Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
potensial diantara pleura viseralis dan pleura parietalis. Pada keadaan normal rongga
pleura dipenuhi paru-paru yang mengembang saaat inspirasi disebabkan karena
adanya tegangan permukaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan pleura, adanya
udara pada rongga potensial di antara pleura viseralis dan pleura parietalis
menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam
rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura
akan menyebabkan paru-paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang
masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan
pada proses perfusi oksigen ke jaringan atau organ, akibat darah yang menuju ke
dalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi
tidak terjadi.
Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan ataupun traumatik. Pneumotoraks
spontan dibagi menjadi primer dan skunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan skunder jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks
traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik,
serta ada juga yang mengklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu,
pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks) dan pneumotoraks terdesak (tension
pneumotoraks). Pneumotoraks merupakan suatu cedera udara yang umum di temukan
pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupaka kegawat daruratan yang
harus diberikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari kematian.
Insiden pneumotoraks sulit diketahui secara pasti dipopulasim dikarenakan
pada literatur-literatur, angka insiden di masukan pada insiden cedera dada atau
trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien yang menderita
trauma, merupakan pasien pneumotoraks, pria lebih banyak dari wanita dengan
perbandingan 5:1 dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun).
Pneumotoraks spontan primer (PSP) sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa
riwayat penyakit paru sebelumnya, banyak penelitian dan teori telah dikemukakan
untuk mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya penyebab dasar dari
pneumotoraks tipe ini. Ada teori yang menyebutkan , disebabkan oleh faktor
kongenital, yaitu terdapat bula pada subpleura viseralm yang suatu saat akan dapat

pecah akibat tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya


pneumotoraks. Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks
paru dan juga pada percabangan trakeobronkial. Pendapat lain mengatakan bahwa
PSP ini bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok. Diduga kebiasaan merokok dapat
menyebabkan ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini menyebabkan
degradasi dan lemahnya serat elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang
kiranya dapat membuktikan penyebab dari pneumotoraks spontan primer.
Pneumotoraks merupakan suatu kegawatan medik sehingga
perlu diketahui dan diatasi secara dini. Dengan penanganan yang
tampaknya sederhana, banyak nyawa penderita kegawatan ini
dapat diselamatkan

BAB II
STATUS PASIEN
Nama ko Asisten : Ratu Suci Anggraini

Tanda tangan:

Tanggal Pasien Masuk Rumah Sakit : 9-01-2015


Perawatan hari ke
: 14-01-2015
No. Rekam medik
: 10-93-14
2.1 Identitas
Nama

: Tn.Y

Umur

: 21 tahun

Pekerjaan

:-

Alamat

: Jl. Kebon melati IV RT 07/09 labori melati tanah abang

Status pernikahan

: Belum menikah

Agama

: Islam

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan swasta

2.2 Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis tanggal 14 Januari 2015 pukul 12.30 WIB
di bangsal P. Sangeang, RSAL Dr. Mintohardjo.
A. Keluhan Utama Sekarang
rumah sakit

: Sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk

B. Keluhan tambahan

Nyeri dada sebelah kanan


Tidak bisa tidur dengan posisi miring ke kanan
Punggung kanan terasa pegal

C. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke IGD RSAL Dr. Mintohardjo pada hari Sabtu, 10 Januari 2015
pukul 19.33 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk
Rumah Sakit. Sesak yang dirasakan berulang dan pertama kali muncul sekitar

