Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KOMITE SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah


dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang kehidupan,
termasuk bidang pendidikan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang
pendidikan, diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali
potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Salah satu
wadah tersebut adalah Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di
tingkat satuan pendidikan.
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan amanat rakyat yang telah tertuang
dalam UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000
2004. Amanat rakyat ini selaras dengan kebijakan otonomi daerah, yang telah memposisikan
kabupaten/kota sebagai pemegang kewenangan dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan di daerah tidak hanya diserahkan kepada kabupaten/kota,
melainkan juga dalam beberapa hal telah diberikan kepada satuan pendidikan, baik pada jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam penyelenggaraan
pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah
propinsi, kabupaten/kota, dan pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat atau stakeholder
pendidikan. Hal ini sesuai dengan konsep partisipasi berbasis masyarakat (community-based
participation) dan manajemen berbasis sekolah (school-based management), yang kini tidak
hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia.
Untuk melaksanakan amanat rakyat tersebut, pada tahun anggaran 2001 Pemerintah telah
melaksanakan rintisan sosialisasi pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di
Propinsi Sumatera Barat, Bali, dan Jawa Timur masing-masing satu kabupaten/kota. Selain itu
ada beberapa kabupaten/kota yang telah membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
berdasarkan inisiatif sendiri.
Berdasarkan hasil sosialisasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa keberadaan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah memang dipandang sangat strategis sebagai wahana untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Beberapa kalangan masyarakat yang diundang
untuk memberikan masukan tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, pada
umumnya sangat antusias dan mendukung sepenuhnya gagasan ini.
Sesuai dengan aspirasi berbagai kalangan masyarakat tersebut, maka proses pembentukan
Dewan Pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan Komite Sekolah di tingkat satuan pendidikan
memerlukan program sosialisasi dengan perencanaan yang matang. Agar program sosialisasi
dapat dilaksanakan dengan baik, diperlukan: (1) materi sosialisasi berupa Panduan Umum
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, (2) petugas sosialisasi, dan (3) koordinasi dengan
pemerintah propinsi dan kabupaten/kota.
1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan hukum dalam komite sekolah ?


2. Bagaimana landasan konsepsional komite sekolah ?
3. Bagaimana pelaksanaan / implikasi komite sekolah yang ada di daerah
Yogyakarta ?

1.3

Tujuan

1. Mengetahui landasan hukum dari komite sekolah.


2. Mengetahui landasan konsepsional komite sekolah.
3. Mengetahui pelaksanaan / implikasi komite sekolah yang di selenggarakan di
sekolah di daerah Yogyakarta

BAB II
LANDASAN TEORI
KOMITE SEKOLAH

2.1
1.

LANDASAN HUKUM

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

a. Setiap warga negara bertanggungjawab terhadap keberlangsungan

2.

penyelenggaraan pendidikan (pasal 6 ayat 2)


Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi program pendidikan (pasal 8)
Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat (pasal 46 ayat 1)
Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan
yang meliputi : perencanaan, pengawasan, evaluasi program pendidikan
melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah (pasal 56 ayat 1)
Komite Sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana
serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (pasal 56
ayat 3)
Pemerintah, PD, dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan
pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang dan
jenis pendidikan sesuai dengan kewenangan masing-masing (pasal 66)
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Komite Sekolah

1.

Definisi

b.
c.
d.
e.

f.

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan
2. Tujuan Komite

Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan

3.

kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.


Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan.
Menciptakan suasana dan kondisi transparansi, akuntabel dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan
Peran Komite

Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


pendidikan
Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga
dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan

Pengontrol (controlling agency) dalam rangka tranparansi dan akuntabilitas

4.

penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikanMediator antara


pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan
Fungsi

Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan


pendidikan yang bermutu
Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dudi) dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan bermutu
Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan
yang diajukan masyarakat
Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai :
- kebijakan dan program pendidikan
- RAPBS
- kriteria kinerja satuan pendidikan
- kriteria tenaga kependidikan
- kriteria fasilitas pendidikan
- hal lain yang terkait dengan pendidikan

2.2 PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH


A.

Landasan Konsepsional Komite Sekolah.

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan
luar
sekolah
(Kepmendiknas,
Nomor
004/U/
2002).
Pembentukan Komite Sekolah, yang telah ditetapkan dalam Keputusan Mendiknas No. 004/
U/2002, merupakan amanat dari UU Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) 2000-2004, dengan tujuan agar pembentukan Komite Sekolah dapat
mewujudkan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat ( school / community
based management) (Depdiknas, 2003). Pembentukan Komite Sekolah menjadi lebih kuat dari
aspek legalitasnya, karena telah diwadahi dalam pasal 56 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dari ayat 1 sampai 4. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 56
ayat 3 disebutkan, bahwa Komite Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.
Agar Komite Sekolah mampu melaksanakan empat peran penting, yaitu sebagai: (a)
pemberi pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c) pengontrol (controlling); dan
(d) mediator, maka segala potensi yang ada pada kepengurusan Komite Sekolah harus terus
diberdayakan secara maksimal. Ada tiga bagian penting yang bisa diupayakan dalam
pemberdayaan Komite Sekolah, yaitu: (1) Penguatan kelembagaan Komite Sekolah; (2)
Peningkatan kemampuan organisasional Komite Sekolah; dan (3) Peningkatan wawasan
kependidikan pengurus Komite Sekolah (Depdiknas, 2006).

