Pemilih Pemula Cerdas Sukseskan Pemilu 2014

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

PEMILIH PEMULA CERDAS SUKSESKAN PEMILU 2014

Oleh : Drs. Nur Kholiq,M.Pd


Pemilihan Umum (Pemilu) sebagai bentuk pesta demokrasi negara kita Republik
Indonesia tahun 2014 (9 Mei 2014) akan segera kita jelang. Sementara itu, sekitar 25 % siswasiswi SMA Negeri 1 Kembang untuk pertama kalinya akan menggunakan hak pilihnya. Sebagai
wujud konsekwensi warga negara yang baik tentu kita tidak semudah membalikkan tangan. Dari
kondisi tersebut menyiratkan hak dan tanggung jawab yang besar untuk menentukan arah dan
kondisi kepemimpinan bangsa kita 5 tahun ke depan (2014 2019) . Apalagi menjadi GOLPUT
(Golongan Putih alias tidak ikut memilih) bukanlah pilihan cerdas bahkan kalau seperti itu ada
yang mengatakan sebagai penghianatbangsa.
Oleh karena itu, apa yang dikatakan Baechler bahwa pilihan politik itu harus bagus dan
rasional sangat relevan untuk dipraktekkan bagi pemilih pemula pada pemilihan umum di
Indonesia Tahun 2014. Dikatakan relevan, karena kelompok pemilih pemula untuk pertama
kalinya menggunakan hak politiknya dalam pesta demokrasi. Oleh karena itu, sangatlah
diharapkan apabila pilihan politik yang pertama itu digunakan secara cerdas dan kritis dalam
memilih kandidat atau partai politik1.
Semangat kritis para pemilih pemula dalam menentukan pilihan politiknya pada pemilu
2014 diperlukan dalam memberikan pelajaran kepada kandidat maupun partai politik, yang
selama ini memiliki kinerja buruk, asyik mementingkan dirinya, tidak pro rakyat. Jiwa kritis
pemilih pemula dalam memilih merupakan modal penting dalam menghukum para politisi dan
partai politik pada pemilu 2014. Hukuman untuk tidak memilih politisi dan partai politik yang
tidak pro rakyat merupakan jawaban atas kekecewaan para pemilih pemula terhadap kinerja
partai, pemimpin dan elit politik.
Data di atas menunjukan sikap kritis para pemilih pemula terhadap kinerja politisi dan partai
politik. Kinerja yang buruk akan di lawan dengan sikap kritis oleh kaum muda. Sifat kritis ini
perlu di tumbuh-kembangkan dalam tubuh pemilih pemula. Ujung ahir dari sikap kritis tersebut
bermuara pada pilihan yang cerdas dan berkwalitas pada pemilu 2014.
Pemilih pemula siapa dia?
Secara politik , pemilih pemula selalu menjadi incaran partai politik dalam setiap perhelatan
akabar lima tahun. Hal ini bias di pahami Karena :
Pemilih muda atau pemilih pemula, merupakan potensi suara yang patut di pertimbangkan
untuk di bidik oleh partai pada pemilu 2014. Kelompok ini belum mempunyai jangkauan politik
yang cukup kuat sehingga membuka peluang yang sangat besaruntuk di rangkul oleh partai
politik manapun3.
Ini mengisyaratkan betapa pentingnya eksistensi pemilih pemula ini bagai partai politik. Selain
itu, pemilih pemula di gambarkan sebagai pemilih yang belum mengenal dunia politik. Dengan
gambaran itu maka menjadi wajarlah apabila menjadi target parpol di pemilu 2014.
Pemilih pemula adalah golongan penduduk usia 17 tahun hingga 21 tahun namun ada definisi
yang lain yaitu pemilih pemula adalah mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, serta pekerja
muda. Atau pemilih pemula ini adalah mereka yang baru akan mempunyai pengalaman pertama
kali di dalam mencoblos pada pemilu 2014 4.
Point penting dari definisi di atas adalah menempatkan pemilih pemula sebagai pelajar,
mahasiswa, serta pekerja muda. Bila di ringkas akan berbunyi : pemilih pemula adalah mereka

yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa atau pekerja muda yang berumur 17 tahun hingga
21 tahundan belum pernah ikut mencoblos dalam pemilu. Pemahaman ini senada dengan UU
NO. 10 tahun 2008 tentang pemilu menyebutkan bahwa warga Negara yang sudah berumur 17
tahun atau sudah menikah berhak ikut memilih (pasal 19 ayat 1).
Regulasi ini memberikan pijakan dan batasan tentang sosok pemilih pemula. Batasan ini
melegalkan pemilih pemilu dalam pemilu. Senapas dengan itu bila di lihat animo pemilih pemula
untuk berpartisipasi dalam pemilu sangat tinggi. Sebagai contoh dalam jajak pendapat yang di
lakukan kompas menyebutkan bentuk partisipasi apa yang ingin anda lakukan dalam pemilu
mendatang? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada table 1.
Table 1
Bentuk partisipasi dalam pemilu mendatang
Kelompok Usia
Prosentase
Usia 17-21
86,4
Usia 22-29
81,3
Usia 30-40
81,6
Usia 40- Keatas
79,3
Kompas, 1 Desember 2008
Pemilih pemula dalam bingkai Demokrasi.
Jaminan hukum sebagaimana yang diatur dalam UU pemilu bukan lahir secara tiba-tiba.
Tetapi, jaminan itu bisa di lacak dari Deklarasi Hak asasi manusia (HAM). Pasal 21 ayat 1 yang
menyebutkan setiap orang mempunyai hak untuk memberikan andil dalam pemerintahan di
negerinya masing-masing, baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya yang di pilih
secara bebas
Penjelasan ini di implementasikan dengan baik oleh pemerintah dengan memberikan ruang
partisipasi bagi warga Negara yang sudah dewasa untuk memilih anggota parlemen maupun
eksekutif.
Pemberian ruang partisipasi ini merupakan jaminan hak politik bagi seseorang. Di dalam system
pemilu yang demokrasi pilihan politik seseorang di beri kebebasan untuk memilih yang sesuai
dengan hati nurani. Atau dalam bahasa jhon locke : setiap orang mempunyai hak yang sama
pada kebebasan memilih. Jaminan kebebasan memilih di junjung tinggi dalam pemilu di dasari
oleh pemikiran bahwa ada kesamaan hak memilih pemimpin atau para wakil rakyat merupakan
roh demikrasi. Selain itu dalam system pemilu di kenal sisten one voice onevote satu orang satu
suara. Artinya mendudukan kesamaan nilai dan bobot seseorang . jadi system pemilu yang
demokrasi adalah memang benar-benar di arahkan benar-benar berorientasi kepada tegaknya
kedaulatan Rakyat5.
Pemilih cerdas : tugas pemerintah dan KPU/D
Tugas pemerintah.
Secara sederhana ada tiga hal yang menjadi tugas pemerintah dalam membangun pemilih
pemula yang cerdas pada pemula pemilu 2014, pemerintah perlu tegas dengan mengatakan
pemberian suara/ memilih merupakan kewajiban. Adapun yang bisa di lakukan adalah pertama,
pemerintah harus mewajibkan warganya untuk ikut serta dalam pemilu. Hal ini sudah lama di

lakukan oleh Negara di Australia. Kedua, harus ada usaha mewajibkan orang-orang
menggunakan hak-hak politik mereka dalam pemilu 6. Kedua hal ini sangat penting karena
memahami politik adalah urusan public. Karena itu, setiap warga masyarakat wajib mendatangi
bilik suara dan memberikan hak politiknya. Sebagaimana jajak pendapat yang di lakukan oleh
kompas pada pemilu 2009 yang lalu, jajak pendapat kompas menanyakan : Apa motivasi pemilih
pemula untuk ikut dalam pemilu? Jawaban atas pertanyaan ini terangkum pada tabel 2.
Tabel 2
Motivasi pemilih pemula ikut dalam pemilu 2009?
Indikator
Menunaikan kewajiban sebagai warga Negara
Memenangkan salah satu parpol
Ingin punya pengalaman
Sekedar ikut-ikutan
Lain-lain
Tidak tahu
Kompas, 1 Desember 2008