bulan april 2014 dan berulang . Sesak bersifat hilang timbul, sesak timbul
terutama saat beraktivitas seperti naik turun tangga, mengendarai motor saat
malam hari dan tidur posisi miring ke kanan dan merasa nyaman ketika
istirahat dengan posisi tidur terlentang. Sesak dirasakan terutama pada dada
sebelah kanan dan dirasakan seperti tertimpa beban berat terutama sesak
dirasakan bila menarik ketika menarik nafas. Saat sesak OS merasakan nyeri
dada sebelah kanan, nyeri dada dirasakan seperti tertimpa beban berat dan
berlangsung bersamaan dengan sesak dan punggung kanan terasa pegal, OS
menyangkal adanya nyeri pada punggung kiri dan tangan kiri. Os mengatakan
sesak yang dirasakan sama berat saat menarik dan membuang nafas, os
menyangkal adanya batuk-batuk sebelum sesak, adanya suara mengi seperti
ngiik dan demam. BAB dan BAK normal.
Sesak yang dirasakan berulang terutama sejak 9 bulan belakangan ini, hilang
timbul.
D. Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu (RPD)
Pasien pertama kali dirawat pada awal April tahun 2014 dengan keluhan sesak nafas
yang dirasakan sejak.. pasien dirawat di RSAL selama dan oleh dikatakan paruparu pasien menguncup atau kolaps dan direncankan untuk pemasangan wsd agar
mengembang kembali.
Asma (-) Maag (-) DM (-) Hipertensi (-)
E. Riwayat Kehidupan Pribadi,Sosial dan Kebiasaan
Os tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol. Os mengaku sering
mengendarai motor pada malam hari dan rajin berolahraga.
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga Os yang menderita keluhan yang sama, riwayat Asma (-)
Maag (-) DM (-) Hipertensi (-) disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
2. Kesadaran
: Compos Mentis
3. Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg

Suhu
Nadi
RR

: 36,5 C
: 72 kali/menit isi cukup, regular
: 20 kali/menit

4. Status Generalis
Kepala
: normocefali, simetris, deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Leher
: KGB tidak teraba membesar.
Thorax
- Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I/II Reguler, gallop-, murmur Paru
Inspeksi

Kiri

Kanan

Depan
Simetris saat statis dan
dinamis

Belakang
Simetris saat statis dan
dinamis

Asimetris saat statis dan


dinamis
- Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris

Simetris saat statis dan


dinamis
- Tidak ada benjolan
- Fremitus taktil simetris

Palpasi

Kiri

Perkusi

Kanan
Kiri
kanan
Kiri

Fremitus taktil asimetris Fremitus taktil asimetris


Sonor
Sonor
Redup
Redup
- Suara nafas vesikuler
- Suara nafas vesikuler
- Wheezing (-), Ronki (-) - Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan

- Suara nafas vesikuler


-Suara nafas menghilang
menghilang
- Wheezing (-), Ronki (-)
- Wheezing (-), Ronki (-)

Auskultas
i

Inspeksi

Abdomen

:Tampak datar, warna kulit sama dengan

sekitarnya.
-Auskultasi
-

: Bising usus (+) 3 kali/menit


Palpasi

: Dinding perut
: Supel, NTE (+)
Turgor kulit
: Baik
Hati
: Teraba membesar 2 jari dibawah arcus costae
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal

-Perkusi

: Ballotement (-/-), Nyeri ketuk CVA -/-

: Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting

dullness (-)

Ekstremitas
-

Inspeksi

: deformitas -/- ,edema -/-

Palpasi

: Nyeri tekan-/- ,akral hangat +/+

2.4 Pemeriksaan penunjang


Darah rutin
Leukosit
: 12.300/uL
Hematokrit
: 37%
Trombosit
: 305.000 ribu/uL
Kimia klinik
GDS

: 92 mg/dL

Fungsi Hati
SGOT

: 16 U/I

eritrosit
Hemoglobin

Fungsi Ginjal
Ureum
: 21
Pemeriksaan Sputum

: 4.31 juta/uL
: 12.3 g/dL

SGPT

: 20 U/I

Kreatinin

: 1.0

2.5 Resume
2.6 Daftar Masalah
2.7 Diagnosis Kerja
Pneumotoraks Spontan Primer berulang
2.8 Penatalaksanaan

BAB III
FOLLOW UP

Tanggal 14 Januari 2015

Tanggal 15 Januari 2015

S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 130/90 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015 ( hari ke 2)
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n