B.

Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah.


Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya penguatan kelembagaan Komite Sekolah,
yaitu:
(1) Prinsip-prinsip yang menjadi fondasi pembentukan Komite Sekolah

(2) Melaksanakan peran dan fungsi Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan
(3) Membangun hubungan kemitraan dan kerjasama secara sinergis antara Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat.
Pertama, ada tujuh langkah baku pembentukan Komite Sekolah, yaitu:
(1) Melakukan (forum) sosialisasi pembentukan komite sekolah
(2) Penyusunan kriteria dan identifikasi bakal calon anggota (berdasarkan usulan
masyarakat)
(3) Seleksi anggota berdasarkan kriteria
(4) Pengumuman nama-nama bakal calon anggota guna menampung bila ada
keberatan terhadap satu atau lebih bakal calon
(5) Pengumuman nama-nama calon yang sudah disepakati masyarakat
(6) Pemilihan komite sekolah berdasarkan musyawarah mufakat atau pemungutan
suara
(7) Penyampaian nama-nama komite sekolah terpilih.

Kedua, peran dan fungsi Komite Sekolah adalah: Komite Sekolah berperan sebagai:
(a) Pemberi Pertimbangan (advisory)
(b) Pendukung (supporting)
(c) Pengontrol (controlling)
(d) Mediator.
Sedangkan fungsi komite sekolah adalah:
(a) Mendorong berkembangnya komitmen masyarakat terhadap kualitas pendidikan
(b) Melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah tentang kualitas pendidikan
(c) Menampung, menganalisis ide, aspirasi berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
masyarakat
(d) Memberi masukan, pertimbangan, rekomendasi pada sekolah tentang Kebijakan program
pendidikan; RAPBS; Kriteria tenaga kependidikan, fasilitas sekolah; dan kinerja satuan
pendidikan
(e) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan
(f) Menggalang dana masyarakat untuk kualitas layanan pendidikan
(g) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kualitas layanan pendidikan.
Ketiga, membangun hubungan kemitraan dan kerjasama secara sinergis antara Sekolah, Keluarga
dan Masyarakat. Unsur-unsur yang membentuk komunitas sekolah adalah terdiri dari individu
dan kelompok, kelompok dalam satuan pendidikan, orang tua dan keluarga serta masyarakat di
sekitar satuan pendidikan tersebut. Unsur-unsur tersebut harus terbangun jalinan hubungan
kemitraan secara sistemik, sebagaimana yang tergambar pada gambar berikut ini:
Prinsip kemitraan adalah
(a) Saling membutuhkan

(b) Saling mempercayai


(c) Saling menguntungkan (memberi manfaat)
(d) Dilandasi kemitraan dan semangat untuk kepentingan bersama.
C. Peningkatan

kemampuan

organisasional

Komite

Sekolah.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya Peningkatan kemampuan organisasional
Komite Sekolah, yaitu:
(1) Memutar roda organisasi dan manajemen Komite Sekolah
(2) Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS)
(3) Menjalin hubungan dan kerjasama Komite Sekolah dengan Institusi yang terkait.
Pertama, memutar roda organisasi dan manajemen Komite Sekolah. Agar program organisasi
dan manajemen Komite Sekolah bisa berjalan dengan baik, maka fungsionaris organisasi itu
harus membangun kinerja dalam suatu Teamwork. Sifat teamwork adalah anggota tim secara
aktif bekerja bersama sedemikian rupa sehingga keahlian masing-masing dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan bersama.
Ciri-ciri anggota tim yang baik, adalah:
(a) Memberi semangat pada anggota tim yang lain untuk berkembang
(b) Respek dan toleran terhadap pendapat berbeda dari orang lain
(c) Mengakui dan bekerja melalui konflik secara terbuka
(d) Mempertimbangkan dan menggunakan ide dan saran dari orang lain
(e) Membuka diri terhadap masukan (feedback) atas perilaku dirinya
(f) Mengerti dan bertekad memenuhi tujuan dari tim
(g) Tidak memposisikan diri dalam posisi menang atau kalah terhadap anggota tim yang lain dalam
melakukan kegiatan
(h) Memiliki kemampuan untuk mengerti apa yang terjadi dalam tim.
Agar roda organisasi sebagai suatu teamwork bisa berjalan dengan baik, maka keahlian-keahlian
yang perlu dimiliki tim dan harus dikembangkan adalah:
(a) Keahlian teknis
(b) Keahlian konseptual
(c) Keahlian interpersonal
(d) Keahlian administrasi.
Diantara manfaat bekerja dalam sebuah tim yang baik adalah:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