prosentasi
67,4
11,8
9
0,9
8,6
2,3

Dari tabel di atas sudah terbukti jika antusiasme pemilih pemula menggunakan hak
politiknya pada pemilu menduduki peringkat pertama. Ini adalah fakta menarik. Tugas
pemerintah selanjutnya adalah perlu menjamin bahwa pemilu 2014 akan berjalan sesuai dengan
asas LUBER dan demokrasi. Dengan jaminan pemilu yang demikratis, di harapkan pemilih
pemula menggunakan hak pilihnya secara baik. Asumsinya adalah menggunakan hak lebih
efektif untuk melakukan perubahan di bandingkan mengambil sikap golput. Dengan
menjatuhkan pilihan secara tepat, pemilu sebenarnya adalah momentum harapan dimana
merubah kontinuitas penguasa.
Ketiga, pengaturan media massa dalam pemilu 2014. Hal ini sangat penting di lakukan
oleh pemerintah supaya bisa adil dan demokratis di dalam melakukan siaran publik. Ini perlu di
lakukan karena pemilih pemula akan sangat di pengaruhi oleh isu-isu politik terkini dalam
memberikan suara mereka pada pemilu 2014 , ketimbang memilih hanya berdasarkan atas
perasaan setia atau loyalitas pada partai tertentu 7. Karena jikalau tidak maka di khawatirkan pada
pemilu 2014 partai politik akan berlomba-lomba menggunkan dan memanfaatkan pengguna
media massa secara efektif untuk memperoleh suara pemilih pemula.
Tugas KPU/D
Selain tugas pemerintah, KPU/D juga memiliki tugas dalam membangun kesadaran
politik pemilih pemula. Salah satu tugas KPU/D adalah melakukan sosialisasi dan pendidikan
politik kepada pemilih pemula supaya mereka paham dengan politik dan mengerti soal
pentingnya berpartisipasi aktif dalam pemilu 2014. Dengan harapan menghasilkan pemilih
pemilu cerdas.
Selain itu, harus di adakannya program sosialisai dan pendidikan politik kepada pemilih
pemula perlu terus di tingkatkan intensitasnya supaya masyarakat lebih cerdas di dalam
menjatuhkan pilihannya.
Mengapa Demikian ? Pertama, pemantapan prosedur pendaftaran pemilih.
Mengidentifikasi agar semua warga yang sudah berumur 17 tahun atau sebelum 17 tahun tetapi
sudah menikah sudah mempunyai hak pilih. Kedua. Pemilih secara sukarela mendaftarkan diri
kepada lembaga penyelenggara pemilu (KPU/D). keaktifan semua warga untuk mendatangi

