Anda di halaman 1dari 19

I.

Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal atau Konseling ( KIP/K )
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2
arah baik secara verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara
individu dengan individu atau individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan
pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah
tersebut ( Saifudin, Abdul Bari : 2002 ).
Montersen ( 1964 : 301 ) mendefinisikan konseling sebagai suatu proses antar- pribadi,
dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan
kecakapan menemukan masalahnya. Willian Ratingan ( 1967: 114-115 ), mendeskripsikan
konseling sebagai usaha untuk membantu seseorang menolong dirinya sendiri.
Suatu komunikasi interpersonal belum tentu suatu konseling tetapi konseling selalu
merupakan komunikasi interpersonal. Orang yang memberi bantuan dalam konseling disebut
konselor. Sedangkan orang yang diberi konseling disebut konseli. Dalam kebidanan konseli
disebut juga klien dalam konseling hubungan atau pertalian antara konselor dengan klien
memegang peranan yang penting bagi keberhasilan konseling, dan ini berbeda dengan hubungan
pada situasi lain.
Konseling merupakan bentuk percakapan wawancara, wawancara sebagai alat pengumpul
data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi,
harapan, persepsi, keinginan dan lain- lain dari individu atau responden. Caranya melalui
pertanyaanpertanyaan yang sengaja diajukan kepada individu. Konseling merupakan salah satu
bentuk wawancara. Bila pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan secara tertulis,
disebut kuesioner.
Kelebihan wawancara :
a) Pertanyaan bila lebih bebas dan mendalam
b) Hubungan dapat dibina lebih baik sehingga respon lebih bebas menggunakkan pendapatnya.
c) Dapat direkam dan lebih lengkap ( komprehensif )

d) Sifat data primer


e) Dapat mengklarifikasi yang tidak jelas
f) Banyak digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan
Jenis wawancara
a)

Terstruktur : jawaban telah dipersiapkan, ada laternatif jawabannya. Keuntungan mudah

diolah dan dianalisis.


b) Tak terstruktur ( bebas ) : tidak perlu menyiapkan jawaban, klien bebas menjawab.
Keuntungannya informasi lebih padat dan lengkap. Sulit dianalisis karena jawaban aneka
ragam sehingga perlu pengaktagorian.
Tips wawancara yang efektif:
a)
b)
c)
d)
e)

Ciptakan suasana terbuka


Jangan memotong pembicaraan
Berikan perhatian
Jangan bersifat evaluatif
Tenggang rasa atau bijaksana

2. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini
akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) :
1.Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang
lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan
orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita.

2. Menemukan Dunia Luar


Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media
massa

hal

itu

seringkali

didiskusikan

dan

akhirnya

dipelajari

atau didalami melalui interaksi interpersonal.


3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara

hubungan

dengan

orang

lain.

Banyak

dari

waktu

kita

pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk


dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku
orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli
barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang
tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak
menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada
waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran
yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6.Untuk membantu ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi


menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka
untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang
lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal,kita


perlu

meningkatkan

kualitas

komunikasi.

Beberapafaktor

yang

mempengaruhikomunikasi interpersonal adalah:


1. Percaya (trust)
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan,
tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka
dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktorsebagai
berikut:
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki
kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu
memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan
terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c.Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila
maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap
percaya akan muncul.
2.Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi.
Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan
kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.

b. Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerjasama,


mencari

pemecahan

masalah.

Mengajak

orang

lain

bersama-sama

menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.


c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang
pendendam.
d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat
perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat
terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
3.

