Bab V BPS
Bab V BPS
5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.
Area yang berresiko tinggi berdasarkan perhitungan data sekunder, survey EHRA
dan persepsi SKPD meliputi 3 Kecamatan di 8 kelurahan, dimana 3 kelurahan
diantaranya sudah ada program dari pemerintah kota untuk system pengolahan
limbah cair secara terpusat (IPAL Komunal). Ketiga kelurahan tersebut adalah
Mergosono, Ciptomulyo dan Samaan. Dalam konteks partisipasi masyarakat di
ketiga kelurahan juga tergolong tinggi. Karena masyarakat dilibatkan dalam
pelaksanaan pembangunan hingga pemeliharaan dengan membentuk badan
pengelola yang disebagian tempat disebut Lembaga Pengelola Prasarana
Lingkungan (LPPL) yang dikuatkan dengan SK Walikota.
Sementara itu, untuk kelurahan lain yang masuk dalam kategori resiko tinggi juga
pernah mendapat program air bersih dari dinas PU, dimana sekarang di kelurahankelurahan tersebut telah dibentuk Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) sebagai
badan pengelolanya. Untuk melihat lebih lanjut partisipasi masyarakat di daerah
beresiko tinggi, dapat dilihat dari table di bawah ini.
Nama
Kelurahan
Samaan
Subsektor
Limbah Cair
Mendapat
bantuan 3 unit
IPAL dari PU dan
DKP.
Masy
membayar
amprah
200
rb/KK
dan
membiayai
sendiri
penyambungan
SR
sebesar
500rb.
Ada
badan pengelola
yang
mengkoordinir
iuran tiap bulan
dari masy dan
melakukan
perawatan IPAL
Subsektor
Limbah Padat
Subsektor
Drainase
Subsektor Air
Bersih
Sukoharjo
Pernah
ada
survey
pembangunan
IPAL
tetapi
karena tidak ada
lahan,
maka
belum ada tindak
lanjut
Mergosono
Mendapat
bantuan
IPAL.
Masyarakat
amprah
200rb
dan membiayai
penyambungan
SR
sebesar
500rb.
Ada
badan pengelola
(LPPL)
dengan
SK Walikota yg
bertugas
merawat
IPAL
serta mengkoord
iuran
warga.
Besar
iuran
2000/KK/bln
dengan
porsi
60% utk juru
kunci;
30%
perbaikan; 10%
juru pungut.
Wonokoyo,
Tlogowaru,
Buring
Ciptomulyo
Mendapat
bantuan dari PU
saluran
air
minum dan telah
dibentuk HIPAM
untuk melakukan
perawatan
fasilitas
dan
mengkoordinir
iuran
bulanan
warga.
(data
lengkap
akan
dikirim Pak Joko
PU-CK
Mendapat
bantuan
IPAL
Masyarakat
membentuk
pasukan
pengangkut
sampah sendiri
yang
dibiayai
dari
iuran
bulanan sampah.
Ditunjang
juga
dengan
BKM
yang
mensupport
20
gerobak sampah.
sebesar 86%. Persentase ini merupakan persentase yang terbesar dan jauh lebih
besar dibandingkan dengan jenis media yang lain. Seperti misalnya urutan kedua,
yakni jenis media surat kabar, persentasenya hanya 6%. Lalu urutan berikutnya
adalah radio sebesar 3.7%. Papan pengumuman sebagai salah satu sarana
komunikasi hanya menempati urutan ke 6 dengan persentase hanya sebesar 0.3%.
5.3.2. Televisi
Stasiun televisi mana yang sering dilihat? Sebagian besar responden, yakni sebesar
34.7 persen menyatakan paling sering menonton stasiun RCTI. Lalu kemudian
disusul Indosiar sebesar 24,3% dan SCTV sebesar 23.9%. Sementara stasiun televisi
lainnya berada pada angka di bawah 5%. Hal itu seperti terjadi pada : TVRI (3,9%),
Anteve (2,4%), TPI 2,4% dan Metro TV (1,2%). TV lokal sendiri hanya mendapat
porsi sebesar 2.2%, walaupun itu belum dirinci lagi lebih jauh, stasiun televisi lokal
mana yang terbesar berkontribusi dalam menjaring perhatian penonton.