S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 120/80 N : 72 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015 ( hari ke 3)
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n

Rhonki -/- wheezing -/-

Rhonki -/- wheezing -/-

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
berulang

primer

Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
dextra Pneumotorax spontan
berulang

P:

primer

dextra

P:
-

IVFD RL 8 tpm
O2 2-4 liter nasal kanul
Asam mefenamat tab
3x500 mg
Cefotaxim Inj 2x 2 gr
Levofloxacin drip 1x
500 mg
Terpasang
continous
suction hari ke 2

Tanggal 16 Januari 2015

IVFD RL 8 tpm
O2 2-4 liter nasal kanul
Asam mefenamat tab
3x500 mg
Cefotaxim Inj 2x 2 gr
Levofloxacin drip 1x
500 mg
Rencaana Foto thorax
ulang
Rencana pasang WSD
ulang

Tanggal 19 Januari 2015

S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 110/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
19 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n
n

S: Os kembali dirawat pada tanggal 1901-2015 (post WSD ulamg paru tidak
mengembang)
dan
direncanakan
pemasangan WSD ulang. Sesak (-)
KU tampak sakit ringan
TD 120/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD ulang pada tanggal 1901-2015 pada ICS
Warna cairan pleura kemerahan 100 cc
Bubble (+)
Undulasi (+)
Kekuatan : 17 mmHg
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n

Rhonki -/- wheezing -/-

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
berulang

Rhonki -/- wheezing -/COR


S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

primer

dextra Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
P:
Pneumotorax spontan primer dextra
- Venflon
residif
- O2 2-4 liter nasal kanul
- Asam mefenamat tab P:
3x500 mg (k/p)
- Venflon
- Levofloxacin drip 1x
- O2 2-4 liter nasal kanul
500 mg
- Tramadol tab 2x50 mg
- Terpasang
continous
- Terpasang WSD de
suction hari ke 4
ngan continous suction
rencana pemindahan WSD ke ICS III/IV
hari ke 1 kekuatan 17
tetapi OS masih belum mau.
mmHg
-bila os minta pulang wajib ada surat
- Rencana rontgen thoras
pernyataan pulang paksa
ulang
OS Pulang Paksa dan kembali dirawat
19-1-2015
Tanggal 20 Januari 2015

Tanggal 21 Januari 2015

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD.
Meriang (+) demam (-) mual (-) muntah
(-) sesak (-)

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Nyeri pada dada kanan
bawah terutama saat bangun dari tempat
tidur.

KU tampak sakit ringan


TD 120/70 N : 72 kali/menit S: 368 C RR: KU tampak sakit sedang
21 kali/menit
TD 130/80 N : 80 kali/menit S: 362 C RR:
16 kali/menit
Post pemasangan WSD ulang pada
tanggal 19-01-2015 pada ICS
Post pemasangan WSD ulang pada
tanggal 19-01-2015 pada ICS
PARU
Auskultasi :
PARU
Suara Nafas
Auskultasi :
n
Suara Nafas
n
n
n
n
n
Rhonki -/- wheezing -/Rhonki -/- wheezing -/COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
residif

Rontgen Thorax tanggal 19-01-2015


Paru mengembang 50%
A:
Pneumotorax spontan primer dextra
residif
P:
P:
-

primer

venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 3 kekuatan 17
mmHg
Spooling WSD

venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
- Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 2 kekuatan 17
mmHg
- Spooling WSD
Warna cairan pleura jernih 300 cc
Warna cairan pleura kemerahan 200 cc
Undulasi (+)
Undulasi (+)
Tanggal 22 Januari 2015

dextra

Tanggal 23 Januari 2015

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Batuk berdahak (+)
dahak berwarna keputihan . dada terasa
agak berat ketika batuk. Sesak (-)

