PENDAHULUAN
Pneumotoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
potensial diantara pleura viseralis dan pleura parietalis. Pada keadaan normal rongga
pleura dipenuhi paru-paru yang mengembang saaat inspirasi disebabkan karena
adanya tegangan permukaan (tekanan negatif) antara kedua permukaan pleura, adanya
udara pada rongga potensial di antara pleura viseralis dan pleura parietalis
menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalam
rongga pleura tersebut, semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura
akan menyebabkan paru-paru menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang
masuk meningkat tekanan pada intrapleura. Secara otomatis terjadi juga gangguan
pada proses perfusi oksigen ke jaringan atau organ, akibat darah yang menuju ke
dalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses oksigenasi
tidak terjadi.
Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan ataupun traumatik. Pneumotoraks
spontan dibagi menjadi primer dan skunder, primer jika penyebabnya tidak diketahui,
sedangkan skunder jika terdapat latar belakang penyakit paru. Pneumotoraks
traumatik dibagi menjadi pneumotoraks traumatik iatrogenik dan bukan iatrogenik,
serta ada juga yang mengklasifikasikan berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu,
pneumotoraks terbuka (open pneumotoraks) dan pneumotoraks terdesak (tension
pneumotoraks). Pneumotoraks merupakan suatu cedera udara yang umum di temukan
pada kejadian trauma diluar rumah sakit, serta merupaka kegawat daruratan yang
harus diberikan penanganan secepat mungkin untuk menghindari dari kematian.
Insiden pneumotoraks sulit diketahui secara pasti dipopulasim dikarenakan
pada literatur-literatur, angka insiden di masukan pada insiden cedera dada atau
trauma dada. Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien yang menderita
trauma, merupakan pasien pneumotoraks, pria lebih banyak dari wanita dengan
perbandingan 5:1 dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun).
Pneumotoraks spontan primer (PSP) sering juga dijumpai pada individu sehat, tanpa
riwayat penyakit paru sebelumnya, banyak penelitian dan teori telah dikemukakan
untuk mencoba menjelaskan tentang apa yang sebenarnya penyebab dasar dari
pneumotoraks tipe ini. Ada teori yang menyebutkan , disebabkan oleh faktor
kongenital, yaitu terdapat bula pada subpleura viseralm yang suatu saat akan dapat
BAB II
STATUS PASIEN
Nama ko Asisten : Ratu Suci Anggraini
Tanda tangan:
: Tn.Y
Umur
: 21 tahun
Pekerjaan
:-
Alamat
Status pernikahan
: Belum menikah
Agama
: Islam
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Karyawan swasta
2.2 Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis tanggal 14 Januari 2015 pukul 12.30 WIB
di bangsal P. Sangeang, RSAL Dr. Mintohardjo.
A. Keluhan Utama Sekarang
rumah sakit
B. Keluhan tambahan
bulan april 2014 dan berulang . Sesak bersifat hilang timbul, sesak timbul
terutama saat beraktivitas seperti naik turun tangga, mengendarai motor saat
malam hari dan tidur posisi miring ke kanan dan merasa nyaman ketika
istirahat dengan posisi tidur terlentang. Sesak dirasakan terutama pada dada
sebelah kanan dan dirasakan seperti tertimpa beban berat terutama sesak
dirasakan bila menarik ketika menarik nafas. Saat sesak OS merasakan nyeri
dada sebelah kanan, nyeri dada dirasakan seperti tertimpa beban berat dan
berlangsung bersamaan dengan sesak dan punggung kanan terasa pegal, OS
menyangkal adanya nyeri pada punggung kiri dan tangan kiri. Os mengatakan
sesak yang dirasakan sama berat saat menarik dan membuang nafas, os
menyangkal adanya batuk-batuk sebelum sesak, adanya suara mengi seperti
ngiik dan demam. BAB dan BAK normal.
Sesak yang dirasakan berulang terutama sejak 9 bulan belakangan ini, hilang
timbul.
D. Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu (RPD)
Pasien pertama kali dirawat pada awal April tahun 2014 dengan keluhan sesak nafas
yang dirasakan sejak.. pasien dirawat di RSAL selama dan oleh dikatakan paruparu pasien menguncup atau kolaps dan direncankan untuk pemasangan wsd agar
mengembang kembali.
Asma (-) Maag (-) DM (-) Hipertensi (-)
E. Riwayat Kehidupan Pribadi,Sosial dan Kebiasaan
Os tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol. Os mengaku sering
mengendarai motor pada malam hari dan rajin berolahraga.