Apa tayangan yang sering dilihat? Lebih dari separo responden (57.8%) menyukai
tayangan sinetron. Hal ini sesuai dengan tipikal kaum ibu pada umumnya yang
memang
diindikasikan
sangat
menyukai
tayangan-tayangan
sinetron.
Selain
sinetron, berita di televisi menjadi pilihan terbanyak kedua, yaitu 26.5%. Ini
merupakan hamper separuh dari jumlah responden yang menyukai tayangan
sinetron. Persentase yang cukup besar ini sebenarnya merupakan suatu keuntungan
tersendiri bagi Kota Malang, dimana itu berarti terbukanya kesempatan untuk
mensosialisasikan isu-isu pembangunan, seperti sanitasi, kepada kaum perempuan
melalui tayangan berita di televisi. Persentase ini juga mengindikasikan bahwa
kesadaran
perempuan
dalam
mengikuti
perkembangan
pembangunan
di
musik
dan
sejenisnya dengan
mendatangkan
artis-artis.
Dengan
kemasan acara seperti itu, daya tarik acara sosialisasi atau kampanye menjadi
relative tinggi dan mempunyai kemungkinan besar untuk dihadiri oleh kaum
perempuan.
5.3.3. Surat Kabar
Walaupun bukan sebagai media informasi utama, surat kabar di kota Malang,
tampaknya perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai salah satu
media/jalur komunikasi. Peringkatnya di nomor dua, sebagai sumber media
informasi utama di kota Malang dengan persentase sebesar 6% tentunya bukan hal
yang mudah untuk diabaikan. Oleh karena itu surat kabar di kota Malang perlu
dilihat lebih dalam lagi dalam hal komposisinya. Tabel di atas memperlihatkan
bahwa dari 6% penduduk kota Malang yang menggunakan surat kabar sebagai jalur
referensi atau informasi utama, ternyata 70,5% nya dikuasai oleh Jawa Pos. Lalu
diurutan kedua ditempati oleh Kompas (8.6%). Sebenarnya posisi Kompas adalah
ketiga setelah kategori lainnya, namun secara sendiri-sendiri, surat kabar Kompas,
memang lebih unggul dari surat kabar dalam kategori lainnya itu. Lalu berikutnya
ada Radar Malang dan Malang Pos yang mengambil pangsa pasar sebesar 2.2% dan
2.3%.
Dari data ini terlihat bahwa dominasi Jawa Pos dalam persuratkabaran di Jawa Timur
memang tidak tertandingi. Oleh karena itu upaya untuk mengkampanyekan sanitasi
di Kota Malang, khususnya, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus
memperhatikan Jawa Pos. Dengan pemuatan materi-materi sanitasi di Jawa Pos,
kemungkinan pesan-pesan yang terkandungnya akan sampai itu amat besar.
5.3.4. Radio
Jika persuratkabaran dikuasai oleh Jawa Pos Grup, maka diradio, konstelasi pemirsa
radio cenderung merata dengan sebagian pangsa pendengar dikuasai oleh Radio
milik pemerinah. Terlihat bahwa responden yang mendengarkan RRI ada sebesar
23%, lalu disusul diurutan berikutnya Radio Puspita (15,1%), Radio KDS 8 (10,5%),
dan Kalimaya Baskara sebesar 7,6%. Diluar empat radio dengan persentase
terbesar itu, radio-radio lainnya yang memiliki pangsa pendengar antara 2% sampai
dengan 4% yaitu : Tidar Sakti, Masjid FM, Gita FM, dan RCB. Selanjutnya radio-radio
yang lain mempunyai pendengar antara 0.6% sampai dengan 1.3% terdiri dari
sekitar 7 radio.