Sikap

terbuka,

kemampuan

menilai

secara

obyektif,

kemampuan

membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi,


pencarian

informasi

dari

berbagai

sumber,

kesediaan

mengubah

keyakinannya, profesional. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan


komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu , dll.
4. Keterampilan Observasi
a. Tingkah Laku Verbal dan Nonverbal
Komunikasi Verbal
Pengertian Komunikasi Verbal adalah sebagai berikut:
a) Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan
b) Komunikasi verbal adalah komunikasi yang pesannya berbentuk pesan verbal yakni
pesan yang berbentuk kata.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau
lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbolsimbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara
fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.
Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di

antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa


diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan
tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti.
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan
pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan katakata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga fungsi:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati
dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi
transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang lintaswaktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and
Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga
fungsi, yaitu:
1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat
kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan
teknologi saat ini.
2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk
kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa
kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih
teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan
kita.
Aspek dalam komunikasiverbal yaitu perbendaharaan kata-kata (vocabulary), kecepatan
(racing), intonasi suara, humor, waktu yang tepat dan singkat.

Kesenjangan Tingkah Laku Verbal dan Non Verbal


Kesenjangan tingkah lakuverbal dan non verbal dapat dilihat dari:
1. Kesesuaian antara tingkah verbal dan non verbal.
2. Kesesuaian antara duah buah pertanyaan.
Kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dikerjakan

Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non verbal adalah setiap bentuk perilaku manusia yang langsung dapat
diamati oleh orang lain dan yang mengandung informasi tertentu tentang pengirim atau
pelakunya (Johnson, 1981). Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak
melibatkan bicara dan tulisan (Intansari Nurjannah, 2001). Sebesar 90% dari arti komunikasi
berasal dari komunikasi non verbal (Hunsaker cit. Leddy, 1998). Hal ini menunjukan pentingnya
mempelajari komunikasi non verbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal
dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,
saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
o Klasifikasi Pesan Nonverbal
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri
dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan
mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.

Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik.


Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan
dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat
kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan
kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang

berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya
sebagai parabahasa.
Pesan sentuhan dan bau-bauan.
o Fungsi Pesan Nonverbal.
Mark L. Knapp menyebut lima fungsi pesan non verbal yang dihubungkan dengan pesan
verbal :
Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems,
menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan, yaitu :
a) Faktor-faktor non verbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika
kita mengobrol atau berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal.
b) Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan non verbal ketimbang pesan
verbal.
c) Pesan non verbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d) Pesan non verbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai
komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi
tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan.
e) Pesan non verbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan
verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien.
f) Pesan non verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang
menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini
dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
Tingkah Laku/KomunikasiNon Verbal
Komunikasinon verbal adalah pesan yang disampaikan dalam komunikasi dikemas dalam bentuk
non verbal, tanpa kata-kata.

Bentuk komunikasinon verbaladalah :


1. Bahasa tubuh, meliputi lambaian tangan, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, gerakan
kepala, sikap/postur tubuh, dan lain-lain.
2. Tanda, dalam konunikasi non verbal menggantikan kata-kata. Tindakan atau perbuatan;
tindakan tidak menggantikan kata-kata tetapi mengandung makna.
3. Objek, objek tidak menggantikan kata-kata tetapi juga mengandung makna.
4. Warna, menunjukkan warna emosional, cita rasa, keyakinan agama, politik, dan lain-lain.
Fungsi komunikasinon verbal:
1. Melengkapi komunikasi verbal
2. Menekankan komunikasi verbal
3. Membesar-besarkan komunikasi non verbal
4. Melawan komunikasi verbal
5. Meniadakan komunikasi non verbal

b. Pengamatan dan Penafsiran


Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam
penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.
Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan
dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi
kelompok. Tipe tipe pengamatan yaitu, pengamatan berstruktur (dengan
pedoman), pengamatan tidak berstruktur (tidak menggunakan pedoman).
Hal yang perlu kita observasi adalah:
1. Tingkah laku verbal.
2. Non verbal.
3. Kesenjangan antara tingkah laku verbal dan non verbal.
Kepekaan dalam observasi merupakan hal yang paling mendasar
dalam membina komunikasi efektif.
Tahap-tahap interprestasi meliputi:
1. Refleksi perasaan, konselor tidak jauh dari apa yang dikatakan klien.
2. Klarifikasi, menjelaskan apa yang tersirat dalam perkataan klien.