lembaga penyelenggara pemilu 2014, artinya sebagai pemilih pemula harus memastikan ada
namanya dalam daftar pemilihan umum.
Kedua, karena pemilih pemula sudah paham soal politik, termasuk pemilu yang akan di
helat satu tahun ke depan. Bahkan pengetahuan mereka tidak jauh berbeda dengan pemilih
lainnya yaitu kelompok tua8.
Ketiga, pemilih yang cerdas di harapkan akan melahirkan wakil-wakil rakyat dan
pemimpin yang bertanggung jawab dalam kepentingan masyarakat9.
Pemilih pemula yang cerdas adalah merupakan gambaran yang di tuku karena di
harapkan bias memberikan perubahan besar dalam pengisian pemimpin dan elit politik , baik di
lembaga eksekutif ataupun legislative. Inila tugas berat yang harus di emban oleh KPU/D ke
depan.
Dimana sososk pemilih pemuda yang cerdas sudah memiliki kapasitas intelektualitas yang
mumpuni dan mempunyai daya kritiis terhadap sososk dan kinerja partai politik
Tiga strategi menghadirkan pemilih cerdas.
Program dan figure
Pemilu 2014 merupakan ajang pembuktian bagi politisi dan elit pemerintahan di hadapan
pemilihnya. Proses pembuktian yang di nanti-nantikan pemilih pemula adalah kinerja para
politiisi dan elit pemerintahan. Karena itu, pada pemilu kali ini mereka di tuntut untuk
melaporkan apa yang telah di perbuat kepada pemilih selama menjadi elit pemerintahan.
Pelaporan kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban yag paling esensial kepada pemilih.
Pertanyaan adalah apa yang dilaporkan dan di pertanggung jawab kan ? jawabannya tidak lain
adalah program-program yang pernah di tawarkan pada saat kampanye pemilu 2009. Dengan ini
para politisi di katakana akuntabel bagi para pemilihnya. Artinya pemilih akan menilai bahwa
mereka telah melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemilih ,dan kemudian
memberikan kesempatan untuk duduk kembali pada pemilu berikutnya 10.
Kesadaran seperti ini perlu di miliki oleh pemilih pemula. Dengan kesdaran politik yang
tinggi para pemilih pemula diharapkan akan memperhatikan program dan melakukan penilaian
yang kritis terhadap kompetisi masing-masing partai dan kandidiat dalam memecahkan
permasalahan.
Kombinasi antara penilaian program dan penilaian program dan figure dalam
menentukan pilihan politik pada pemilu 2014 merupakan kemajuan yang luar biasa. Dikatakn
demikian karena pada pemilu 2009 para pemilih pemula sudah mulai merintis jalan ini. Artinya ,
dalam memberikan pilihan politiknya mereka sudah mempertimbangkan popularitas
individu/parpol, persoalan visi-misi. Program dan janji-janji. Untuk jelasnya lihat tabel 3.
Tabel 3.
Pertimbangan dalam memilih partai politik
Indicator
Visi-misi, program dan janji-janji parpol
Citra tokoh partai dan lembaga partai politik
Alas an-alasan pragmatis
Alasan lain
Tidak menjawab
Kompas, 1 Desember 2011
Pemilu 2014 sebagai arena menghukum politisi.