Jika dikaitkan dengan table sumber informasi utama, tampaknya radio juga perlu
untuk dipertimbangkan. Persentase sebesar 3,7% itu merupakan angka yang
relative cukup besar. Oleh karena itu dalam upaya-upaya kampanye sanitasi
tampaknya perlu disiapkan juga anggaran untuk kampanye melalui radio. Akan
tetapi dalam implementasinya mungkin empat radio yang perlu diutamakan untuk
digunakan sebagai saluran komunikasi, yaitu : RRI, Radio Puspita, Radio KDS, dan
Kalimaya
Baskara.
Radio-radio
lainnya
mungkin
dapat
digunakan
dengan
sebagian lainnya khusus untuk perempuan, dan adapula yang khusus untuk para
pendengar yang sudah berusia lanjut, dan lain sebagainya. Di samping itu, lokasi
radio-radio tertentu pun sering agak terpencil dan mempunyai format siaran yang
sangat kental muatan lokalnya. Oleh karena itu walaupun persentase pendengarnya
relative kecil, namun dengan mempertimbangkan hal-hal khusus itu tadi, maka
kerjasama dengan radio-radio khusus tadi juga tampaknya perlu dijalin.
5.3.5. Papan Pengumuman
Saluran komunikasi yang seringkali ditemui di berbagai daerah, khususnya di dekat
tempat ibadah maupun kantor kelurahan adalah papan pengumuman. Diharapkan
masyarakat sekitar kelurahan akan mudah mengakses berbagai informasi melalui
papan-papan pengumuman ini. Namun dalam kenyataannya hal ini bertolak
belakang
dengan
memperlihatkan
kenyataan
bahwa
78.3%
sesungguhnya.
responden
tidak
Hasil
penelitian
pernah
lapangan
membaca
papan
pengumuman di kelurahan. 9.3% responden membaca hanya satu kali, dan 5,6%
membaca antara satu hingga tiga kali. Sedangkan yang seringkali membaca hanya
sebanyak 6.4%.
Dengan konstelasi seperti ini, maka walaupun tetap penting dilakukan, akan tetapi
kampanye melalui papan pengumuman mungkin tidak tepat dijadikan sarana
utama kampanye sanitasi. Dalam hal ini kampanye melalui papan pengumuman
mungkin hanya dapat dijadikan sebagai sarana penunjang kampanye sanitasi.
Tingkat kepentingannya akan meningkat apabila kampanye sanitasi yang dilakukan
memang dikhususkan untuk wilayah prioritas kampanye sanitasi saja.
intensitas
interaksi
antara
sanitarian
dan masyarakat,
dan
lain
sebagainya. Kesemuanya itu saling terkait satu sama lain. Wilayah yang luas
dengan jumlah sanitarian yang terbatas menyebabkan daya jangkau dan intensitas
interaksi antara masyarakat dan sanitarian tentunya semakin terbatas. Kekosongan
inilah yang kemudian diisi oleh para aparat pemerintahan, baik dari tingkat RT/RW
hingga kelurahan.
Oleh karena itu, dalam kasus ini, maka fenomena aparat pemerintahan yang lebih
dekat
Jika kita teliti lebih dalam lagi tentang sumber informasi melalui aparat pemerintah
ini, tampak bahwa beberapa kegiatan pertemuan warga dapat dimanfaatkan oleh
para agen perubahan yang menjadi sumber informasi ini.
Sekitar 46.2% responden seringkali mengikuti arisan. Pertemuan seperti ini
biasanya diadakan bergiliran di rumah-rumah warga. Pertemuan seperti ini menarik
sebab pada pertemuan itu akan ditentukan siapa yang akan memperoleh uang
arisan yang dikumpulkan. Ini merupakan bentuk motivasi yang kuat untuk hadir ke
pertemuan itu. Selain arisan, pengajian pun menjadi jenis pertemuan yang sering
diikuti oleh para ibu-ibu di kota Malang. Persentase untuk pengajian ini mencapai
31.1%. Pengajian-pengajian seperti ini berpotensi untuk dijadikan sarana untuk
menyampaikan pesan-pesan sanitasi dan dikaitkan dengan ajaran moral atau
keagamaan. Dengan dimanfaatkannya pertemuan seperti ini, diharapkan pesanpesan tentang pentingnya sanitasi yang berkualitas akan menjadi semakin kuat dan
berpengaruh di masyarakat.
Yang menarik adalah Rapat RT hanya mempunyai persentase sebesr 3.5%. Ini
angka yang relative kecil dibandingkan arisan dan pengajian. Beberapa factor
penyebabnya mungkin terkait dengan manfaat langsung yang bisa dirasakan
masyarakat dari rapat RT tersebut. Selain itu acara rapat RT seringkali berjalan
monoton dan membosakan, di samping juga seringkali lebih mengutamakan
kehadiran para lelaki. Hal ini tentunya bukan kegiatan yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan sanitasi kepada masyarakat, khususnya para ibu-ibu.
5.3.8. Penyuluhan Kesehatan
Lalu hal lain lagi yang tampaknya tidak sesuai dengan perkiraan umum adalah
rendahnya persentase kegiatan penyuluhan kesehatan. Besar persentasenya hanya
mencapai Kegiatan seperti ini biasanya juga relative dibungkus secara kurang
menarik, kadang terlalu sarat dengan pesan-pesan dan banyak pengulanganpengulangan.
Hal-hal itulah yang kemungkinan mempengaruhi tinggi dan rendahnya persentase
masing-masing aspek. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pertemuanpertemuan yang dilakukan bersama warga, harus diancang secara matang dan
berorientasi kepada manfaat yang dapat dirasakan secara langsung. Jika tidak,
namun tampaknya variable penyuluhan/sosialisasi ini juga perlu dilihat lebih dalam.
Berbagai hal yang terkait dengan kepentingan masyarakat dapat dijadikan sebagai
tema penyuluhan. Tema-tema itu dapat diberikan secara bergantian, namun dapat
juga diberikan secara bersamaan, tergantung pada rancangan kegiatan dari
penyelenggara penyuluhan dan waku yang tersedia.
Hasil dari survey lapangan memperlihatkan bahwa tema penyuluhan yang pernah
diikuti oleh
42.5%. Lalu air bersih dengan persentase sebesar 12.4%. Air limbah dan jamban
keluarga sebesar 9.6% dan saluran air kotor/drainase sebesar 7.4%. Hasil ini
menyiratkan bahwa tema tentang sampah dan kebersihan lingkungan merupakan
tema yang paling banyak diikuti oleh responden. Apa yang menyebabkan demikian?
Tampaknya perlu dianalisis lebih jauh.
Sebagaimana diketahui sector sanitasi itu mencakup empat sub sector, yakni :
sampah, air limbah, drainase dan air bersih. Namun dalam pengelolaannya, baik
oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, empat sub sector itu dikelola
oleh dinas-dinas yang berbeda. Selain itu, selama ini, pengelolaan sector sanitasi
memang nyatanya belum terpadu. Masing-masing sub sector berjalan sendirisendiri. Mungkin inilah salah satu factor mengapa terjadi ketidak seimbangan
terpaan pada masing-masing tema sanitasi.
Ketidakseimbangan itu sendiri dapat bersumber kepada kemampuan masingmasing dinas dalam menjalankan program-programnya atau dapat juga bersumber
dari prioritas kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Amat mungkin
terjadi dinas yang satu lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan programprogramnya, sementara dinas yang lain lebih pasif sifatnya. Oleh karena itu,
masyarakat akan lebih banyak diterpa pesan-pesan dari dinas yang aktif tersebut.
Dari sisi kebijakan pun, tampaknya persoalan drainase dan air limbah memang
sering dijadikan prioritas kedua atau ketiga dibandingkan dengan masalah sampah.
Kemungkinan ini terkait dengan sifat fisik sampah yang mudah terlihat jika
pengelolaannya kurang optimal. Kebersihan dan kesehatan suatu kota atau wilayah
secara mudah dinilai dari ada tidaknya sampah yang berserakan tidak terurus.
Sementara saluran drainase dan air limbah menjadi aspek yang prioritasnya
dinomorduakan.
5.3.9. Media Publikasi
Untuk dapat mengukur saluran informasi yang tepat dalam mengkampanyekan
sanitasi, perlu disurvey juga sejauhmana efektifitas dari materi publikasi yang
biasanya disiapkan oleh pemilik program. Bentuk publikasi yang umumnya dipakai
untuk menunjang kampanye apapun biasanya terdiri dari, antara lain : spanduk,
poster,
billboard,
leaflet/selebaran,
dan
lain-lain.
Materi-materi
publikasi
ini
dengan spanduk yang hanya berisi tulisan dengan pesan-pesan tertentu yang akan
lebih mudah ditangkap dan diingat oleh responden.
Yang cukup mengherankan adalah rendahnya efektifitas billboard yang hanya
sebesar 1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena jumlah billboard yang
dipasang terlampau sedikit jumlahnya, sementara biaya pemasangannya memang
relative sangat mahal. Tentunya ini terkait dengan kemampuan dan prioritas
pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggarannya. Berbeda dengan spanduk
yang biayanya relative murah, sehingga dapat diproduksi relative banyak dan
menerpa cukup banyak masyarakat, maka billboard yang hanya sedikit ini,
tampaknya cenderung kurang diperhatikan oleh masyarakat.
dan
lain
sebagainya
juga
masih
mendapatkan
apresiasi
dari
masyarakat. Jenis-jenis kesenian tradisional seperti itu masih memiliki pemirsapemirsa yang relatif cukup banyak.
Dari survey lapangan tampak bahwa tarian dan nyanyian tradisional, walaupun
tidak diurai lebih rinci, disenangi oleh 32.1% responden Kota Malang. Nyanyian
tradisional itu sendiri mungkin bisa dalam bentuk langgam, keroncong, ngremo, dan
lain sebagainya. Sedangkan tarian tradisional dapat berbentuk sendratari atau juga
tarian tunggal. Selain tari dan lagu/nyanyian tradisional, kesenian yang bercorak
komedi/lawakan, seperti ludruk atau ketoprak mendapat persentase 27.1%. Angka
ini cukup tinggi dan menyiratkan bahwa bentuk-bentuk penyampaian pesan yang
dibawakan secara humoris dapat diterima oleh sebagian masyarakat. Oleh karena
itu dua bentuk kesenian tradisional ini dapat direkomendasikan untuk dijadikan
salah satu program pendukung kampanye sanitasi.
Adapun wayang kulit dan wayang golek, persentasenya relative kecil, yakni masingmasing 6.1% dan 1.2%. Namun dengan persentase yang rendah ini bukan berarti
bentuk kesenian tradisional seperti ini tidak dapat digunakan untuk mendukung
kampanye sanitasi. Sebagaimana disampaikan di awal, bahwa kesenian wayang itu
umumnya disukai oleh kalangan usia lanjut, maka dapat dikatakan bahwa inilah
media yang efektif untuk menjangkau masyarakat golongan usia lanjut tersebut.
Sehingga
dalam
kondisi-kondisi
tertentu
media
wayang
ini
tetap
dapat
dimanfaatkan.
Nama
Perusahaan
CV. Prayogo,
Semeru Karya,
Sawahan Jaya,
Sinar Jaya,
Abadi,
Pratama
Kegiatan
CV Penyedia layanan
CV penyedot tinja
CV
CV
CV
Keterangan
Dari keenam Cv
tersebut
yang
aktif membuang
limbah ke IPLT
hanya 3, yakni CV
Prayogo,
CV
Semeru
Karya
dan CV Pratama.
Sisanya
tidak
aktif
atau
membuang
limbah ke sungai
Perusahaanperusahaan kecil
di
sekitar
pemukiman
Bantuan pipa ke
masyarakat
untuk sambungan
rumah
(SR) ke
system
offsite
IPAL
Nama Program
- Identifikasi Potensi Pem
Tah
un
2004
Lokasi
Biaya
Lokasi Penelitian :
Jembatan Pendem s.d
Kampus
III UnMuh Malang dan
Jembatan
Kemerdekaan/Embong
Brantas
sampai Gadang
48.000.000
Kondisi
Saat Ini
-
2005
RW 01 Kelurahan
Mergosono
3.300.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
gerobak & tong
sampah di RW 01
kelurahan Mergosono
oleh PSIK
FK Unibraw minimal
selama bebera
pa kali pemakaian /
rentang waktu
tertentu tidak ada
2005
RW III Kelurahan
Gadingkasri
4.500.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
pemanfaatan
MCK selama rentang
waktu tertentu
oleh Pengurus RW III
Kel. Gading
Kasri tidak ada
2005
RW 05 Kelurahan
Mergosono
2.840.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
gerobak & tong
sampah di RW 05
kelurahan Mergosono
oleh PSIK
FK Unibraw minimal
selama bebera
pa kali pemakaian /
rentang waktu
tertentu tidak ada
2008
RW 04 Kelurahan
Mergosono
1.500.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
bantuan dana & 8 bh
Kendala
keranjang taka
kura di RW 04 Kel
Mergosono
oleh HMP FT Unibraw
minim selama
beberapa kali
pemakaian/rentang
waktu tertentu tidak
ada
HMP FT Unibraw)
Bentuk Kegiatan :
Bantuan Dana & 8 Buah
Keranjang Takakura
j
2008
Kedungkandang
750.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
tempat sampah karet
di daerah Ke
dung kandang oleh
Pengurus RW III
Kel. Kedungkandang
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada
2008
SDN Tlogomas I,
Lowokwaru
350.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
1 unit komposterr di
SDN Tlogomas
oleh KKNBS UM
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada
2008
RW V Kel. Samaan
Malang
3.000.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
1 unit alat pencacah
sampah di
RW V Kel. Samaan
oleh Pengurus
RW V Kel. Samaan
minimal selama
beberapa kali
pemakaian / rentang
waktu tertentu tidak
ada
2008
1.500.000
tdk
terpantau
- Laporan / monitoring
penggunaan
tempat sampah karet
di daerah Kec.
Blimbing, Klojen oleh
BEM Unibraw
minimal selama
beberapa kali pema
kaian / rentang waktu
tertentu tidak
ada
Bentuk Kegiatan :
Pengadaan Tempat Sampah
Karet sejumlah 50 buah
- Penataan Lingkungan
2008
Kota Malang
30.000.000
2009
Sungai
Kedungkandang
11.775.000
tdk
terpantau
Kota Malang
(Kerjasama Antara PJT I dg
CKNet INA)
Bentuk Kegiatan :
- Studi Penataan Lingkungan
Kota Malang
- Pelatihan Enumerator
Penilaian Resiko Kes Ling
- Laporan hasil
pelaksanaan studi
penataan lingkungan
kota malang
dalam bentuk
rekomendasi
belum dapat
terselesaikan karena
belum dapat
terselesaikannya lem
bar kuisioner yang
telah tersebar ke
masyarakat
- Laporan tentang
keberlanjutan
hasil pelatihan
penilaian resiko
Kes. Ling belum ada
- Laporan pelaksanaan
pelatihan
dari Lembaga
Perdamaian dan Pen
didikan Indonesia tidak
ada
Ada juga perusahaan yang memperbaiki saluran drainase secara rutin, karena
secara kebetulan saluran drainase yang ada masuk ke dalam lokasi perusahaan
tersebut,
sehingga
perusahaan.
perawatannya
secara
otomatis
menjadi
tanggungjawab