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga Os yang menderita keluhan yang sama, riwayat Asma (-)
Maag (-) DM (-) Hipertensi (-) disangkal
Suhu
Nadi
RR
: 36,5 C
: 72 kali/menit isi cukup, regular
: 20 kali/menit
4. Status Generalis
Kepala
: normocefali, simetris, deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Leher
: KGB tidak teraba membesar.
Thorax
- Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I/II Reguler, gallop-, murmur Paru
Inspeksi
Kiri
Kanan
Depan
Simetris saat statis dan
dinamis
Belakang
Simetris saat statis dan
dinamis
Palpasi
Kiri
Perkusi
Kanan
Kiri
kanan
Kiri
Kanan
Auskultas
i
Inspeksi
Abdomen
sekitarnya.
-Auskultasi
-
: Dinding perut
: Supel, NTE (+)
Turgor kulit
: Baik
Hati
: Teraba membesar 2 jari dibawah arcus costae
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
-Perkusi
dullness (-)
Ekstremitas
-
Inspeksi
Palpasi
: 92 mg/dL
Fungsi Hati
SGOT
: 16 U/I
eritrosit
Hemoglobin
Fungsi Ginjal
Ureum
: 21
Pemeriksaan Sputum
: 4.31 juta/uL
: 12.3 g/dL
SGPT
: 20 U/I
Kreatinin
: 1.0
2.5 Resume
2.6 Daftar Masalah
2.7 Diagnosis Kerja
Pneumotoraks Spontan Primer berulang
2.8 Penatalaksanaan
BAB III
FOLLOW UP
S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 130/90 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015 ( hari ke 2)
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 120/80 N : 72 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015 ( hari ke 3)
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
berulang
primer
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
dextra Pneumotorax spontan
berulang
P:
primer
dextra
P:
-
IVFD RL 8 tpm
O2 2-4 liter nasal kanul
Asam mefenamat tab
3x500 mg
Cefotaxim Inj 2x 2 gr
Levofloxacin drip 1x
500 mg
Terpasang
continous
suction hari ke 2
IVFD RL 8 tpm
O2 2-4 liter nasal kanul
Asam mefenamat tab
3x500 mg
Cefotaxim Inj 2x 2 gr
Levofloxacin drip 1x
500 mg
Rencaana Foto thorax
ulang
Rencana pasang WSD
ulang
S:
nyeri ditempat penusukan WSD . Sesak
(+) terkadang
O:
KU tampak sakit ringan
TD 110/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
19 kali/menit
Terpasang WSD sejak tanggal 12-012015
Warna cairan kemerahan
Bubble (+)
Kekuatan :
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n
n
S: Os kembali dirawat pada tanggal 1901-2015 (post WSD ulamg paru tidak
mengembang)
dan
direncanakan
pemasangan WSD ulang. Sesak (-)
KU tampak sakit ringan
TD 120/80 N : 80 kali/menit S: 36 C RR:
20 kali/menit
Terpasang WSD ulang pada tanggal 1901-2015 pada ICS
Warna cairan pleura kemerahan 100 cc
Bubble (+)
Undulasi (+)
Kekuatan : 17 mmHg
PARU
Auskultasi :
Suara Nafas
n
n
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
berulang
primer
dextra Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
P:
Pneumotorax spontan primer dextra
- Venflon
residif
- O2 2-4 liter nasal kanul
- Asam mefenamat tab P:
3x500 mg (k/p)
- Venflon
- Levofloxacin drip 1x
- O2 2-4 liter nasal kanul
500 mg
- Tramadol tab 2x50 mg
- Terpasang
continous
- Terpasang WSD de
suction hari ke 4
ngan continous suction
rencana pemindahan WSD ke ICS III/IV
hari ke 1 kekuatan 17
tetapi OS masih belum mau.
mmHg
-bila os minta pulang wajib ada surat
- Rencana rontgen thoras
pernyataan pulang paksa
ulang
OS Pulang Paksa dan kembali dirawat
19-1-2015
Tanggal 20 Januari 2015
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD.
Meriang (+) demam (-) mual (-) muntah
(-) sesak (-)
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Nyeri pada dada kanan
bawah terutama saat bangun dari tempat
tidur.