dapat menciptakan model pemecahan masalah yang lebih tepat


menghemat waktu untuk pekerjaan yang tidak ada manfaatnya
penghematan biaya
dapat menghitung faktor-faktor resiko yang dapat diperhitungkan secara finansial
memperluas promosi dan dalam kasus bisnis dapat memperluas pangsa pasar.

Kedua, penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS). Komite Sekolah harus berperan aktif dalam proses penyusunan
RPS. Komponen utama RPS adalah:
(a) visi dan misi
(b) tujuan
(c) kegiatan
(d) sasaran
(e) anggaran
(f) penjabaran
(g) pengorganisasian.
Sedangkan konsep rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) adalah meliputi:
(a) latar belakang
(b) gambaran pendidikan dan non pendidikan tahun sebelumnya
(c) permasalahan kedepan yang dihadapi sekolah
(d) visi dan misi sekolah
(e) tujuan/ perubahan yang diinginkan
(f) indikator keberhasilan
(g)

rencana

anggaran

pendapatan

dan

belanja

sekolah

tahun

pelajaran;
(h) lampiran-lampiran ( arus murid selama 3 tahun terakhir; aset sekolah; rencana 5 tahun ke depan;
sasaran dan anggaran dan sumber sumber pembiayaan pendidikan). Kemudian data yang
diperlukan dalam membuat RAPBS adalah: profil sekolah; data murid per kelas tiga tahun
terakhir; asal murid; latar belakang sosial ekonomi orang tua; data yang menggambarkan kondisi
lingkungan sekolah; peta lokasi sekolah; info tentang kepadatan penduduk dan mata
pencahariannya; data guru dan tenaga administrasi sekolah.
Proses penyusunan RPS/RAPBS adalah:
(a) Kepala sekolah dan komite sekolah membentuk tim penyusunan (TP) RPS dan RAPBS
(b) Dalam waktu paling lambat 3 harii kerja TP mengadakan rapat persiapan dan menyusun
rencana kerja
(c) TP menyusun draf awal RPS/ RAPBS
(d) TP mempresentasikan dalam rapat dewan guru dan anggota komite sekolah untuk mendapat
masukan
(e) TP melakukan review draf awal
(f) TP menyusun draf final setelah menerima masukan dari dewan guru dan anggota komite
sekolah; dan
(g) Pengesahan RPS/RAPBS.

Ketiga, menjalin hubungan dan kerjasama Komite Sekolah dengan Institusi yang terkait.
Hubungan dan kerjasama komite sekolah dengan institusi yang terkait dalam dilakukan dalam
koridor channeling program pendidikan. Kerjasama channeling program pendidikan adalah suatu
bentuk kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh komite sekolah dengan pihak lain (swasta,
pemerintah, lembaga peduli pengembangan pendidikan) yang berlandaskan kemitraan dan
kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan peningkatan mutu layanan pendidikan
untuk rakyat tidak mampu.
Alasan pentingnya membangun kerjasama dengan institusi terkait adalah:
(a) persoalan yang dihadapi oleh semua pihak makin kompleks
(b) keterbatasan sumber daya di semua pihak yang terkait
(c) perlu sinergi potensi dan sumber daya untuk optimalisasi penanganan persoalan bersama.
Sedangkan pola hubungan sinergi potensi adalah:
(a) punya tujuan bersama
(b) berorientasi pada hasil bersama
(c) hasil bersama lebih dari penjumlahan hasil masing-masing
(d) proses mengembangkan alternatif ketiga secara bersama
(e) kerjasama secara kreatif.
Tujuan channeling program pendidikan adalah:
(a) terwujudnya tatanan komite sekolah yang mampu mengakses dan mengoptimalisasi berbagai
sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian rencana program sekolah
(b) terciptanya sinergi antar pemangku kepentingan (komite sekolah, masyarakat, pemerintah, dan
kelompok-kelompok peduli) untuk lebih mengoptimalkan upaya peningkatan mutu pendidikan
dan pendidikan untuk rakyat tidak mampu.
Sedangkan sasaran channeling program pendidikan adalah:
(a) dihasilkannya kerjasama komiet sekolah dengan berbagai pihak yang memiliki sumber daya
potensi
(b) tumbuhnya tatanan komite sekolah yang inklusif sebagai wujud tanggungjawab bersama
pelaku pendidikan, masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli (LSM, swasta, asosiasi,
universitas dll)
(c) terwujudnya komite sekolah yang memiliki posisi tawar baik dengan pemerintah maupun
swasta
(d) terimplementasikannya penyelesaikan seluruh program komite sekolah dalam peningkatan
mutu pendidikan dan pendidikan untuk rakyat miskin
(e) optimalisasi akses pendidikan bagi masyarakat miskin, dan dihasilkannya sinergi dan
integrasi peningkatan mutu pendidikan.
D. Peningkatan wawasan kependidikan pengurus Komite Sekolah
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya Peningkatan wawasan kependidikan
pengurus Komite Sekolah, yaitu:
(1) wawasan tentang sekolah sebagai suatu siste;

