebih menegaskan keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.
Para pejuang HAM dahulu sudah berketatapan bahwa hak persamaan harus diwujudkan
betapapun beratnya resiko yang dihadapi karena hak kebebasan baru dapat diwujudkan kalau ada
hak persamaan. Untuk mewujudkan semua itu, maka lahirlah teori Roesseau (tentang contract
social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan Trias Politikanya yang mengajarkan
pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di Inggris dan Thomas Jefferson di
Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration
of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Jadi, walaupun di Perancis
sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih dahulu mencanangkan secara
lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih
rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada
penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan
ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula
presumption of innocence, artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh,
berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap yang menyatakan ia bersalah.
Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas mengelaurkan pendapat), freedom
of religion (bebas menganut keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of property
(perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration
sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi maupun
negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang dicanangkan pada
tanggal 6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah ini :
The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The second is freedom
of every person to worship God in his own way-every where in the world. The third is freedom
from want which, translated into world terms, means economic understandings which will secure
to every nation a healthy peacetime life for its inhabitants-every where in the world. The fourth is
freedom from fear-which, translated into world terms, means a worldwide reduction of
armaments to such a point and in such a through fashion that no nation will be in a position to
commit an act of physical agression against any neighbor-anywhere in the world.
Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta
manusia) dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal,
yang kemudian dikenal dengan The Universal Declaration of Human Rights yang diciptakan
oleh PBB pada tahun 1948.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam
perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada yang bertanya
mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social
Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat yang menjadi tujuan ?
Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan
kepentingan masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa
kewajiban. Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi
saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau ada hak
berarti ada kewajiban.
Contoh : seseorang yang berhak menuntut perbaikan upah, haruslah terlebih dahulu memenuhi
kewajibannya meningkatkan hasil kerjanya. Dengan demikian tidak perlu dipergunakan istilah
Social Rights karena kalau kita menghormati hak-hak perseorangan (anggota masyarakat),
kiranya sudah termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya tersebut tidak boleh
mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan antara hak dan
kewajiban serta antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum (kepentingan
masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab.
Artinya, seseorang memiliki kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak memperkosa hak-hak
orang lain.
SEJARAH
LPHAM yang didirikan oleh H. J. C. Princen dan Yap Thiam Hien pada 29 April 1966
sebenarnya dipersiapkan untuk menghadang upaya sporadik pemerintah orde baru yang
melakukan pembunuhan, penangkapan dan tindakan kejahatan HAM lainnya terhadap
simpatisan anggota PKI dan mereka yang dituduh PKI. Salah satu dari kerja besar LPHAM
dalam mengkoreksi tindakan merendahkan manusia itu antara lain desakan untuk menghentikan
pembunuhan massal di Purwodadi, Jawa Tengah yang di instruksikan Presiden Soeharto, M.
Panggabean dan Surono tahun 1968.
Walaupun protes ini berujung pada penangkapan, Direktur LPHAM, Princen, oleh
Kopkamtib dengan tuduhan komunis, namun aksi pembantaian tersebut dihentikan.
Pada tahun yang sama LPHAM bersama Goenawan Muhammad, seorang wartawan
menginvestigasi dan membuat laporan tentang pelanggaran HAM di Pulau Buru. Laporan
tersebut akhirnya menjadi bahan tulisan Amnesty Internasional. Selanjutnya untuk menangani
para korban PKI yang mengalami trauma kejiwaannya, di tahun 1967, LPHAM menggagas
berdirinya P3HB (Panitia Pusat Pemulihan Hidup Baru) yang dikelola Yap Thiam Hien.
Sempat berganti 2 hingga 3 kali pengurus, lembaga yang membidani lahirnya YLBHI
(1970), INFIGHT (Indonesian Front for Defence of Human Rights, 1990), KontraS (1998) dan
beberapa lembaga advokasi lain, akhirnya dibadanhukumkan sekitar tahun 1988 seiring dengan
keinginan pemerintah mengendalikan LSM dengan mengeluarkan UU Ormas 1985.
Dalam perjalanan aktivitasnya, LPHAM merespon dan hampir terlibat seluruh isu dan
kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Dalam kasus Timor Timur ditahun
1990, advokasi LPHAM membawa Princen untuk menjadi tamu kehormatan Presiden Portugal
Mario Soares dengan topik pembicaraan seputar 7 orang pemuda Tim-tim yang mencari suaka
dan masa depan Timor Timur.
LPHAM juga melobi Y.P. Pronk, Ketua IGGI untuk menghentikan hutang luar negeri
yang cenderung disalahgunakan pemerintahan Soeharto. Tak terelakan lagi, LPHAM tumbuh
menjadi organisasi yang merekam hampir seluruh kejahatan kemanusiaan rezim orde baru. Dari
kasus tanah (1987-1996), buruh (1989-1990-an) hingga penangkapan mahasiswa (1988). Dari
kasus Papua (1975), Timtim (1975), Aceh (1989) hingga mendampingi para korban Peristiwa
Priok yang di adili (1984-1986).
PERKEMBANGAN
Namun seiring dengan manajemen organisasi yang masih tradisional dan menurunnya
stamina dan kesehatan Princen. Organisasi ini mulai mengambil porsi aktivitas yang sesuai
dengan kapasitas kerja organisasi yang sangat ditentukan oleh mobilitas seorang Princen, dan
aktivitas organisasi ini benar-benar terhenti ketika kematian menjemput mantan disertir KNIL ini
22 Februari 2004 lalu.
Walau LPHAM telah kehilangan figur sentralnya, kini revitalisasi lembaga malah sedang
dilakukan antara lain dengan meredefinisi LPHAM sebagai lembaga yang sejak awal turut
mempromosikan penghormatan, perlindungan dan penegakan HAM dengan merefleksi
kebersamaan dalam memperjuangkan HAM, demokrasi dan civil society dengan seluruh
komunitas masyarakat lainnya.
LPHAM tetap berpendirian bahwa sebuah bangsa harus mengerahkan seluruh potensi dan
energinya untuk mendorong tumbuhnya sebuah system politik sipil yang bersih, adil dan
menolak kekerasan baik dalam bentuk struktur kultural maupun subtansi praktikal yang
tercermin antara lain pada militerisme.
Penyelenggaraan penghargaan bersama Mengingat begitu pentingnya mendorong inisiasi dan
kebersamaan perjuangan penegakan HAM di Indonesia, sejak tahun 2007 ini, LPHAM yang
kebetulan dimiliki oleh para mujahid-mujahid HAM seperti Poncke dan Yap mendukung
sepenuhnya inisiatif, kepeloporan dan keberanian seluruh elemen masyarakat dalam rangka
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28G
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat
martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan
lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan
manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum
yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam
peraturan perundangan-undangan.
Pasal 28J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan
yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
yang lebih mengenaskan 1.188 orang meninggal dunia. Mereka kebanyakan mati di pusat
pusat
Dengan korban yang sangat besar dan mengenaskan di atas, itulah harga yang harus dibayar
bangsa kita ketika menginginkan perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Seharusnya hal itu masih dapat dihindari apabila semua anak bangsa ini berpegang teguh
pada nilai nilai luhur Pancasila sebagai acuan dalam memecahkan berbagai persoalan dan
mengelola negara tercinta ini.
Peristiwa Mei tahun 1998 dicatat disatu sisi sebagai Tahun Reformasi dan pada sisi lain
sebagai Tragedi Nasional.
KasusBomBali
Peristiwa peledakan bom oleh kelompok teroris di Legian Kuta Bali 12 November 2002,
yang memakan korban meninggal dunia 202 orang dan ratusan yang luka-luka, semakin
menambah kepedihan kita. Apa lagi yang menjadi korban tidak hanya dari Indonesia, bahkan
kebanyakan dari turis manca negara yang datang sebagai tamu di negara kita yang mestinya
harus dihormati dan dijamin keamanannya.