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Batuk berdahak (-)
KU tampak sakit sedang
TD 120/90 N : 80 kali/menit S: 362 C RR:
16 kali/menit

KU tampak sakit sedang


TD 120/80 N : 84 kali/menit S: 362 C RR:
16 kali/menit
Post pemasangan WSD ulang pada
tanggal 19-01-2015 pada ICS
Post pemasangan WSD ulang pada
tanggal 19-01-2015 pada ICS
PARU
Auskultasi :
PARU
Suara Nafas
Auskultasi :
n
n
Suara Nafas
n
n
n
n
n
n

Rhonki -/- wheezing -/-

Rhonki -/- wheezing -/-

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD
P:

Abdomen
BU (+) NTE (-)

Rontgen Thorax tanggal 23-01-2015


Paru mengembang belum total, terdapat
dextra efusi pleura minimal
A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD

dextra
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg P:
(k/p)
- venflon
- Terpasang WSD de
- O2 2-4 liter nasal kanul
ngan continous suction
- Tramadol tab 2x50 mg
hari ke 4 kekuatan 17
(k/p)
mmHg
- Terpasang WSD de
- Spooling WSD
ngan continous suction
- Rencana foto thoraks
hari ke 5 kekuatan 17
ulang
mmHg
Warna cairan pleura jernih 200 cc
- Spooling WSD
Undulasi (+)
Warna cairan pleura jernih
Undulasi (+)
-

Tanggal 24 Januari 2015

Tanggal 25 Januari 2015

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)

S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)

KU tampak sakit sedang


TD 120/90 N : 62 kali/menit S: 362 C RR:
20 kali/menit
BB = 70 kg
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n

KU tampak sakit sedang


TD 120/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
18 kali/menit
BB = 70 kg
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n

Rhonki -/- wheezing -/-

Rhonki -/- wheezing -/-

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)

Abdomen
BU (+) NTE (-)

Abdomen
BU (+) NTE (-)

A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD
P:
-

Rontgen Thorax tanggal 24-01-2015


dextra Paru mengembang belum total. efusi
pleura (-)
A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD

venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
P:
- Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 6 kekuatan 17
mmHg
- OAT 4 FDC
- B6 10 mg 0-0-1
- Spooling WSD
- Rencana thorax foto
ulang posisi lateral
kanan
dan
lateral
decubitus kanan
Dilakukan pungsi, didapatkan cairan Cairan pleura (-)
pleura berwarna kuning sebanyak 5cc+ Undulasi (+)
udara
Warna cairan pleura jernih
Undulasi (+)
BAB IV

dextra

venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 6 kekuatan 17
mmHg
OAT 4 FDC
B6 10 mg 0-0-1
Spooling WSD

Tinjauan Pustaka
Pneumotoraks
4.1 Definisi
Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapatnya udara dalam rongga
pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi oleh udara sehingga paru-paru
dapat kempang kempis. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :3
1. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang memasuki
alveolus akan memasuki rongga pleura. Pneumotoraks seperti ini disebut
dengan closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura viseralis berfungsi
sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tidak bisa keluar lagi dari
cavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya udara semakin lama semakin
banyak sehingga mendorong mediastinum ke arah kontralateral dan
menyebabkan terjadinya tension pneumotoraks.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar
dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung melewati lubang tersebut
dibandingkan dengan traktus respiratorius yang sebenarnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan paru kolaps pada paru ipsilateral.
Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum
pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open
pneumotoraks.