3. Refleksi, penilaian konselor terhadap apa yang diungkapkan klien.


4. Konfrontasi, konselor membawa kepada perhatian dan perasaan klien tanpa disadari.
Interprestasi, konselor memperkenalkan konsep-konsep hubungan yang berakar dari
pengalaman
5. Keterampilan Membina Hubungan Baik
Membina hubungan baik adalah dasar dari pemberian konseling pada
klien. Dengan adanya hubungan yang baik akan menciptakan keterbukaan
dari klien terhadap bidan.
Ada tiga cara yang membantu klien merasa aman setelah membuka
informasi pribadinya, yakni :
1. Mengakhiri pembicaraan secara halus. Konselor perlu mengetahui proses
mengakhiri pembicaraan yang biasanya berlangsung. Ketika mendekati akhir
sebuah pembicaraan konseling, sebaiknya konselor:

Memberi tanda bahwa pembicaraan akan berakhir

Membuat rangkuman

Mengatakan bahwa hasil pembicaraan tidak harus dipraktikan

Memberi penegasan.

Mengajak untuk melanjutkan pembicaraan di waktu lain

Memberikan pernyataan tertutup

Mengubah topic pembicaraan.

2. Memperhatian kelangsungan hubungan di masa yang akan mendatang


Ketika mengetahui bahwa anda adalah seorang pendengar yang baik,
klien mungkin akan berbicara lagi dengan anda di waktu lain. Pada

umumnya keinginan itu tidak akan menimbulkan masalah bagi anda jika
klien tidak terlalu sering melakukannya.
3.Menunjuk konselor yang lebih kompeten.
Ketika klien dating kepada konselor berulangkali dan menceritakan hal
yang sama,maka konselor harus menyadari bahwa klien membutuhkan
bantuan khusus dari konselor yang lebih kompoten.
Hubungan bersifat tidak pasti atau permanen. Hubungan memiliki
faktor-faktor yang membantu untuk menentukan batas teritori percakapan
kita.
Faktor-faktor

yang

membantu

untuk

menentukan

batas

teritori

percakapan:
1. Status. Status adalah kedudukan yang anda akui pada orang lain
dikaitkan dengan anda. Anda melihat diri anda sendiri tinggi atau
rendah dalam status hubungan anda dengan orang lain.Orang member
status pada orang lain. Status adalah bukti derajat penghargaan,
keakraban atau penolakan terhadap orang lain.
2. Kekuatan. Kekuatan adalah kendali manusia unuk mendesak satu
sama lain.Jika anda dapat mempengaruhiatau mengendalikan sikap
seseorang dengan segala cara maka anda mempunyai kekuatan atas
mereka.
3. Peran. Peran adalah perilaku yang diharapkan seseorang terhadap
orang lainnya.Orang cenderung bercakap-cakap dengan orang lain
sesuai perannya.Misalnya jika anda seorang Bidan maka orang akan
cenderung bercakap-cakap dengan anda sesuai peran anda sebagai
seorang bidan.
4. Kegemaran. Percakapan bakal berhasil pada orang yang walau tidak
saling mengenal tetapi memiliki kegemaran yang sama,sehingga dapat
terjalin suatu hubungan.
a. Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan dalam Komunikasi Interpersonal
(KIP)

Dalam membina hubungan baik terhadap sikap dan perilaku dasar


yang dibutuhkan seorang bidan yaitu dapat menerapkan SOLER dalam
melakukan komunikasi dengan klien. SOLER merupan akronim dari:
SOLER
S: Face your clients squarely (menghadap ke klien)dan smile/nod at client
(senyum/mengangguk ke klien)
O:

Open

and

non-judgemental

facial

expression

(ekspresi

muka

menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)


L: Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E: Eye contact in a cultularry-acceptable manner (kontak mata atau tatap
mata sesuai cara dan budaya setempat)
R: Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat/tidaknya
seseorang.Suara
kehangatan

yang

dibandingkaan

keras,menggebu-gebu,kurang

menunjukan

dengan

suara

volume

dan

intonasi

yang

lembut,tidak terlalu keras.


Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan
konseling agar hubungan baik lebih mantap, yaitu:
1. Menunjukan tanda perhatian verbal, yang dimaksud adalah kata-kata
pendek seperti: hemmm, ya, lalu, oh ya, terus, begitu, ya, dan
pengulangan kata-kata penting yang diucapkan oleh klien.maksudnya
mem
2. Menjalin kerjasama, dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan
yang meningkatkan hubungan baik dengan klien. Hal ini akan terwujud
apabila selama proses konseling bidan selalu berusaha bersama
dengan klien.
3. Member respon yang positif, pujian dan dukungan. Memberi pujian
maksudnya mengungkapkan persetujuan atau kekaguman sehingga
mendorong tingkah laku yang baik, penghargaan terhadap usaha yang

dilakukan klien dengan baik. Memberi dukungan maksudnya memberi


dorongan, kepercayaan dan harapan pada klien, agar klien tahu bahwa
bidan percaya klien dapat mengatasi masalah dan membantu klien
mengatasi masalahnya.
Contoh perilaku respon positif yang mendukung terciptannya hubungan
baik:
1. Bersalaman dengan ramah
2. Mempersilahkan duduk
3. Besabar
4. Tidak menginterupsi/ memotong pembicaraan klien
5. Menjaga rahasia klien
6. Tidak melakukan penilaian ( misal: menyalahkan klien )
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Menanyakan alasan kedatangan klien
9. Menghargai apapun pertanyaan maupun pendapat klien

Analisis Masalah Komunikasi


Analisis masalah komunikasi adalah analisis transaksional yang merupakan model analisis
komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya sesuai posisi psikologik yang berbeda.
Menurut Berner mengatakan bahwa setiap kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen
yang disebut ego state.
Tiga macam ego state adalah:
1. Ego state anak.

2. Ego state dewasa.


3. Ego state orang tua.
Ego State Anak
Unsuranak ada tiga macam yaitu:
1. Spontan.
2. Pemberontak.
3. Penurut.
Sedangkan perilaku yang biasanya muncul pada ego state anak-anak seperti malu-malu,
berisik/ribut, menggigit kuku, cengeng, kalem dan merengek. Kata-kata yang muncul pada ego
state anak-anak misalnya: kepunyaanku, wow, waduh, eng ing eng, asyik oii, malu ah.
Ego State Dewasa
Unsurdewasa ditandai dengan:
1. Pemikiran yang rasional dan objektif.
2. Kemampuan mengolah data.
Sedangkan kata-kata yang sering muncul seperti saya pikir .; apa, di mana, kapan, bagaimana,
mengapa; menurut hemat saya . dsb.
Ego State Orang Tua
Unsurorangtua ditandai dengan bijaksana, sopan, adil, pandai, kritis, cerdik, murah hati.Perilaku
yang mendasari ego state orang tua adalah pengecam dan penolong. Sedangkan kata-kata yang
digunakan seperti kasihan kamu; pokoknya; awas; kamu sih; jangan.
Analisis transaksional terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Transaksi komplementer; terjadi bila komunikan memberi respon sesuai dengan ego state
yang diharapkan komunikator.
2. Transaksi silang; terjadi bila penerimapesan memberi respon di luar ego state yang
diharapkan oleh pengirimpesan.
Transaksi tersembunyi; terjadi bila komunikator menyampaikan pesan dan ego state
tertentu di balik itu ia menyampaikan ego state yang lain.

b. Keterampilan mendengar aktif dan bertanya efektif

Menjadi pendengar aktif bagi konselor sangat penting karena :