Prosentase
16,26
37,43
24,93
14,23
6,64

Strategi kedua yang perlu di lalakukan dalam mengahdirkan pemilih yang cerds adalah
menjadi pemilu sebagai arena menghukum politisi politik. Momentumnya adalah dengan
menggunkan pemilu 2014 sebagai waktu yang paling tepat untuk menghukum partai dan
politisinya yang selama ini bermain-main dengan nasib rakyat. Karena itu, salah satu tugas mulia
para pemilih pemula adalah menggunakan hak pilihnya secara cerdas dan kritis. Pilihan cerdas
dan kritis digunakan untuk tidak memilih politisi dan parti politik yang tidak pro dengan rakyat.
Hal ini menjadi pentng karena mereka sangat berkuasa penuh dalam menentukan siapa politisi
atau partai yang layak di naikkan kepanggung kekuasaan, atau sebaliknya di depak dari kursi
eksekutif dan legislative 11.hal ini menjadi kekuasaan pemilih pemula dengan cara menjatuhkan
pilihan politiknya ke figure dan partai politik yang benr-benar menyalurkan aspirasi Rakyat.
Pada tataran yang lebih kongrit , kita sering mendengar bagaimana massa menghukum partai
tertentu dengan mengalihkan pilihan politiknya ke partai lain.
Politisi Busuk
Strategi terahir yang perlu dilakukan adalah memasifkan gerakan atau kampanye anti
politisi busuk dalan pemilu 2014. Hal ini menjadi penting karenan gerakan politisi busuk ini
amat relevan dalam system pemilu yang berorientasi pada kandidat yang memperoleh suara
terbanyak. Karena itu, pemilih pemula sangat d anjurkan untuk menandai nama kandidat yang
termasuk kategari politisi busuk. Daya kritis pemilih pemula sangat di anjurkan supaya pemilih
2014 sangat berkualitas.
Dan pelacakan literature di temukan enam tujuan dari gerakan politisi busuk ini adalah
Kertama, sebagai gerakan moral, sikap kritis terhadap politisi mencerminkan kesadaran dan
kepekaan mendasar yang amat diperlukan dalam menyongsong pemilu 2014. Kedua , para
politisi busuk harus dienyahkan dari pilihan mereka yang terlibat korupsi, melakukan kejahatan
hak asasi manusia,merusak lingkungan hidup, melkaukan kekerasan terhadap perempuan, dan
menyalahgunkan narkoba12.
Ketiga, dalam jangka panjang gerakan ini meningkatkan tekanan kepada parpol untuk tdak asal
comot dalam menominasikan kandidat. Seejauhini, proses seleksi calon senantiasa dikaitkan
dengan kepentingan mencari dana politik dan orang-orangang yang loyal terhadap pmpinan
partai sehingga mengabaikan proses demokrasi, mutu, dan standar integritas moral
Dengan kata lain, berakan politisi busuk mendorong demokratisasi internal dan transparasi
dalam pemilu partai guna menghindari terjadi korupsi politik dalam bentuk membeli kandidat,
yang mendistorsi partai menjadi kendaraan segelintir orang berduit.
Keempat, membangun kesadaran kritis partai untuk keluar dari pilihan-pilihan ynag bersifat
irasional-komunal, tetapi berdasar ukuran masuk akal seperti riwayat perilaku, inerja, afiliasi
kepentingan, sdan sebagaimanya. Selama ini pemilih dan konstituen senantiasa menjadi korban
mobilisasi parpol sehingga tidak kritis lagi terhadap kinerja parpol.
Kelima, dibandingkan dengan menjadi golput, gerakan ini lebih mendidik pemilih. Minimal
tidak hanya membangun sikap apripori tehadap partai atau pemilih 2014. Harus diyakini, tidak
ada partai sempurna, tidan semuakandidat partai politik itu busuk 13.
Keenam, gerakan antipolitisi busuk bukan sekedar mencegah masuknya politisi busuk, tetapi
juga untuk menghalangi pembusukan politik. Pembusukan politik dalm lembag politik yang baru
lahir dan tumbuh, sama dengan memberi racun kepada tanaman. Akibatnya, bukan hanya
kematian begi lembaga-lembaga demokrasi, tetap kehancuran legitimasi penyelenggaraan
Negara14.
PENUTUPAN.

Menuju pemilu berkualitas.


Bertitik tolak pada alur argumenta di atas maka sudah di pastikan bahwa pemilu 2014
akan berkualitas. Kualitas pemilunya akan ditentukan pemilih pemula dalam memberikan hak
politiknya. Secara substansi ada emapat tolak ukur yang bisa dipakai dan menentukan kualitas
pemilu 2014. Pertama, pemilih pemula yang terdidik dan berwawasan luas berharap supaya elit
dan lembaga politik yany ada mampu memenuhi harapan mereka. Kedua, pemilih pemula yang
akan memberikan hak politiknya pada pemilu 2014 merupakan pemilih rasional. Berdasarkan
proses evaluasi terhadap kinerja maupun tokoh yang di sodorkan oleh parpol untuk
memberikanmanfaat bagi kehidupannya, dan sendirinya mereka akan berpartisipasi pada pemilu.
Ketiga, pemilih pemula memandang penggunaan hak politiknya akan memberikan manfaat bagi
kehidupannya, dengan sendirinya mereka akan berpartisipasi dalam pemilu .Kempat, pemilih
pemula merupakan salah satu komoditas politik, tentu saja untuk menarik suara kelompok ini,
organisasi parpol harus memberi perhtaian yang cukup dengan persoalan-persoalan yang mereka
hadapi15. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhtar, H.2012.peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam pemilu 2014.makalah di sajikan
dalam seminar Nasional. Bem Universitas Brawijaya, Malang 30 Oktober
2. Keith faulks, sosiologi politik: suatu pengantar kritis, Bandung: Nusamedia, 2010. Hlm.23
3. David Beetham dan kevin Boyle, Demokrasi 80 Tanya Jawab. Jogjakarta:Kanisius, 2000.
Hlm.75
4. M asfar, Esai-esai seputar pemilu 2004.surabaya:Eureka dan pusdemham, 2005.hlm.40
5. Riswanda Irawan, Anslisis Hasil pemilu 1992 di Indonesia, Jogjakarta: fisipol-UGM,
2003.hlm.61
6. Indra pilian politisi busuk dan pembusukan politik kompas, 1 Desember 2008 hlm.4&11.

Pendidikan Politik Bagi Pemilih Pemula


Pelaksanaan pemilu yang hanya tinggal beberapa bulan lagi sejatinya kita jadikan sebagai salah
satu ikhtiar dalam mencari sosok pemimpin bangsa yang mampu mengemban amanah dalam
rangka mensejahterakan rakyat. Dalam konteks ini kita sebagai pendidik memiliki kewajiban
moral dalam memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban politik warga negara kepada
para peserta didik yang notabene adalah pemilih pemula.
Berdasarkan data dari KPU, untuk pemilu 2014 mendatang pemilih pemula yang
sebagian besarnya adalah pelajar dan berusia antara 17 sampai dengan 20 tahun mencapai 14
juta jiwa. Sedangkan jumlah pemilih yang berusia antara 20 sampai dengan 30 tahun adalah 45,6
juta jiwa. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas potensi yang dimiliki oleh pemilih pemula
dalam memilih calon-calon pemimpin bangsa yang akan menentukan arah pembangunan selama
lima tahun kedepan.
Jika saja mereka tidak memiliki pemahaman yang baik tentang proses politik serta
gambaran tentang jejak rekam parpol, dikhawatirkan akan mudah digiring untuk memilih caleg
atau parpol tertentu yang sebenarnya belum tentu mampu untuk mengakomodasi aspirasi
mereka. Lebih jauh lagi, massifnya pemberitaan tentang kasus-kasus korupsi yang dilakukan
oleh kader parpol dikhawatirkan akan membuat remaja bersikap apatis terhadap politik yang
pada akhirnya tidak menggunakan hak pilihnya alias golput.
Untuk memberikan pengetahuan tentang proses politik tersebut diperlukan sebuah proses
pendidikan politik kepada peserta didik agar memiliki pemahaman yang utuh. Dan ini bukan
hanya tugas dari guru PKN semata namun tanggung jawab kita semua. Adapun bentuk
pendidikan politik tersebut bisa berupa seminar sehari yang diselenggarakan oleh pihak sekolah
dengan mengundang pihak KPUD setempat dan juga perwakilan dari beberapa partai politik
sebagai nara sumber.
Selain cara diatas, pendidikan politik juga dapat dilakukan melalui sosio drama yang
dilakukan dikelas sehingga pembelajaran menjadi menarik. Dalam hal ini masing-masing siswa
memiliki tugas sesuai dengan perannya masing-masing. Ada yang yang berperan sebagai
penyelenggara Pemilu atau KPU, sebagai Caleg sampai dengan siswa yang berperan sebagai juru
kampanye maupun sebagai rakyat biasa. Dengan begitu siswa diajak secara langsung
berpartisipasi dalam proses politik. Selain itu tak kalah pentingnya adalah pesan moral tentang
pentingnya proses politik yang disisipkan dalam kegiatan tersebut.
Jika memungkinkan, dokumentasikan kegiatan tersebut kemudian upload ke Youtube.
Dengan begitu mereka pun akan bangga karena penampilan mereka dapat disaksikan oleh orang
banyak sekaligus dapat dijadikan inspirasi bagi siswa lainnya. Melalui proses pendidikan politik
secara utuh kepada para remaja, kita berharap mereka tidak salah dalam menentukan pilihan
karena merekalah yang akan menentukan maju atau tidaknya bangsa ini setidaknya untuk waktu
lima tahun kedepan

Anda mungkin juga menyukai