Gambar 2.1 Pnemuotoraks


4.2 Epidemiologi

4.3 Faktor resiko


- Riwayat merokok
- Riwayat keluarga
- Postur tubuh tinggi,kurus khususnya laki-laki umur 20-30 tahun
4.4 Patogenesis
Terjadinya PSP dimulai dari masuknya udara ke dalam interstisial paru karena terjadi
ruptur dinding alveoli. Bila udara tersebut menyusup antara septa lobuler kearah
sentral akan terjadi pneumomediastinum, sedang bila udara mengumpul ke perifer
akan terbentuk bleb. Pecahnya bleb akan terbentuk pneumotoraks. Bleb sering
terdapat pada paru bagian atas (apeks) karena tekanan transpulmoner di apeks lebih
besar dibandingkan paru bagian bawah. Hematotoraks yang menyertai biasanya
terjadi karena putus / robeknya pembuluh darah yang melekat antara pleura viseral
dengan pleura parietal.

Udara masuk melalui robekan dinding alveoli seterusnya ke interstitial paru

dan pleura
Udara menyusuri septa antara lobus terus ke arah sentral :

pneumomediastinum, pneumotoraks dan emfisema subkutan


Udara ke arah perifer, akan menimbulkan bleb subpleura. Bleb robek ke arah
pleura akan menimbulkan pneumotoraks
- Penderita tanpa bleb : robekan terjadi pada titik perlekatan antara
-

pleura viseralis dan parietalis


Paru bagian atas > terserang oleh karena iskemia atau peningkatan

distensi alveoli di apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih negatif
4.5 Diagnosis Pneumotoraks
a. Anamnesis :
Sesak nafas (didapatkan pada 80-100% kasus) saat inspirasi
Nyeri dada ( didapatkan pada 75-90% kasus) biasanya unilateral
Batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% kasus)
Silent ( didapatkan 5-10%)
b. Pemerikasaan fisik
Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan
dan gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan
takikardia berat, hipotensi serta pada pemeriksaan toraks ditemukan:
Inspeksi
: dinding dada yang terkena tertinggal pada pergerakan, pergeseran
mediastinum atau trakea ke arah paru yang sehat, asimetris dan dada
Palpasi

lebih cembung
: vokal fremitus menurun pada hemitoraks yang terkena

Perkusi

: bisa normal atau meningkat (hipersonor) pada hemitoraks yang

Auskultasi

terkena
: VBS menurun, Vocal resonan menurun sampai menghilang

4.6 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang :
Analisis gas darah arteri memberikan gambaran hipoksemia meskipun pada

kebanyakan pasien sering tidak diperlukan.


Pada pemeriksaan foto toraks bisa didapatkan daerah hiperlusen, corakan
vaskular paru menghilang, dengan garis paru pada sisi medial

Hilangnya suara pernafasan dapat mengindikasikan bahwa paru tidak memenuhi


rongga dada. Tanda ini disertai oleh hipersonor pada pemeriksaan perkusi di dinding
dada menambah dugaan pneumotoraks. Jika tanda-tanda pneumotoraks meragukan
maka dilakukan foto rontgen. Terlihat gambaran yang khas; bagian yang
berisi udara akan tampak hiperlusen (lebih gelap) tanpa corakan
jaringan paru. Jaringan paru yang menguncup terlihat di daerah
hilus

dengan

garis

batas

yang

sangat

harus.

Juga

terlihat

mediastinum beserta isinya terdorong ke sisi yang sehat. Apabila


disertai darah atau cairan, maka akan tampak garis batas mendatar
yang merupakan batas antara udara dan cairan

(3,4,5)

.Pada posisi supine

rontgen akan didapatkan deep sulcus sign, yang dikarakteristikan sebagai sudut
rendah lateral dari costophrenicus pada sisi yang terinfeksi. Tempat di mana rusuk dan
diafragma bertemu terlihat lebih rendah pada rontgen dengan deep sulcus sign
memberikan diagnostik pneumotoraks.

Foto R pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah


merupakan bagian paru yang kolaps

4.7 Cara menentukan luas Pneumotoraks


Penghitungan luas pneumotoraks ini berguna terutama dalam penentuan
jenis kolaps, apakah bersifat parsialis ataukah totalis. Ada beberapa cara
yang bisa dipakai dalam menentukan luasnya kolaps paru, antara lain :
1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks,
dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai
volume kubus (2).
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan
diameter kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah
8cm, maka rasio diameter kubus adalah :
83
512
______
= ________ = 50 %
103
1000
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal,
ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis
horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada
garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh

(2)

% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
x 10
3
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan
=

__________________

luas hemitoraks (4).


(L) hemitorak (L) kolaps paru
(AxB) - (axb)
_______________
x 100 %
AxB
4.8 Klasifikasi
Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi :1
1. Pneumotoraks spontan
a. Pneumotoraks spontan primer

Pneumotoraks spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara


dekat pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan bahwa pasien
pneumotoraks spontan yang parunya direseksi tampak adanya satu atau dua ruang
berisi udara dalam bentuk bulla yang dibatasi pleura fibrotik yang menebal, sebagian
oleh jaringan fibrosa paru sendiri sebagian lagi oleh jaringan paru emphiematous.
Proses terbentuknya bulla belum diketahui, banyak pendapat menyatakan
terjadinya kerusakan bagian apeks paru berhubungan dengan iskemia atau
peningkatan distensi pada alveoli di daerah apeks patu akibat tekanan pleura yang
lebih negatif. Pecahnya alveoli berhubungan dengan obstruksi check-valve pada
saluran nafas kecil sehingga timbul distensi tuang udara bagian distalnya.
Postur tubuh yang tinggi, astenik dan kebiasaan merokok maupun bekas perokok
merupakan faktor predisposisi PSP. Pada perokok atau bekas perokok mudah terjadi
pengumpulan sekret atau mukus sehingga terjadi obstruksi atau atelektasis.
Faktor keturunan juga ikut mempengaruhi timbulnya PSP. Paru kanan lebih sering
(55%) daripada paru kiri sedang pneumotoraks bilateral ditemukan hanya 2%.
b. Pneumothoraks spontan sekunder
Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru dasarnya (underlying lung disease).
Beberapa penyakit yang sering menjadi penyebab pneumothoraks antara lain PPOK
tipe emfisema dan tuberkulosis paru.
2. Pneumothoraks traumatik non iatrogenik
Terjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam di
dinding dada.
3. Pneumotoraks iatrogenik
Terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut,
misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleura, dll
4.9 Penatalaksaan
Penatalaksanaan bertujuan :
1. Menghilangkan udara dalam rongga pleura
2. Menurunkan atau mencegah kemungkinan terjadinya pneumotoraks spontan
berulang
Penatalaksanaan pneumotoraks (bergantung dari derajat atau luasnya
pneumotoraks tersebut) mulai dari yang ringan sampai dengan berat adalah sebagai
berikut:
-

Non operatif
a. Observasi

Pasien dengan luas pneumotoraks <15% saja yang dapat dilakukan terapi observasi
ini, karena proses absorbsi ini berjalan lambat dan bertahap. Kirtchel dan Swartzel
melaporkan bahwa 1,25% udara dalam rongga pleura diabsorbsi selama 24 jam.
b. Pemberian O2
Pemberian O2 mempercepat rasio absorbsi udara rongga pleura. Berdasarkan
penelitian pada pasien dengan pneumotoraks spontan yang diberi oksigen konsentrasi
tinggi memperlihatkan absorbsi udara rongga pleura 4 kali lebih cepat.
c. Aspirasi
Aspirasi dilakukan dengan cara menusukkan jarum melalui dinding dada sampai
masuk ke rongga pleura, sehinggta tekanan udara positif pada rongga pleura akan
keluar melalui jarum tersebut. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan luas
pneumotoraks >15%.
d. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan
troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan
melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea
mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga
ke-2 di garis mid klavikula.
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga
pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan
pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca
yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut

(3),

(4)

.
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif.

Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O,
dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut
dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama
24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa
belum bisa dicabut. Untuk WSD dicabut apabila ketika pasien disuruh untuk batuk,
undulasi cairan pada botol WSD sudah tidak terdapat lagi. Untuk mengevaluasi
keberhasilan WSD dalam mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan

rontgen kembali dan pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan
ekspirasi maksimal (2).
Indikasi WSD
-

Large primary spontaneus pneumothorax ( 15%)


Spontaneous secondary pneumothorax
Traumatic pneumothorax
Progessively enlarging pneumothoraces
Pneumothorax in the setting of mechanical ventilation

Pencabutan WSD
Setelah paru mengembang, yang ditandai terdengarnya kembali
suara nafas dan dipastikan dengan foto toraks, maka selang WSD
diklem selama 13 hari. Pengembangan paru secara sempurna selain
dapat dilihat pada foto toraks biasanya
dapat diperkirakan jika sudah tidak terdapat undulasi lagi pada
selang WSD. Apabila setelah diklem selama 13 hari paru tetap
mengembang, maka WSD dapat dicabut. Pencabutan selang WSD
dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal

(3,5)

Indikasi pengangkatan WSD


Paru-paru sudah reekspansi (mengembang sempurna) yang ditandai dengan :

Tidak ada undulasi

Tidak ada cairan yang keluar

Tidak ada gelembung udara yang keluar

Tidak ada kesulitan bernafas

Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

Operatif
e. Pleurodesis
Dilakukan pada pneumotoraks berulang atau habitualis. Dilakukan dengan
merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral.
f. Torakoskopi

Torakoskopi merupakan suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam


rongga toraks menggunakanalat bantu torakoskop. Torakoskopi bisa untuk
diagnosis maupun untuk terapi.
g. Torakotomi
Torakotomi adalah operasi pembukaan rongga toraks kemudian
dilanjutkan dengan penjahitan fistel pada pleura. Operasi ini
diindikasikan pada kasus pneumotoraks kronik, pneumotoraks yang
berulang 3 kali atau lebih, pneumotoraks bilateral, serta jika
pemasangan WSD mengalami kegagalan (paru tidak mengembang
atau terjadi kebocoran udara yang menetap

(1,4)

Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan
terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru

diberi OAT,

terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan


bronkodilator (4).
2. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat (4).
3. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema(3).
Rehabilitasi
1. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan
secara tepat untuk penyakit dasarnya.
2. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu
keras.
3. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan
ringan.

4.10

Prognosis

Prognosis pneumotoraks dipengaruhi oleh kecepatan penanganan


dan kelainan yang mendasari timbulnya pneumotoraks. Hampir
semua penderita dapat diselamatkan jika penanganan dapat

dilakukan secara dini

(1,3)

. Sekitar separuh kasus pneumotoraks

spontan akan mengalami kekambuhan. Tidak ditemukan komplikasi


jangka panjang setelah tindakan penanganan yang berhasil

(4)

pada perokok 50%


pneumotoraks spontan dengan observasi atau pemasangan tube torakal 30%
pada terapi bedah jarang kambuh

HYDROPNEUMOTHORAX
MANIFESTASI KLINIS
-

Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba,

nyerinya tajam dan dapat menimbulkan rasa kencang di dada.


Nafas yang pendek
Nafas yang cepat
Batuk
Lemas
Pada kulit bisa ada keluhan sianosis

DIAGNOSIS
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk batuk. Rasa
nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat
ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan
apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan
batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai
empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai
penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.
Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri,
bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali
Gambaran Radiologi
Pada gambaran radiologi hidropneumothorax merupakan perpaduan antara gambaran
radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada hidropneumothorax cairan pleura
selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus maka

akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis
mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada
hidropneumothorax ini ruang pleura sangat translusen dengan tak tampaknya
gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura
visceralis yang membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen
menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang
menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.

BAB V
ANALISA KASUS

Anda mungkin juga menyukai