1) Menunjukkan kepedulian
2) Merangsang dan memberanikan klien bereaksi secara spontan terhadap konselor,
3) Menimbulkan situasi yang mengajarkan,
4) Klien membutuhkan gagasan- gagasan baru
Untuk mencapai tujuan dari komunikasi perlu saling memahami dan saling
mendengarkan. Dalam komunikasi terapeutik bidan perlu mempelajari keterampilan
mendengar aktif.
Untuk menjadi pendengar yang baik konselor harus memiliki kemampuan sebagai berikut
:
1) Mampu berhubungan dengan orang diluar kalangannya
2) Mempunyai cara-cara untuk membantu klien
3) Memperlakukan klien untuk menimbulkan respon yang bermakna
4) Bertanggung jawab bersama klien dalam konseling
Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah:
1. Mendorong klien untuk berbicara.
2. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien.
3. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien.
4. Untuk memperoleh informasi.
5. Memberi arahan percakapan terhadap klien.
Dalam komunikasi interpersonal konseling ada empat bentuk mendengarkan yang bisa
digunakan sesuai situasi yang dihadapi :
1) Mendengar pasif
Mendengarkan memerlukan keterampilan dan latihan yang terus- menerus , dengan
mendengarkan kita akan memperoleh informasi yang lengkap dari klien. Meskipun ini
memerlukan kesabaran. Di Indonesia mendengar pasif biasanya dilakukan saat klien
menceritakan masalahnya, berbicara tanpa henti, mengebu- gebu dengan perasaan kesal atau
sedih, saat klien berhenti bicara sejenak, konselor dapat diam untuk memberi kesempatan
klien berpikir dan menenangkan diri.

2) Memberi tanda perhatian verbal


Konselor perlu memberikan respon pada klien dengan menggunakan kata- kata atau
perhatian verbal. Hal ini dilakukan untuk memberikan motivasi pada klien agar semangat
dalam berbicara.
3) Membuka pembicaraan, undangan untuk berbicara ( mengajukan pertanyaan untuk
mendalami dan klarifikasi )
Mengajukan pertanyaan dilakukan apabila konselor belum puas dengan jawaban yang
diberikan klien, perlu klarfikasi mengenai hal yang diungkapkan klien, menandakan konselor
mengikuti alur pembicaraan klien.
4) Mendengar aktif : memberikan umpan balik/ merefleksikan isi ucapan dan perasaan yaitu
merangkum, merefleksikan isi uacapan ( paraphrasing ) dan refleksi perasaan.
Refleksi Isi atau Parahasing adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan
kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien
dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
Refleksi Perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari
intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuhklien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata
verbalklien.
Keuntungan dari mendengar aktif adalah:
1. Pasien dan keluarga merasa didengar dan dipahami.
2. Pasien dan keluarga merasa dirinya berharga dan penting.
3. Pasien dan keluarga menjadi mudah untuk mendengarkan apa yang kita sampaikan.
4. Pasien dan keluarga merasa nyaman.
5. Pasien dan keluarga mampu berkomunikasi.
Tips Mendengar Aktif
Tips mendengar aktif adalah:
1. Menerima klienapa adanya.
2. Mendengarkan apa yang dikatakan klien dan memperhatikan cara mengatakan hal
tersebut (perhatikan intonasi, pemilihan kata, ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
3. Menempatkan diri pada posisi klien selama mendengarkan.
4. Melakukan mendengar pasif dengan memberi waktu klien untuk berfikir, bertanya dan
berbicara.

5. Mendengarkan klien dengan seksama.


6. Melakukan pengulangan/refleksi yang anda dengar supaya ada pemahaman.
7. Duduk menghadap klien dengan nyaman, menghindari gerakan yang mengganggu.
8. Menunjukkan tanda perhatian verbal (hmm, yaa, lalu, oh begitu) dan non verbal (sesekali
menggangguk).

Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah:


1. Pandang pasien dan keluarga saat sedang bicara.
2. Tidak menyilangkan kaki dan tangan.
3. Hindari gerakan yang tidak perlu.
4. Anggukkan kepala jika klien membicarakan hal yang penting atau memerlukan umpan
balik.
5. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
Kemampuan Bertanya
Bertanya merupakan keterampilan yang cukup penting dan strategis dalam proses
komunikasi baik dalam memulai, selama proses ataupun dalam mengakhiri. Mengajukan
pertanyaan kepada pasien tujuannya untuk mendapat informasi yang spesifik baik dari pasien
maupun keluarga.
Keterampilan bertanya dapat dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1)
2)
3)
4)

Perhatikan suasana konseling klien


Kuasai materi yang berkaitan dengan pertanyaan
Ajukan pertanyaan dengan cara yang jelas dan terarah, serta tidak keluar dari topik
Segera beri respon/ umpan balik terhadap jawaban pertanyaan yang diajukan dengan sikap

yang baik dan empati.