(2) wawasan tentang manajemen berbasis sekolah (MBS)


(3) wawasan tentang pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
Pertama, wawasan tentang sekolah sebagai suatu sistem. Sekolah sebagai suatu sistem
berarti beberapa elemen satu dengan yang lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tujuan pendidikan. Beberapa elemen sekolah sebagai sistem adalah: peserta didik,
kepala sekolah; pendidik/ guru; Staf tata usaha; Kurikulum; Fasilitas pendidikan. Sekolah
sebagai suatu sistem dapat diringkas dalam gambar sebagai berikut:
Kedua, wawasan tentang manajemen berbasis sekolah (MBS). Landasan yuridis formal
MBS adalah UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 51 ayat 1. MBS adalah bentuk pengelolaan
sekolah yang memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah untuk merencanakan, dan
menilai program sekolah. Kewenangan tersebut al:
(1) Menentukan program sekolah
(2) Merencanakan bagaimana memperoleh dana sekolah dan penggunaannya
(3) Mengatur jadwal belajar
(4) Menentukan jumlah siswa baru yang diterima
(5) menentukan jumlah tenaga guru honorer yang diperlukan.
Tiga pilar program MBS, yaitu:
(1) Manajemen Sekolah (Demokratis, Transparan dan Akuntabilitas)
(2) PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
(3) PSM (Peran Serta Masyarakat), dalam hal: Merencanakan program
Mengambil keputusan; Meningkatkan mutu pembelajaran; dan Membangun sekolah (sarana
pembelajaran Mengapa orang tua dan masyarakat harus ikut membantu dalam meningkatkan
layanan pendidikan di sekolah?, paling tidak ada lima hal, yaitu:
(a) Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama (orang tua, masyarakat, sekolah dan
pemerintah)
(b) Pendidikan yang dibutuhkan anak tidak seluruhnya dapat diberikan oleh guru dan sekolah
(c) Sarana pembelajaran yang dibutuhkan oleh anak di sekolah belum memadai
(d) Sangat diperlukan pengadaan dan peningkatan sarana pendukung pembelajaran.
(e) Sekolah memerlukan bantuan pemikiran atau gagasan dari orang tua dan masyarakat untuk
kemajuan sekolah.
Ketiga, wawasan tentang pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM).

BAB III
PEMBAHASAN
KOMITE SD MUHAMMADIYAH SAPEN YOGYAKARTA

S U R AT K E P U T U S AN
Nomor : E.1/

/a/SDM-Sp/I/2008
Tentang
Susunan Pengurus Komite Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen 1 dan 2 Yogyakarta
Periode 2008 - 2011
Kepala SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta,
: Bahwa untuk kelancaran tugas kepala sekolah perlu dibentuk Komite Sekolah
1. SK Mendiknas RI nomor : 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah,
tanggal 2 April 2002.
2. SK Walikota 36 tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Komite Sekolah
3. Surat Keputusan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah
Kota Yogyakarta nomor: E.2/903/a/IV/2004 tanggal 12 Shafar 1425 H/ 03 April 2004 M
tentang Pedoman Pembentukan Komite Sekolah Muhammadiyah di Lingkungan
Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Yogyakarta.
1. Hasil Musyawarah orang tua/ wali murid dan tokoh masyarakat pada tanggal 20 September
2008
2. Hasil musyawarah tim formatur Komite Sekolah SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta

MEMUTUSKAN
Susunan nama dan jabatan pengurus Komite Sekolah SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta
sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini.
: Surat Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan untuk masa bakti periode 2008 2011.
Surat Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk dilaksanakan sebagai
amanat sekolah dan apabila dikemudian hari ternyata diketahui terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan dibetulkan dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 20 September 2008
Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah Sapen 2
Drs. Suharto
NIP 130620735
Tembusan Yth.
1. PDM Kota Yogyakarta
2. PCM Gondokusuman

Lampiran SK nomor : E.1/

Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah Sapen 1
Saijan, S.Ag.
NBM 788098

/a/SDM-Sp/IX/2008

NO.

SUSUNAN PENASEHAT KOMITE SEKOLAH


SD MUHAMMADIYAH SAPEN 1 DAN 2 YOGYAKARTA
PERIODE 2008 - 2011
NAMA
JABATAN
KETERANGAN

1
2

Dr. Ariswan
Drs. Marsum, M.M.

Penasehat
Penasehat

3
4
5
6
7

Arif Setiawan, S.H.


Drs.Syamsulhadi, MM.
Ir. Hj. Lilik Ambar W.
Saijan, S.Ag.
Drs. Suharto

Penasehat
Penasehat
Penasehat
Penasehat
Penasehat

Lampiran SK nomor : E.1/

PDM Kota Yogyakarta


Majelis Dikdasmen PDM Kota
Yogyakarta
PCM Gondokusuman
PCM Gondokusuman
Pakar Pendidikan
Kepala SD Muh. Sapen 1
Kepala SD Muh. Sapen 2

/a/SDM-Sp/IX/2008

SUSUNAN PENGURUS KOMITE SEKOLAH


SD MUHAMMADIYAH SAPEN 1 DAN 2 YOGYAKARTA
PERIODE 2008 - 2011
NO.
1

NAMA

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

DR. Ir. Sunarto Goenadi


DAA
DR. Tasman Hamami,
M.A.
DR. Ir. Sentot Sudirman
Dwi Maryono
Sukirman
Agung Rahmanto, S.H.
Nur rofik, S.E.
Anggrian Agustine, S.E.
Lutfi Setiawan, S.E.
Muh. Fuad
Abdus Sami. W.
Hisyam Zaini
Siti Irene Astuti D.N.
Sofyan, S.Si.
M. Jabir Sidik
Bagya A.P., S.Hm.
Arif Rahmanto, S.Pd.
Hasyimi M. Tanjung
Dekeng Setyo
Surya Darmawan

21

Indro Widiarsono

22

Fitri Arumsari

JABATAN

KETERANGAN

Ketua Umum

Pakar Pendidikan

Ketua I
Ketua II
Sekretaris Umum
Sekretaris I
Sekretaris II
Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II
Seksi Dikjar
Seksi Dikjar
Seksi Dikjar
Seksi Dikjar
Seksi Dikjar
Seksi Litbang
Seksi Litbang
Seksi Litbang
Seksi Litbang
Seksi Litbang
Seksi Usaha dan
Dana
Seksi Usaha dan
Dana
Seksi Usaha dan
Dana

Orang tua
Pakar Pendidikan
Orang tua
Staf Pengajar
Guru
Orang tua
Wiraswasta
Guru

Pakar Pendidikan
Guru
Pengusaha
Guru
Orang tua
Orang tua
Orang tua
Orang tua

23

Syamsul Hadi

24

Gintoro, S.I.P.

25

Senawi

26

Wulandari Dwi E.R.

27

Dra. Estri Budiartanti

28

Zainuri

29

Duriyat Subekti

30

Nazarudin, S.H.

31

Heri Cahyono

32

Mustofa, S.Ag.

33

Darsono Budiman

34
35
36
37
38

Kamsi Muhroji
Retno Andalas
Sutan Imron, S.H.
Oktaviana Dewi
Endang Sumini

Seksi Usaha dan


Dana
Seksi Usaha dan
Dana
Seksi Sarana dan
Prasarana
Seksi Sarana dan
Prasarana
Seksi Sarana dan
Prasarana
Seksi Sarana dan
Prasarana
Seksi Humas dan
Kerjasama
Seksi Humas dan
Kerjasama
Seksi Humas dan
Kerjasama
Seksi Humas dan
Kerjasama
Seksi Humas dan
Kerjasama
Seksi Kesejahteraan
Seksi Kesejahteraan
Seksi Kesejahteraan
Seksi Kesejahteraan
Seksi Kesejahteraan

Guru

Guru
BUMN/ TVRI

Guru

Orang tua

Orang tua
Guru
Yogyakarta, 20

September 2008
Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah Sapen 2

Kepala Sekolah
SD Muhammadiyah

Sapen 1
Drs. Suharto
NIP 130620735

Saijan, S.Ag.
NBM 788098

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan

Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada jalur pendidikan pra sekolah, jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah
Tujuannya adalah mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebijakan operasional dan progam pendidikan di satuan
pendidikan; Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; Menciptakan suasana dan


kondisi transparansi, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.
Sedangkan perannya adalah pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung
(supporting agency), pengontrol (controlling agency), dan mediator (eksekutif).
Pelaksanaan komite sekolah di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta memutuskan
bahwa :
1. Susunan nama dan jabatan pengurus Komite Sekolah SD Muhammadiyah
Sapen Yogyakarta sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Keputusan ini.

PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH


Oleh: Dr. Arifin, M.Si. *)
A. Landasan Konsepsional Komite Sekolah.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan,
baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar
sekolah (Kepmendiknas, Nomor 004/U/ 2002).
Pembentukan Komite Sekolah, yang telah ditetapkan dalam Keputusan Mendiknas No. 004/
U/2002, merupakan amanat dari UU Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) 2000-2004, dengan tujuan agar pembentukan Komite Sekolah dapat
mewujudkan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah/ masyarakat ( school / community
based management) (Depdiknas, 2003). Pembentukan Komite Sekolah menjadi lebih kuat dari
aspek legalitasnya, karena telah diwadahi dalam pasal 56 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dari ayat 1 sampai 4. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 56
ayat 3 disebutkan, bahwa Komite Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan.
Agar Komite Sekolah mampu melaksanakan empat peran penting, yaitu sebagai: (a) pemberi
pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c) pengontrol (controlling); dan (d)
mediator, maka segala potensi yang ada pada kepengurusan Komite Sekolah harus terus
diberdayakan secara maksimal. Ada tiga bagian penting yang bisa diupayakan dalam
pemberdayaan Komite Sekolah, yaitu: (1) Penguatan kelembagaan Komite Sekolah; (2)
Peningkatan kemampuan organisasional Komite Sekolah; dan (3) Peningkatan wawasan
kependidikan pengurus Komite Sekolah (Depdiknas, 2006).
B. Penguatan Kelembagaan Komite Sekolah.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya penguatan kelembagaan Komite Sekolah,
yaitu: (1) Prinsip-prinsip yang menjadi fondasi pembentukan Komite Selah; (2) Melaksanakan
peran dan fungsi Komite Sekolah untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan; dan (3)
Membangun hubungan kemitraan dan kerjasama secara sinergis antara Sekolah, Keluarga dan
Masyarakat.
Pertama, ada tujuh langkah baku pembentukan Komite Sekolah, yaitu: (1) Melakukan (forum)
sosialisasi pembentukan komite sekolah; (2) penyusunan kriteria dan identifikasi bakal calon
anggota (berdasarkan usulan masyarakat); (3) seleksi anggota berdasarkan kriteria; (4)
pengumuman nama-nama bakal calon anggota guna menampung bila ada keberatan terhadap
satu atau lebih bakal calon; (5) pengumuman nama-nama calon yang sudah disepakati

masyarakat; (6) pemilihan komite sekaolah berdasarkan musyawarah mufakat atau pemungutan
suara; dan (7) penyampaian nama-nama komite sekolah terpilih.
Kedua, peran dan fungsi Komite Sekolah adalah: Komite Sekolah berperan sebagai: (a) pemberi
pertimbangan (advisory); (b) pendukung (supporting); (c) pengontrol (controlling); dan (d)
mediator. Sedangkan fungsi komite sekolah adalah: (a). Mendorong berkembangnya komitmen
masyarakat thd kualitas pendidikan; (b) Melakukan kerjasama dg masyarakat dan pemerintah ttg
kualitas pendidikan; (c) Menampung, menganalisis ide, aspirasi berbagai kebutuhan pendidikan
yang diajukan masyarakat; (d) Memberi masukan, pertimbangan, rekomendasi pada sekolah ttg:
Kebijakan program pendidikan; RAPBS; Kriteria tenaga kependidikan, fasilitas sekolah; dan
kinerja satuan pendidikan; (e) Mendorong ortu dan masyarakat berpartisipasi dalam peningkatan
kual pend; (f) Menggalang dana masyarakat untuk kualitas layanan pendidikan; dan (g)
Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program kualitas layanan pendidikan.
Ketiga, membangun hubungan kemitraan dan kerjasama secara sinergis antara Sekolah, Keluarga
dan Masyarakat. Unsur-unsur yang membentuk komunitas sekolah adalah terdiri dari individu
dan kelompok, kelompok dalam satuan pendidikan, orang tua dan keluarga serta masyarakat di
sekitar satuan pendidikan tersebut. Unsur-unsur tersebut harus terbangun jalinan hubungan
kemitraan secara sistemik, sebagaimana yang tergambar pada gambar berikut ini:
Prinsip kemitraan adalah (a) Saling membutuhkan; (b) Saling mempercayai; (c) Saling
menguntungkan (memberi manfaat); dan (d) Dilandasi kemitraan dan semangat untuk
kepentingan bersama.
C. Peningkatan kemampuan organisasional Komite Sekolah.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya Peningkatan kemampuan organisasional
Komite Sekolah, yaitu: (1) Memutar roda organisasi dan manajemen Komite Sekolah; (2)
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS); dan (3) Menjalin hubungan dan kerjasama Komite Sekolah dengan
Institusi yang terkait.
Pertama, memutar roda organisasi dan manajemen Komite Sekolah. Agar program organisasi
dan manajemen Komite Sekolah bisa berjalan dengan baik, maka fungsionaris organisasi itu
harus membangun kinerja dalam suatu Teamwork. Sifat teamwork adalah anggota tim secara
aktif bekerja bersama sedemikian rupa sehingga keahlian masing-masing dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan bersama. Ciri-ciri anggota tim yang baik, adalah: (a) memberi semangat pada
anggota tim yang lain untuk berkembang; (b) respek dan toleran terhadap pendapat berbeda dari
orang lain; (c) mengakui dan bekerja melalui konflik secara terbuka; (d) mempertimbangkan dan
menggunakan ide dan saran dari orang lain; (e) membuka diri terhadap masukan (feedback) atas
perilaku dirinya; (f) mengerti dan bertekad memenuhi tujuan dari tim; (g) tidak memposisikan
diri dalam posisi menang atau kalah terhadap anggota tim yang lain dalam melakukan kegiatan;
dan (h) memiliki kemampuan untuk mengerti apa yang terjadi dalam tim. Agar roda organisasi
sebagai suatu teamwork bisa berjalan dengan baik, maka keahlian-keahlian yang perlu dimiliki
tim dan harus dikembangkan adalah: (a) keahlian teknis; (b) keahlian konseptual; (c) keahlian
interpersonal; dan (d) keahlian administrasi. Diantara manfaat bekerja dalam sebuah tim yang
baik adalah: (a) dapat menciptakan model pemecahan masalah yang lebih tepat; (b) menghemat
waktu untuk pekerjaan yang tidak ada manfaatnya; (c) penghematan biaya; (d) dapat menghitung
faktor-faktor resiko yang dapat diperhitungkan secara finansial; dan (e) memperluas promosi dan
dalam kasus bisnis dapat memperluas pangsa pasar.
Kedua, penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS). Komite Sekolah harus berperan aktif dalam proses penyusunan
RPS. Komponen utama RPS adalah: (a) visi dan misi; (b) tujuan; (c) kegiatan; (d) sasaran; (e)

anggaran; (f) penjabaran; dan (g) pengorganisasian. Sedangkan konsep rencana anggaran
pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) adalah meliputi: (a) latar belakang; (b) gambaran
pendidikan dan non pendidikan tahun sebelumnya; (c) permasalahan kedepan yang dihadapi
sekolah; (d) visi dan misi sekolah; (e) tujuan/ perubahan yang diinginkan; (f) indikator
keberhasilan; (g) rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah tahun
pelajaran; (h) lampiran-lampiran ( arus murid selama 3 tahun terakhir; aset sekolah; rencana 5
tahun ke depan; sasaran dan anggaran dan sumber sumber pembiayaan pendidikan). Kemudian
data yang diperlukan dalam membuat RAPBS adalah: profil sekolah; data murid per kelas tiga
tahun terakhir; asal murid; latar belakang sosial ekonomi orang tua; data yang menggambarkan
kondisi lingkungan sekolah; peta lokasi sekolah; info tentang kepadatan penduduk dan mata
pencahariannya; data guru dan tenaga administrasi sekolah.
Proses penyusunan RPS/RAPBS adalah: (a) kepala sekolah dan komite sekolah membentuk tim
penyusunan (TP) RPS dan RAPBS; (b) dalam waktu paling lambat 3 harii kerja TP mengadakan
rapat persiapan dan menyusun rencana kerja; (c) TP menyusun draf awal RPS/ RAPBS; (d) TP
mempresentasikan dalam rapat dewan guru dan anggota komite sekolah untuk mendapat
masukan; (e) TP melakukan review draf awal; (f) TP menyusun draf final setelah menerima
masukan dari dewan guru dan anggota komite sekolah; dan (g) pengesahan RPS/RAPBS.
Ketiga, menjalin hubungan dan kerjasama Komite Sekolah dengan Institusi yang terkait.
Hubungan dan kerjasama komite sekolah dengan institusi yang terkait dalam dilakukan dalam
koridor channeling program pendidikan. Kerjasama channeling program pendidikan adalah suatu
bentuk kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh komite sekolah dengan pihak lain (swasta,
pemerintah, lembaga peduli pengembangan pendidikan) yang berlandaskan kemitraan dan
kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan peningkatan mutu layanan pendidikan
untuk rakyat tidak mampu.
Alasan pentingnya membangun kerjasama dengan institusi terkait adalah: (a) persoalan yang
dihadapi oleh semua pihak makin kompleks; (b) keterbatasan sumber daya di semua pihak yang
terkait; dan (c) perlu sinergi potensi dan sumber daya untuk optimalisasi penanganan persoalan
bersama. Sedangkan pola hubungan sinergi potensi adalah: (a) punya tujuan bersama; (b)
berorientasi pada hasil bersama; (c) hasil bersama lebih dari penjumlahan hasil masing-masing;
(d) proses mengembangkan alternatif ketiga secara bersama; dan (e) kerjasama secara kreatif.
Tujuan channeling program pendidikan adalah: (a) terwujudnya tatanan komite sekolah yang
mampu mengakses dan mengoptimalisasi berbagai sumber daya untuk pemenuhan kebutuhan
dan penyelesaian rencana program sekolah; (b) terciptanya sinergi antar pemangku kepentingan
(komite sekolah, masyarakat, pemerintah, dan kelompok-kelompok peduli) untuk lebih
mengoptimalkan upaya peningkatan mutu pendidikan dan pendidikan untuk rakyat tidak mampu.
Sedangkan sasaran channeling program pendidikan adalah: (a) dihasilkannya kerjasama komiet
sekolah dengan berbagai pihak yang memiliki sumber daya potensi; (b) tumbuhnya tatanan
komite sekolah yang inklusif sebagai wujud tanggungjawab bersama pelaku pendidikan,
masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli (LSM, swasta, asosiasi, universitas dll); (c)
terwujudnya komite sekolah yang memiliki posisi tawar baik dengan pemerintah maupun
swasta; (d) terimplementasikannya penyelesaikan seluruh program komite sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan dan pendidikan untuk rakyat miskin; dan (e) optimalisasi akses
pendidikan bagi masyarakat miskin, dan dihasilkannya sinergi dan integrasi peningkatan mutu
pendidikan.
D. Peningkatan wawasan kependidikan pengurus Komite Sekolah
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya Peningkatan wawasan kependidikan
pengurus Komite Sekolah, yaitu: (1) wawasan tentang sekolah sebagai suatu sistem; (2)
wawasan tentang manajemen berbasis sekolah (MBS); dan (3) wawasan tentang pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).

Pertama, wawasan tentang sekolah sebagai suatu sistem. Sekolah sebagai suatu sistem berarti
beberapa elemen satu dengan yang lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam
mewujudkan tujuan pendidikan. Beberapa elemen sekolah sebagai sistem adalah: peserta didik,
kepala sekolah; pendidik/ guru; Staf tata usaha; Kurikulum; Fasilitas pendidikan. Sekolah
sebagai suatu sistem dapat diringkas dalam gambar sebagai berikut:
Kedua, wawasan tentang manajemen berbasis sekolah (MBS). Landasan yuridis formal MBS
adalah UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 51 ayat 1. MBS adalah bentuk pengelolaan sekolah yang
memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah untuk merencanakan, dan menilai program
sekolah. Kewenangan tersebut al: (1) Menentukan program sekolah; (2) Merencanakan
bagaimana memperoleh dana sekolah dan penggunaannya; (3) Mengatur jadwal belajar; (4)
Menentukan jumlah siswa baru yang diterima; dan (5) menentukan jumlah tenaga guru honorer
yang diperlukan. Tiga pilar program MBS, yaitu: (1) Manajemen Sekolah (Demokratis,
Transparan dan Akuntabilitas); (2) PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan); dan (3) PSM (Peran Serta Masyarakat), dalam hal: Merencanakan program;
Mengambil keputusan; Meningkatkan mutu pembelajaran; dan Membangun sekolah (sarana
pembelajaran Mengapa orang tua dan masyarakat harus ikut membantu dalam meningkatkan
layanan pendidikan di sekolah?, paling tidak ada lima hal, yaitu: (a) pendidikan merupakan
tanggungjawab bersama (orang tua, masyarakat, sekolah dan pemerintah); (b) pendidikan yang
dibutuhkan anak tidak seluruhnya dapat diberikan oleh guru dan sekolah; (c) sarana
pembelajaran yang dibutuhkan oleh anak di sekolah belum memadai; (d) sangat diperlukan
pengadaan dan peningkatan sarana pendukung pembelajaran; dan (e) sekolah memerlukan
bantuan pemikiran atau gagasan dari orang tua dan masyarakat untuk kemajuan sekolah. Ketiga,
wawasan tentang pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
______, 2003. Acuan Operasional dan Indikator Kinerja Komite Sekolah. Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta.
______, 2006. Pemberdayaan Komite Sekolah. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.
Rosidi, S., 2003. Kebijakan Pendidikan dan Dewan Pendidikan Kota Malang. Dewan Pendidikan
Kota Malang.
Sindhunata, (ed), 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Demokrasi, Otonomi, Civil
Society, Globalisasi. Kanisius. Yogyakarta.
Tilaar, 2002. Membedah Pendidikan Nasional. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
*) Penulis adalah Ketua Komite SDN Sawojajar Malang, Guru dan Dosen di Malang. Makalah
ini disajikan pada kegiatan Workshop atau Temu Koordinasi dan Penyegaran Informasi
Fungsionaris Komite Sekolah Tingkat Regional (Jawa Timur)

Anda mungkin juga menyukai