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan
residif
primer
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 3 kekuatan 17
mmHg
Spooling WSD
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
- Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 2 kekuatan 17
mmHg
- Spooling WSD
Warna cairan pleura jernih 300 cc
Warna cairan pleura kemerahan 200 cc
Undulasi (+)
Undulasi (+)
Tanggal 22 Januari 2015
dextra
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Batuk berdahak (+)
dahak berwarna keputihan . dada terasa
agak berat ketika batuk. Sesak (-)
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD
sudah berkurang. Batuk berdahak (-)
KU tampak sakit sedang
TD 120/90 N : 80 kali/menit S: 362 C RR:
16 kali/menit
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD
P:
Abdomen
BU (+) NTE (-)
dextra
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg P:
(k/p)
- venflon
- Terpasang WSD de
- O2 2-4 liter nasal kanul
ngan continous suction
- Tramadol tab 2x50 mg
hari ke 4 kekuatan 17
(k/p)
mmHg
- Terpasang WSD de
- Spooling WSD
ngan continous suction
- Rencana foto thoraks
hari ke 5 kekuatan 17
ulang
mmHg
Warna cairan pleura jernih 200 cc
- Spooling WSD
Undulasi (+)
Warna cairan pleura jernih
Undulasi (+)
-
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)
S:
Nyeri pada tempat pemasangan WSD (-)
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
COR
S1 S2 regular, gallop (-) murmur (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
Abdomen
BU (+) NTE (-)
A:
Pneumotorax spontan primer
residif post pemasangam WSD
P:
-
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
P:
- Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 6 kekuatan 17
mmHg
- OAT 4 FDC
- B6 10 mg 0-0-1
- Spooling WSD
- Rencana thorax foto
ulang posisi lateral
kanan
dan
lateral
decubitus kanan
Dilakukan pungsi, didapatkan cairan Cairan pleura (-)
pleura berwarna kuning sebanyak 5cc+ Undulasi (+)
udara
Warna cairan pleura jernih
Undulasi (+)
BAB IV
dextra
venflon
O2 2-4 liter nasal kanul
Tramadol tab 2x50 mg
(k/p)
Terpasang WSD de
ngan continous suction
hari ke 6 kekuatan 17
mmHg
OAT 4 FDC
B6 10 mg 0-0-1
Spooling WSD
Tinjauan Pustaka
Pneumotoraks
4.1 Definisi
Pneumotoraks merupakan suatu kondisi dimana terdapatnya udara dalam rongga
pleura. Pada kondisi normal, rongga pleura tidak terisi oleh udara sehingga paru-paru
dapat kempang kempis. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh :3
1. Robeknya pleura viseralis sehingga saat inspirasi udara yang memasuki
alveolus akan memasuki rongga pleura. Pneumotoraks seperti ini disebut
dengan closed pneumotoraks. Apabila kebocoran pleura viseralis berfungsi
sebagai katup, maka udara yang masuk saat inspirasi tidak bisa keluar lagi dari
cavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya udara semakin lama semakin
banyak sehingga mendorong mediastinum ke arah kontralateral dan
menyebabkan terjadinya tension pneumotoraks.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antara kavum pleura dan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar
dari 2/3 diameter trakea, maka udara cenderung melewati lubang tersebut
dibandingkan dengan traktus respiratorius yang sebenarnya. Pada saat inspirasi,
tekanan dalam rongga dada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum
pleura lewat lubang tadi dan menyebabkan paru kolaps pada paru ipsilateral.
Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum
pleura keluar melalui lubang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai open
pneumotoraks.
dan pleura
Udara menyusuri septa antara lobus terus ke arah sentral :
distensi alveoli di apeks paru akibat tekanan pleura yang lebih negatif
4.5 Diagnosis Pneumotoraks
a. Anamnesis :
Sesak nafas (didapatkan pada 80-100% kasus) saat inspirasi
Nyeri dada ( didapatkan pada 75-90% kasus) biasanya unilateral
Batuk-batuk (didapatkan pada 25-35% kasus)
Silent ( didapatkan 5-10%)
b. Pemerikasaan fisik
Pada pneumotoraks yang kecil, biasanya hanya menimbulkan takikardia ringan
dan gejala yang tidak khas. Pada pneumotoraks yang besar, biasanya didapatkan
takikardia berat, hipotensi serta pada pemeriksaan toraks ditemukan:
Inspeksi
: dinding dada yang terkena tertinggal pada pergerakan, pergeseran
mediastinum atau trakea ke arah paru yang sehat, asimetris dan dada
Palpasi
lebih cembung
: vokal fremitus menurun pada hemitoraks yang terkena
Perkusi
Auskultasi
terkena
: VBS menurun, Vocal resonan menurun sampai menghilang
dengan
garis
batas
yang
sangat
harus.
Juga
terlihat
(3,4,5)
rontgen akan didapatkan deep sulcus sign, yang dikarakteristikan sebagai sudut
rendah lateral dari costophrenicus pada sisi yang terinfeksi. Tempat di mana rusuk dan
diafragma bertemu terlihat lebih rendah pada rontgen dengan deep sulcus sign
memberikan diagnostik pneumotoraks.
(2)
% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
x 10
3
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan
=
__________________
Non operatif
a. Observasi
Pasien dengan luas pneumotoraks <15% saja yang dapat dilakukan terapi observasi
ini, karena proses absorbsi ini berjalan lambat dan bertahap. Kirtchel dan Swartzel
melaporkan bahwa 1,25% udara dalam rongga pleura diabsorbsi selama 24 jam.
b. Pemberian O2
Pemberian O2 mempercepat rasio absorbsi udara rongga pleura. Berdasarkan
penelitian pada pasien dengan pneumotoraks spontan yang diberi oksigen konsentrasi
tinggi memperlihatkan absorbsi udara rongga pleura 4 kali lebih cepat.
c. Aspirasi
Aspirasi dilakukan dengan cara menusukkan jarum melalui dinding dada sampai
masuk ke rongga pleura, sehinggta tekanan udara positif pada rongga pleura akan
keluar melalui jarum tersebut. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan luas
pneumotoraks >15%.
d. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan
troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan
melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea
mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga
ke-2 di garis mid klavikula.
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga
pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih
tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan
pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi ujung pipa kaca
yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut
(3),
(4)
.
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif.
Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O,
dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut
dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama
24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa
belum bisa dicabut. Untuk WSD dicabut apabila ketika pasien disuruh untuk batuk,
undulasi cairan pada botol WSD sudah tidak terdapat lagi. Untuk mengevaluasi
keberhasilan WSD dalam mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan
rontgen kembali dan pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan
ekspirasi maksimal (2).
Indikasi WSD
-
Pencabutan WSD
Setelah paru mengembang, yang ditandai terdengarnya kembali
suara nafas dan dipastikan dengan foto toraks, maka selang WSD
diklem selama 13 hari. Pengembangan paru secara sempurna selain
dapat dilihat pada foto toraks biasanya
dapat diperkirakan jika sudah tidak terdapat undulasi lagi pada
selang WSD. Apabila setelah diklem selama 13 hari paru tetap
mengembang, maka WSD dapat dicabut. Pencabutan selang WSD
dilakukan dalam keadaan ekspirasi maksimal
(3,5)
Operatif
e. Pleurodesis
Dilakukan pada pneumotoraks berulang atau habitualis. Dilakukan dengan
merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral.
f. Torakoskopi
(1,4)
Pengobatan Tambahan
1. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan
terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru
diberi OAT,
4.10
Prognosis
(1,3)
(4)
HYDROPNEUMOTHORAX
MANIFESTASI KLINIS
-
Biasanya akan ditemukan adanya nyeri dada yang terjadi secara tiba-tiba,
DIAGNOSIS
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk batuk. Rasa
nyeri dan sesak nafas ini makin lama dapat berkurang atau bertambah hebat. Berat
ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan
apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Rasa sakit bertambah waktu bernafas dan
batuk. Sakit dada biasanya akan berangsur-angsur hilang dalam waktu satu sampai
empat hari.
Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang jarang bila tidak disertai
penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak produktif.
Keluhan.keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendirisendiri,
bahkan ada penderita pneumotoraks yang tidak mempunyai keluhan sama sekali
Gambaran Radiologi
Pada gambaran radiologi hidropneumothorax merupakan perpaduan antara gambaran
radiologi dari efusi pleura dan pneumothorax. Pada hidropneumothorax cairan pleura
selalu bersama-sama udara, maka meniscus sign tidak tampak. Pada foto lurus maka
akan dijumpai air fluid level meskipun cairan sedikit. Pada foto tegak terlihat garis
mendatar karena adanya udara di atas cairan. Gambaran radiologi pada
hidropneumothorax ini ruang pleura sangat translusen dengan tak tampaknya
gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak garis putih tegas membatasi pleura
visceralis yang membatasi paru yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen
menutupi paru bawah, dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang
menyebabkan sinus costofrenikus menumpul.
BAB V
ANALISA KASUS