Jenis pertanyaan :
1.
Pertanyaan tertutup : pertanyaan tertutup yang jawabannya sudah pasti
dan ini biasanya hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak.
2.
Pertanyaan terbuka : merupakan pertanyaan yang menuntut jawaban
yang menungkinkan adanya berbagai macam jawaban, dan memberi kebebasan menjawab pada
klien.

3.

Pertanyaan mendalam : dimaksudkan untuk menggali lebih mkendalam


apa yang sudah diungkapkan oleh klien, sehingga informasi didapat secara lengkap dan
mendetail.

4.

Pertanyaan sugestif : mengarahkan berarti konselor mengarahkan apa


yang dibicarakan klien. Tidak selalu tepat digunakan pada berbagai kondisi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya:

Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih topik yang
akan digunakan. Contoh: Apa yang sedang anda pikirkan?.

Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah


diekspresikan oleh pasien dan keluarga. Contoh: Anda mengatakan bahwa ibu anda
telah meninggalkan anda ketika anda berusia 5 tahun?.

Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran pasien yang tidak
jelas atau meminta pasien untuk menjelaskan artinya. Contoh: saya tidak jelas apa yang
anda maksudkan, dapatkah anda menjelaskannya kembali?.

Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi
pembicaraan kepada pasien. Contoh: anda tampak tegang dan cemas, apakh ini
berhubungan dengan pembicaraan ibu anda semalam?.

Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta pasien untuk memastikan pengertianperawat tentang
apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh pasien. Contoh: anda tersenyum tetapi saya
merasa bahwa anda sangat marah kepada saya?.
Bertanya efektif :
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar Bidan/Perawat bisa bertanya secara efektif :
1) Gunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban. Jangan terlalu
cepat/lambat atau terlalu keras/ lemah. Karena suara yang terlalu lemah dan lambat akan
susah didengar dan sering membuat ngantuk karena seolah- olah kita dibuai oleh suara
seperti itu. Begitu pula suara yang terlalu keras akan membuat telinga sakit dan mengurangi
konsentrasi untuk mendengar.
2) Gunakan kata- kata yang difahami klien, karena bahsa- bahasa ilmiah yang tidak dipahami
klien tidak akan bisa terjadi atau bahkan menyebabkan salah arti. Ini sering terjadi pada

perawat diawal pekerjaannya. Istilah- istilah kebidanan/keperawatan sering digunakan untuk


berkomunikasi dengan klien yang tidak memahami istilah tersebut.
3) Ajukan pertanyaan satu persatu. Jangan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Karena
ini tidak efektif kadang klien hanya ingat pertanyaan yang terakhir saja sehingga kita harus
mengulang- ulang lagi. Sehingga ajukan pertanyaan satu persatu agar bisa terjawab sesuai
apa yang kita butuhkan.
4) Tunggu jawaban dengan penuh minat, jangan memotong. Biarkan klien menyelesaikan
kalimatnya karena pemotongan ditengah kalimat bisa menimbulkan salah persepsi.
5) Gunakan kata- kata yang mendorong klien untuk tetap bicara. Dengan demikian klien
merasa diperhatikan dan lebih semangat untuk mengungkapkan pembicaraannya.
6) Bila harus menanyakan hal yang sangat pribadi, jelaskan mengapa hal itu harus ditanya.
Kadang- kadang klien malu untuk mengungkapkan dan menutupi hal- hal tersebut. Dengan
penjelasan bahwa hal itu untuk tujuan penyembuhan dll maka klien akan mengungkapkan
secara sukarela dan terbuka.
7) Mengajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila kllien belum paham.
8) Hindari penggunaan kata tanya mengapa karena kemungkinan kita dapat merasa
disahkan.
9) Menggunakan pertanyaan terbuka karena lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai